Berpacu Mencegah Krisis Korona
Kelambatan mengedukasi warga tentang virus korona jenis baru menggerakkan kekuatan sipil ikut berpartisipasi. Sebagian dari mereka bergerak melalui jejaring komunitasnya mengedukasi warga agar tidak terjadi krisis.
JAKARTA, KOMPAS — Lambannya penanganan pandemi virus korona jenis baru menggerakkan sebagian elemen warga untuk berpartisipasi mencegah dampak buruk. Aspek pencegahan dinilai masih belum banyak yang menggarap sehingga warga dapat mengantisipasi penularan virus.
Pandemi virus korona jenis baru kian meluas di Indonesia. Tercatat 450 orang positif coronavirus disease (Covid)-19, 38 meninggal, dan 20 orang sembuh hingga Sabtu (21/3/2020) sore.
Jaringan Masyarakat Sipil untuk Indonesia Bergerak menyikapi situasi terkini dengan menyatakan sikap saatnya Indonesia bergerak bersama menghadapi pandemi virus korona jenis baru pada 20 Maret.
Sebanyak 10 agenda diajukan kepada pemerintah, antara lain mengambil praktik-praktik baik yang telah dilakukan sejumlah negara dalam menghadapi virus korona jenis baru, menjalankan tujuh rekomendasi para dokter, memastikan perlindungan optimal bagi tenaga medis, serta menghilangkan hambatan birokratis dan sentralistik dalam menangani wabah korona sehingga tes laboratorium, penanganan terhadap pasien korona, dan pemeriksaan masif dapat dijalankan secara cepat dan tepat.
Baca juga : Ciputat Tetap Padat di Tengah Pandemi Korona
Selanjutnya menghentikan dan melarang pernyataan para pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat yang simpang siur, meremehkan keadaan, dan melemahkan kewaspadaan masyarakat serta tidak sejalan dengan agenda percepatan penanganan.
”Dampak menggampangkan virus ini membuat warga percaya virus tidak berbahaya, bisa sembuh sendiri sehingga melemahkan kewaspadaan. Saatnya belajar dari kesalahan yang kurang serius dan mulai mencegah penyebaran, bukan saja menangani yang sakit,” ucap Sri Palupi dari Ecosoc Institute, salah satu lembaga yang tergabung dalam jaringan ini.
Fokus penanganan hanya pada pasien positif Covid-19 membuat beban tenaga medis semakin besar. Padahal, jumlah tenaga medis dan alat pelindung diri terbatas.
Jaringan masyarakat sipil menyayangkan itu lantaran banyak warga dengan gejala-gejala Covid-19 belum dilayani. Ibaratnya tidak mencegah justru menimbun masalah di rumah sakit.
Baca juga : Mencegah Kebosanan Saat Pembatasan Sosial di Rumah
Di sisi lain, virus ini terus meluas karena harus menunggu hasil pemeriksaan yang sentralistik. Untuk itu, kata Palupi, disertakan rekomendasi tenaga medis yang berada di garis depan menangani pandemi ini.
Rekomendasinya ialah memperkuat koordinasi dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, memastikan akses informasi dan data sebagai dasar pengambilan keputusan, memastikan tersedianya dukungan teknis pelaksanaan penanganan Covid-19, dan memastikan tersedianya pelayanan kesehatan yang optimal dan aman.
Kemudian memastikan pengendalian kasus melalui pemeriksaan masif, pembatasan sosial dan karantina diri, pembatasan sosial berupa penutupan dengan modifikasi atau aturan yang diperjelas dan tegas di daerah prioritas, seperti DKI Jakarta dan daerah lain yang menjadi kluster penyebaran virus, dan memastikan upaya mitigasi dampak dan penggunaan teknologi dalam penanganan Covid-19. ”Tenaga medis paham persoalan. Mereka berada di garis depan dengan fasilitas terbatas. Mereka dirundung oleh pendengung. Jadi tidak elok pejabat berbicara menggampangkan situasi saat ini,” tuturnya.
