Perlawanan-perlawanan Kecil Menghadapi Keganasan Virus Korona
Di luar rencana besar di sejumlah daerah, ada langkah-langkah kecil warga yang dilakukan secara mandiri. Mereka melawan sebisa-bisanya hingga berharap virus ganas tak menyerang warga.
Oleh
Andy Riza Hidayat / Aditya Diveranta
·4 menit baca
Kini Indonesia bagaikan dilanda perang. Musuhnya tidak kelihatan dan tahu-tahu korban berjatuhan. Pada kondisi ini, semua kekuatan harus dikerahkan, tidak dapat lagi menunggu yang lain bergerak. Semua alat perlawanan pun mesti digunakan untuk menghadapi virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus penyebab pandemi Covid-19 ini bagai musuh dalam selimut, peribahasa yang mengandaikan musuh tidak terlihat.
Di tengah rasa cemas sebagian warga, perlawanan-perlawanan kecil itu sedang berlangsung dari rumah-rumah warga. Mereka mulai menyadari pentingnya hidup sehat. Salah satu perlawanan yang sedang dilakukan warga terjadi di Kota Depok, Jawa Barat, wilayah pertama ditemukannya kasus korona jenis baru di negeri ini.
Dengan dana swadaya, warga melawan virus. Secara rutin, mereka menyemprotkan disinfektan ke rumah-rumah warga, menyediakan sabun cair tangan di pos penjagaan dan rumah mereka, serta membatasi pergerakan ke luar rumah. Tidak ketinggalan, ibu-ibu di perumahan turut berpartisipasi dengan menggalang bantuan untuk tenaga medis.
Semua itu dilakukan semata-mata karena saat ini bukan situasi yang biasa saja. Warga sadar, kini sedang perang melawan pandemi.
Dua hari ini, Hariri (47), Ketua RT 004 RW 012, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, mencermati petugas kebersihan yang menyemprotkan disinfektan. Penyemprotan di pemukimannya itu dilakukan dua kali sehari.
”Kebetulan kami menggunakan dana swadaya, membuat disinfektan sendiri. Kami dapatkan panduan dari kelurahan,” kata Hariri. Ia memanfaatkan sumber daya warga yang ada. Kebetulan ada warga yang bekerja sebagai penjual alat-alat kesehatan. Maka, penyemprotan dengan disinfektan itu menggunakan peralatan pinjaman warga.
Warga di sejumlah permukiman Kota Depok juga telah melakukan penyemprotan. Bahkan, ada pemukiman warga yang membangun bilik disinfektan. Adapun penyemprotan di luar kompleks perumahan, sebagian dananya dibantu Pemeritah Kota Depok.
Tidak cukup itu, warga pun berinisiatif membentuk gugus tugas penanganan Covid-19 ala warga. Timnya terdiri dari perwakilan seluruh rukun tetangga. Mereka selalu memperbarui informasi tentang Covid-19, baik di tingkat kecamatan, wilayah kota, maupun nasional. Info itu menjadikan warga peduli dengan perkembangan yang terjadi dari hari ke hari.
Di permukiman Hariri, terpasang tenda darurat di pintu masuk. Tenda itu digunakan untuk penyemprotan disinfektan bagi tamu yang masuk ke permukiman. Jika masuk ke kluster, siapa pun orang dari luar perumahan wajib cuci tangan di tempat yang disediakan. Begitu pun untuk pengiriman paket barang, pengirim wajib mencuci tangannya sebelum menuju rumah warga. Prosedur ini dibakukan dalam surat edaran RW dan berlaku mulai Selasa, 24 Maret, hingga waktu yang belum ditentukan.
Masih di Depok, tepatnya di Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, warga setempat memperketat orang luar masuk ke wilayah itu. Setiap tamu dari luar permukiman wajib mencuci tangannya di pos sekuriti setempat. Sementara sebagian warga menyediakan sabun cair untuk tangan di depan rumah masing-masing. ”Kami tidak bisa sembarangan menerima tamu dari luar. Mereka harus mencuci tangannya sebelum masuk kawasan kami,” kata Rendra (43), warga setempat.
Kurang dari 2 kilometer dari permukiman tempat Rendra, warga menetapkan langkah lebih ketat. Langkah itu ditetapkan dalam sembilan butir peraturan warga yang berlaku per 21 Maret 2020. Aturan di antaranya melarang warga ke luar negeri untuk sementara waktu, melarang warga menerima tamu meskipun itu keluarga kecuali dalam keperluan khusus, serta melarang warga menggelar acara yang melibatkan orang banyak. Ini praktiknya mirip-mirip lockdown di level kecil.
”Tidak sama persis dengan lockdown, cuma pembatasan-pembatasan yang dirasa perlu. Warga masih bisa keluar masuk perumahan dengan keperluan yang jelas,” ujar Budi Panca (60), warga setempat.
Perlawanan warga di lingkup kecil juga terjadi di Jakarta, di mana saat ini menjadi pusat sebaran virus terbanyak di Indonesia. Sebagian warga berinisiatif mengadakan penyemprotan disinfektan sendiri, salah satunya Suwardjo (78), warga RT 003 RW 013 Kelurahan Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Dia menginisiasi penyemprotan disinfektan untuk sekitar enam keluarga yang ada di deretan gang rumahnya. Suwardjo memanfaatkan kenalan seorang rekan dari Asosiasi Perusahaan Pengendali Hama Indonesia (Aspphami). Dari situ, Suwardjo bersama sejumlah warga patungan senilai Rp 2 juta untuk penyemprotan disinfektan di enam rumah.
Penyemprotan dilakukan dengan memperhatikan bagian barang yang sering disentuh dengan tangan, seperti engsel pintu gerbang, lantai rumah, sofa, dan wilayah kamar mandi. Aksi ini swadaya dilakukan sejumlah warga karena khawatir dengan penyebaran wabah Covid-19 yang kian masif.
”Sebelumnya, kami menunggu inisiatif penyemprotan itu dari kelurahan. Tetapi, karena statusnya belum jelas, kami mewanti-wanti penyemprotan lebih dulu. Apalagi, saat ini, di wilayah saya ini banyak orang lansia yang rentan penularan,” kata Suwardjo.
Suwardjo berencana menawarkan jasa penyemprotan disinfektan kepada warga wilayah RT-nya, tetapi masih menunggu kesepakatan mereka. Sementara itu, pekan depan, penyemprotan disinfektan dijadwalkan untuk masjid warga terlebih dulu. ”RT dan pengurus masjid meminta penyemprotan dilakukan pekan depan. Saya sedang usahakan agar warga bisa kebagian penyemprotan juga,” ujarnya.
Keganasan virus ini tidak cukup dengan menunggu langkah pihak lain. Kita sendiri bisa langsung melakukan apa yang bisa dilakukan, seperti yang mereka lakukan. Meski dari orang-orang biasa di lingkup kecil, barangkali ini bisa menjadi modal untuk memenangi peperangan melawan virus korona jenis baru.