Warga Mengeluhkan Lamanya Pemeriksaan di RSPI Sulianti Saroso
Banyaknya warga yang ingin memeriksakan kesehatan terkait virus korona baru membuat sejumlah rumah sakit rujukan ramai dikunjungi pasien, seperti terlihat di RSPI Sulianti Saroso. Pasien pun mesti bersabar.
Oleh
Insan Alfajri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga yang ingin konsultasi mengenai Covid-19 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara, mengeluhkan lamanya masa tunggu. Manajemen rumah sakit meminta warga untuk bersabar dan tidak datang berbondong-bondong sebab dokter di rumah sakit ini membutuhkan waktu dalam melakukan skrining.
Rifqy (31) beserta kedua orangtuanya sudah mengambil nomor antrean sejak pukul 10.15. Namun, hingga pukul 15.30, ia belum diperiksa. ”Nomor antreannya itu 1-75. Nanti kalau kloter pertama habis, dimulai lagi dari nol,” katanya, Selasa (17/3/2020).
Dia dan kedua orangtuanya baru kembali dari Malaysia pada Minggu (15/3/2020), sehari sebelum Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengumumkan kebijakan penutupan (lockdown) terkait penyebaran virus korona baru.
Mereka bertiga tidak dalam keadaan sakit. Mereka juga merasa tidak ada kontak dengan pasien positif Covid-19. ”Tetapi berhubung ada anak kecil di rumah, makanya kami pastikan dulu kondisi kesehatan kami di rumah sakit ini,” kata Rifqy, warga Depok, Jawa Barat, ini.
Ia sudah menghubungi delapan rumah sakit rujukan nasional, termasuk RSPI Sulianti Saroso, tetapi semua nomor telepon rumah sakit itu sibuk. ”Saya baca di berita daring, dari delapan rumah sakit rujukan nasional di Jakarta, Sulianti Saroso berada di urutan atas. Makanya kami langsung ke sini,” ujar Rifqy.
Warga lainnya, AK (27), menemani saudaranya berobat ke RSPI Sulianti Saroso. Saudaranya, laki-laki berusia 37 tahun itu, sebelumnya sudah diperiksa di dua rumah sakit berbeda. Dua rumah sakit menyatakan saudaranya hanya menderita radang tenggorokan.
Kemudian, ia memeriksakan saudaranya itu ke Rumah Sakit Mitra Keluarga, Jakarta. Dokter di rumah sakit itu heran karena suhu badan pasien ini turun naik. Lalu, rumah sakit memutuskan untuk melakukan tes darah dan rontgen paru.
”Begitu lihat hasilnya, dikasih tahu, sepertinya Covid-19 karena ada putih-putih di paru-paru. Terus dokter menyarankan untuk dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso,” katanya.
Dia pun menelepon terlebih dahulu pihak RSPI Sulianti Saroso untuk menanyakan ketersediaan fasilitas dan meminta ambulans. Berhubung nomor rumah sakit rujukan nasional ini sibuk, dia memutuskan untuk membawa saudaranya dengan kendaraan pribadi.
Mereka tiba di RSPI Sulianti Saroso pukul 14.00. Satpam di RSPI ini mengatakan bahwa nomor antrean sudah habis. Dia menjelaskan ke pihak keamanan bahwa dirinya mengantongi surat rujukan. Satpam pun mengarahkannya ke bagian admisi.
”Petugas admisi bilang, ’Ini kan baru diduga. Kalau dirawat di sini nanti nyampur sama pasien positif Covid-19 dan bakalan sakit. Aku kan bingung, ya, kan posisinya saudaraku ini memang sakit,” katanya.
Tak lama berselang, ada perawat lain mendatanginya. Perawat itu melihat surat rujukan. Kemudian, saudaranya itu diputuskan untuk dirawat di Instalasi Gawat Darurat.
Dia menjelaskan, saudaranya bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Dia sebetulnya sudah bekerja dari rumah sejak Februari 2020. Namun, sejak 6 Maret, suhu badannya tidak turun-turun. ”Semalam saja sampai 39 derajat celsius,” katanya.
Begitu lihat hasilnya, dikasih tahu, sepertinya Covid-19 karena ada putih-putih di paru-paru. Terus dokter menyarankan untuk dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso.
Dia pun sebetulnya ingin ikut memeriksa kesehatan. ”Kalau saudaraku ini nanti dinyatakan positif, aku khawatir juga dong. Soalnya aku serumah sama dia. Tetapi karena antrean sudah tidak bisa, aku periksa besok,” katanya.
Manajemen rumah sakit mencatat, semenjak merebak virus korona baru ini, sudah 1.134 warga yang konsultasi mengenai Covid-19. Pos pemantauan Covid-19 dibuka setiap hari, mulai pukul 07.30 hingga pukul 21.00.
Direktur Medik Keperawatan dan Penunjang RSPI Sulianti Saroso, Dyani Kusumowardhani, menjelaskan, suasana pos pemantauan memang ramai. Ini akibat warga yang datang berbondong-bondong.
Sementara, skrining oleh petugas medis harus dilakukan secara detail dan teliti, tidak bisa terburu-buru. Skrining akan mencatat keluhan pasien, mengidentifikasi riwayat kontak dengan kasus positif Covid-19, serta riwayat perjalanan keluar negeri. Hasil skrining itu juga yang menentukan apakah orang tersebut ditingkatkan statusnya menjadi orang dalam pemantauan atau pasien dalam pengawasan.
Jika ada indikasi dan mengalami sakit agak berat, mereka akan dirawat di Instalasi Gawat Darurat. Tetapi jika hasil skrining tidak menunjukkan ada indikasi Covid-19, orang tersebut boleh pulang. Mereka juga boleh melanjutkan ke medical check up (MCU) dengan biaya ditanggung sendiri.
”Tetapi biaya skrining gratis. Orang hanya bayar ketika memilih melanjutkan ke MCU,” katanya.
Dalam brosur RSPI Sulianti Saroso, MCU terdiri atas 3 paket. Besaran biaya dari Rp 298.000 hingga Rp 711.000.
Skrining oleh petugas medis harus dilakukan secara detail dan teliti, tidak bisa terburu-buru. Skrining akan mencatat keluhan pasien, mengidentifikasi riwayat kontak dengan kasus positif Covid-19, serta riwayat perjalanan keluar negeri. Hasil skrining itu juga yang menentukan apakah orang tersebut ditingkatkan statusnya menjadi orang dalam pemantauan atau pasien dalam pengawasan.
Dia melanjutkan, tes swab hanya dilakukan terhadap pasien dalam pengawasan. Dia pun mengimbau agar warga memahami bahwa tidak semua orang harus menjalani tes swab.
Pada Selasa (17/3/2020), RSPI Sulianti Saroso mengisolasi 11 pasien. Sebanyak tujuh pasien positif Covid-19, sisanya pasien dalam pengawasan.