Baca juga : Kerumunan Warga Tanpa Pembatasan Sosial Rentan Dibubarkan
Selain itu, jaringan masyarakat sipil memprakarsai lima hal, yakni memutuskan rantai tular Covid-19 melalui kampanye; advokasi kebijakan ke arah penanganan yang cepat, tepat, dan transparan; menjembatani celah-celah sosial ekonomi akibat pembatasan sosial atau karantia wilayah; mobilisasi bantuan bagi kelompok rentan dan yang terpinggirkan; dan membangun dan mendukung jejaring inisiatif warga bantu warga.
Tujuannya agar terbentuk inisiatif warga untuk begerak menghadapi pandemi ini. Gerakan warga akan melahirkan kluster-kluster warga yang lebih banyak dan siap menghadapi pandemi. Kampanye ini akan disebarluaskan melalui media sosial agar menginspirasi komunitas warga lain.
Aksi nyata
Warga disiapkan agar tidak abai terhadap virus korona jenis baru melalui seruan Indonesia bergerak. Juga mendorong pemerintah pusat lebih terbuka. Salah satu caranya mendorong peran pemerintah daerah sampai tingkat desa serta dukungan sektor swasta yang banyak sudah banyak mendapat insentif. Lantaran daerah belum siap menghadapi pandemi ini.
Berkaca dari kasus demam berdarah, daerah sangat bergantung bantuan dari pemerintah pusat. Padahal, tidak mungkin hanya bergantung pada pemerintah pusat. ”Tidak terbayang kalau kasus Covid-19 membeludak di daerah. Itulah pentingnya membangun basis pertahanan mencegah penyebaran dari warga,” ucapnya.
Baca juga : Antara ”Lockdown” dan ”Social Distancing”
Seluruh lembaga dalam jaringan masyarakat sipil mulai bergerak melalui titik-titik jejaring komunitasnya. Dimulai dari siapa melakukan apa hingga memperkuat solidaritas. Paling tidak jejaring menyebarluaskan ajakan untuk membangun kesadaran bahwa virus ini berbahaya jika disepelekan dan ada cara mencegah penyebarannya.
Menurut Palupi, setiap lembaga memulai aksi dari jejaring komunitasnya. Ecosoc Institute, misalnya, menggerakan jejaring yang ada di Kalimantan Tengah, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur. Gerakan awal ini sudah mulai mendapatkan dukungan. Salah satunya dari seorang guru di Malang, Jawa Timur. Guru ini siap mengedukasi siswa, termasuk orangtua siswa dan lingkungan sekitarnya.
Dukungan lain datang dari seorang dosen di Bali yang akan menyumbangkan dana. Dia juga akan mengorganisasi mahasiswa di lingkarannya untuk bergerak ke komunitas terdekat mengedukasi warga. Namun, setiap gerakan tetap memperhatikan pembatasan sosial dan aspek pencegahan. Misalnya tidak mengumpulkan kerumunan warga dan melengkapi diri dengan masker dan cairan antiseptik pencuci tangan.
Baca juga : Anak Muda Tak Kebal Virus Korona
PMI bangun gudang logistik
Sejalan dengan gerakan masyarakat sipil, Palang Merah Indonesia (PMI) membangun gudang logistik di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Gudang ini nantinya difungsikan sebagai tempat penyimpanan logistik terkait penanganan Covid-19 di Indonesia. ”Tiga gudang ini masing-masing berukuran 10 meter x 32 meter yang akan digunakan menyimpan peralatan semprot, cairan disinfektan, sarung tangan, sepatu bot, kacamata goggle serta masker dan baju steril,” kata Ketua Umum PMI Jusuf Kalla saat meninjau proses pembangunan.
Selain membangun gudang, PMI juga akan membuat tiga ruang kerja berukuruan 10 m x 24 m untuk memantau stok logistik serta pendistribusiannya. ”Selain gudang, PMI juga akan membuat kantor kecil untuk memantau stok gudang secara menyeluruh nantinya untuk memudahkan keluar masuk barang atau distribusinya,” ujar Jusuf Kalla.
Gudang tersebut dibuat untuk memudahkan PMI membantu upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Saat ini, PMI sudah memiliki enam gudang regional yang tersebar di Padang (Sumatera Barat), Serang (Banten), Gresik (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), dan Makassar (Sulawesi Selatan).