150 Orang Ikut Tes Cepat Covid-19 di GOR Pajajaran Kota Bogor
Tes cepat Covid-19 di GOR Pajajaran, Kota Bogor, Kamis ini dilakukan untuk 150 tenaga medis, petugas gugus tugas Covid-19, dan warga Kota Bogor yang hadir dalam acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Tes cepat Covid-19 di Kota Bogor, Jawa Barat, mulai dilakukan hari ini, Kamis (26/3/2020), untuk warga yang berstatus orang dengan risiko dan orang dalam lingkar positif Covid-19. Tes tersebut untuk sementara diputuskan dilakukan di GOR Pajajaran, Bogor, karena alasan keamanan.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menyampaikan, tes cepat Covid-19 di GOR Pajajaran hari ini baru dilakukan untuk 150 orang yang berstatus orang dengan risiko (ODR) dan orang dalam lingkar positif Covid-19. Mereka antara lain tenaga medis, petugas gugus tugas Covid-19, dan warga Kota Bogor yang hadir dalam acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Karawang, Jawa Barat.
”Untuk sementara tes dilakukan di GOR Pajajaran, tetapi bukan metode drive-thru seperti saran Gubernur Jawa Barat. Tes cepat ini memakai metode pemeriksaan lab konvensional,” ujar Dedie saat konferensi video di Bogor, Kamis (26/3/2020).
Dedie menjelaskan, dalam metode pemeriksaan konvensional, warga yang menjalani tes cepat akan langsung menemui tenaga medis untuk pengambilan sampel darah dan pengetesan alatnya. Semua tenaga medis yang menjalankan tes cepat juga akan dilengkapi alat pelindung diri untuk mencegah penularan Covid-19.
Pemerintah Kota Bogor sebelumnya menyatakan telah mendapat 800 alat dan akan melakukan tes cepat Covid-19 di sejumlah tempat, yakni enam puskesmas induk, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, dan Kantor Dinas Kesehatan. Namun, setelah berkoordinasi dengan gugus tugas Covid-19, diputuskan tes untuk sementara dilakukan di GOR Pajajaran karena alasan keamanan dan ketertiban.
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor Irwan Riyanto mengatakan, tenaga medis akan melakukan tes cepat bagi 500 orang lebih di Kota Bogor. Mereka merupakan warga dengan status ODR, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang-orang dalam lingkaran positif Covid-19.
Menurut Irwan, tidak tertutup kemungkinan tes cepat akan kembali dilakukan bagi warga dengan jangkauan yang lebih luas. Namun, hal ini juga masih bergantung dari distribusi alat tes cepat dari pemerintah pusat atau Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sementara di Kabupaten Bogor, tes cepat telah dilakukan Kamis ini untuk 220 warga yang berstatus ODP. Selain itu, tes juga masih dilakukan bagi orang-orang yang berstatus dalam lingkaran positif Covid-19.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bogor juga telah melakukan tes cepat Covid-19 di sejumlah puskesmas dan rumah sakit bagi 320 warga yang berstatus ODR dan 72 warga berstatus PDP. Hasil tes tersebut menunjukkan, satu PDP positif Covid-19, sedangkan ODR lainnya dinyatakan negatif.
Membatasi pemudik
Kebijakan pembatasan sosial membuat mahasiswa dari luar daerah yang tinggal di Bogor rentan pulang ke kampung halamannya. Dedie mengatakan, populasi mahasiswa terbesar dari luar daerah adalah mereka yang menempuh pendidikan di IPB University.
Meski demikian, Dedie memperkirakan, mahasiswa IPB dari luar daerah telah pulang ke kampung halamannya jauh sebelum kasus Covid-19 di Kota Bogor terdeteksi. Sebab, IPB sudah menutup perkuliahan lebih dulu dibandingkan kampus lain.
”Pemkot juga sudah berkomunikasi dengan Rektor IPB dan beliau menyampaikan bahwa belum ada rencana IPB membuka kembali perkuliahan di kampus. Untuk perkuliahan di Universitas Pakuan dan lainnya akan kami koordinasikan kembali dengan rektornya agar mengurangi jumlah pemudik,” ujarnya.
Dedie tidak menampik bahwa peningkatan jumlah kasus positif Covid-19, ODP, dan PDP di Kota Bogor terjadi karena belum optimalnya pembatasan pergerakan masyarakat. Maka dari itu, Pemkot Bogor berkoordinasi dengan pemilik mal untuk mengurangi aktivitas dan kembali menegaskan pentingnya pembatasan sosial.
Dedie tidak menampik bahwa peningkatan jumlah kasus positif Covid-19, ODP, dan PDP di Kota Bogor terjadi karena belum optimalnya pembatasan pergerakan masyarakat.
Pandangan serupa juga diungkapkan Bupati Bogor Ade Yasin. Menurut Ade, meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di wilayahnya bisa jadi imbas pergerakan warga dari Jakarta sebagai episentrum penyebaran Covid-19. Hal ini juga didukung data yang menyatakan bahwa kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bogor mayoritas memiliki riwayat kegiatan di Jakarta.