Kebutuhan Pokok Tersedia, Masyarakat Jangan Belanja Berlebihan
Kepanikan terhadap penyebaran Covid-19 membuat warga belanja berlebihan. Hal ini menyebabkan permintaan barang meningkat dan membuat kebutuhan pangan ikut mahal.
Oleh
Aguido Adri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia bersama Satuan Tugas Pangan Polri meninjau Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, untuk memastikan kebutuhan pokok di Jakarta terpenuhi. Masyarakat diminta tidak panik karena isu penyebaran Covid-19 dan jangan belanja kebutuhan pokok berlebihan yang bisa membuat harga melonjak.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Kepala Satgas Pangan Polri Brigadir Jenderal (Pol) Daniel Tahi Monang Silitonga meninjau ketersediaan pangan di Pasar Induk Beras Cipinang, Rabu (18/3/2020). Mereka didampingi Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi melihat ketersediaan pasokan pangan, seperti beras, bawang putih, dan gula.
”Kami pastikan kebutuhan pangan untuk Jakarta aman. Stok beras 30.000 ton di Pasar Induk Cipinang, stok beras di Food Station 7.000 ton, dan ditambah dari Bulog 1,6 juta ton. Sementara stok bawang putih ada 150 ton. Hingga Lebaran nanti stok sangat aman. Jadi, masyarakat sekali lagi tidak perlu panik,” kata Arief.
Ia melanjutkan, saat ini memang ada kenaikan harga, seperti bawang putih, gula, dan minyak goreng. Untuk itu, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan PT Food Station Tjipinang Jaya, badan usaha milik daerah Provinsi DKI Jakarta, menggelar Pangan Murah di 23 pasar.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga bawang putih di pasar Jakarta mencapai Rp 51.650 per kilogram (kg), gula pasir seharga Rp 17.500 per kg, dan minyak goreng curah Rp 12.900 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan Rp 14.000-Rp 14.150 per liter.
Padahal, jika merujuk pada harga acuan penjualan di konsumen dari Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, harga gula Rp 12.500 per kg, minyak goreng kemasan sederhana Rp 11.000 per liter. Sementara untuk bawang putih belum ada harga acuan penjualan konsumen dari Kementerian Perdagangan.
”Selain gelar pasar murah, kita juga ada Satuan Tugas Pangan untuk menjaga pasokan stok tetap aman dan harga tidak melonjak tinggi. Untuk mengantisipasi lonjakan harga, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto akan membebaskan pengajuan izin impor,” ujar Arief.
Listyo mengatakan, untuk pemenuhan kebutuhan gula di Jakarta, sebanyak 33.000 ton akan dikirim dari Lampung. Di Lampung ada stok gula berkisar 75.000 ton-100.000 ton.
”Kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk mengirim ke Jakarta. Diharapkan dengan bertambahnya pasokan gula ini akan menurunkan harga dan kami akan pantau melalui Satgas Pangan. Jadi, tidak ada alasan untuk panik dan memborong kebutuhan pangan. Stok kita cukup,” tutur Listyo.
Pembatasan penjualan
Daniel menambahkan, mereka sudah mengirim surat ke sejumlah asosiasi pedagang dan ritel untuk membatasi penjualan pangan. Tugas Satgas Pangan juga memastikan distribusi pangan ke Jakarta bisa tersalurkan segera tanpa ada oknum yang menimbun.
”Stok kita ini ada. Pembatasan ini untuk mengatur keadilan agar masyarakat tidak terpengaruh oleh isu Covid-19 atau isu lain. Kepanikan membuat masyarakat memborong kebutuhan pangan. Akhirnya permintaan pasar tinggi, harga jadi naik. Kita batasi permintaan ini agar pasar kondusif,” ucap Daniel.
Berharap harga pangan turun
Mutia (48), ibu rumah tangga yang tinggal di daerah Cipinang, Jakarta Timur, mengatakan, dirinya setidaknya dalam seminggu lebih harus merogoh kocek lebih dalam saat berbelanja kebutuhan warung makan. Lonjakan sejumlah harga pangan membuat ibu tiga anak ini pusing tujuh keliling.
”Ini pusing harga pangan pada naik karena saya ada buka warung makan kecil. Saya naikkan harga jual makan enggak tega sama pelanggan. Telur sekitar Rp 25.000-Rp28.000 per kg, bawang putih Rp 50.000-Rp 70.000 per kg, belum lagi bawang merah, cabai, gula, minyak, bawang, dan jahe pada naik. Pernah harga saya naikkan, diprotes. Akhirnya bumbu masakan saya kurangi. Serba salah,” tutur Mutia.
Menurut dia, kenaikan harga merupakan hal biasa dan normal saja karena faktor petani gagal panen atau menjelang hari raya. Namun, kenaikan kali ini ia anggap tidak normal karena kepanikan warga terhadap isu penyebaran korona.
Hal senada dikatakan Lastri (38). Ia sangat berharap pemerintah segera menstabilkan harga pangan di pasar. Selain itu, ia juga berharap tidak ada warga yang memborong pangan secara berlebihan.
”Untung ada pasar murah. Sangat membantu. Sebaiknya kita jangan borong-borong. Kenaikan harga pangan sangat memberatkan,” kata Lastri.