Ada Risiko Penularan di Transportasi Umum, Pengguna KRL Tidak Menurun
Penyebaran virus korona baru di Indonesia tidak memengaruhi pengguna kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek. Pengguna KRL masih berada di angka 920.000 sampai 1 juta orang per hari.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penyebaran virus korona jenis baru di Indonesia tidak mengurangi aktivitas masyarakat di tempat publik atau transportasi umum. Pengguna kereta rel listrik Jabodetabek juga tidak menurun meski risiko penularan bisa terjadi saat menggunakan transportasi umum.
Suasana kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek yang masih ramai dari aktivitas pengguna tampak di Stasiun Bogor, Kamis (12/3/2020). Tidak sedikit pengguna KRL yang datang dari Jakarta ataupun yang berangkat dari Bogor mengenakan masker untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Kekhawatiran tertular Covid-19 di ruang publik, khususnya saat menggunakan transportasi umum, dirasakan Hani (28), pengguna KRL asal Bogor. Untuk mengurangi risiko penularan, Hani memutuskan untuk selalu mengenakan masker sejak keluar dari rumahnya sampai tiba di tempat kerjanya di Jakarta Selatan.
Sesampainya di kantor dan sebelum mulai bekerja, Hani juga mengaku lekas membersihkan tangannya dengan cairan antiseptik yang telah disediakan. Pola hidup bersih tersebut dilakukan Hani agar terhindar dari penularan Covid-19. Padahal, sebelum wabah Covid-19 menyebar, dia jarang mengenakan masker dan membersihkan tangan secara rutin.
Hal yang sama dilakukan Kristo (20), juga pengguna KRL asal Bogor. Namun, cuci tangan menggunakan sabun yang dilakukannya tidak seintensif Hani. Bahkan, dia juga tidak selalu mengenakan masker saat berada di ruang publik atau di KRL.
”Selagi kita menjaga daya tahan tubuh, saya rasa kita tidak akan mudah terinfeksi korona. Jadi tidak perlu takut yang berlebihan saat menggunakan transportasi publik atau saat berada di keramaian,” ungkapnya.
Baik Hani maupun Kristo paham bahwa mereka dapat terinfeksi Covid-19 saat berada di transportasi umum seperti KRL. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin pengguna KRL bebas dari virus ini. Namun, menggunakan KRL tetap menjadi pilihan mereka karena alasan waktu dan biaya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam paparannya menyebutkan bahwa masyarakat berisiko terkontaminasi Covid-19 saat berada di transportasi publik, seperti KRL jalur Bogor-Depok-Jakarta Kota. Namun, Anies menegaskan, sampai saat ini belum ada kasus masyarakat terkontaminasi Covid-19 di dalam KRL.
Tidak menurun
Vice President Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba menyatakan, jumlah pengguna KRL Jabodetabek tidak menurun sejak Covid-19 merebak di Indonesia. Pengguna KRL masih berada di angka 920.000 sampai 1 juta orang per hari.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, PT KCI telah melakukan sejumlah upaya, antara lain memberikan edukasi cuci tangan yang benar dan memberikan masker kepada pengguna KRL di 36 stasiun.
PT KCI juga menyediakan lebih dari 700 botol cairan pembersih tangan untuk 88 rangkaian kereta dan 80 stasiun.
Pengguna KRL masih berada di angka 920.000 sampai 1 juta orang per hari.
”Kami rutin membersihkan seluruh rangkaian kereta setelah beroperasi dengan menggunakan cairan pembersih disinfektan. Pekan lalu, kami juga bekerja sama dengan PT KAI Daop I Jakarta mengadakan kegiatan rail clinic di Stasiun Depok dan Bogor,” ujar Anne.
Anne juga mengimbau para pengguna KRL agar tidak meludah sembarangan di stasiun dan juga kereta. Pengguna KRL yang merasa kurang sehat dapat memeriksakan diri ke pos kesehatan.