Sebagian warga yang kehilangan pekerjaan atau diliburkan selama pandemi Covid-19 memilih mudik. Situasi ini tentu saja bisa berdampak buruk karena dapat memperluas penularan Covid-19.
Oleh
Stefanus Ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Upaya memutus mata rantai penularan wabah coronavirus disease 2019 atau Covid-19 agar tidak meluas ke daerah masih sulit dibendung. Di Kota Bekasi, Jawa Barat, setiap hari masih ada warga yang mudik (pulang ke kampung halaman) lebih awal.
Pada Selasa (31/3/2020) sore, di Terminal Induk Bekasi, Kota Bekasi, masih ada puluhan calo berdiri menanti penumpang. Setiap kali ada calon penumpang yang datang, mereka beramai-ramai menawarkan tumpangan. Selama sekitar satu jam berada di terminal itu, sedikitnya ada lima penumpang yang berangkat ke luar kota.
Iwan (40), salah satu penumpang tujuan Karang Pucung, Cilacap, Jawa Tengah, mengatakan, ia memilih mudik karena sudah seminggu tidak bekerja. Ia khawatir kehabisan biaya jika memilih bertahan di Kota Bekasi.
”Saya kerja di perusahaan jasa cat. Jadi, ada penghasilan kalau ada pesanan pelanggan. Bulan ini sepi, makanya disuruh bos istirahat di rumah,” katanya.
Setelah bertahan di rumah kontrakan selama satu minggu, Iwan memutuskan pulang kampung. Ia khawatir karena belum ada kepastian waktu untuk kembali bekerja.
”Saya bukannya tidak takut dengan korona. Tetapi, kalau bertahan di sini, mau sampai kapan. Jadi, saya putuskan untuk pulang. Nanti, sampai di kampung, ke klinik, dan diam di rumah dulu dua atau tiga hari,” ucapnya.
Kepala Terminal Induk Bekasi Kurniawan menambahkan, sejak Covid-19 masuk ke Indonesia dan pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial, jumlah penumpang luar kota yang berangkat dari Terminal Bekasi berkurang drastis. Jika dalam keadaan normal, setiap Jumat-Minggu, ada sekitar 1.000 penumpang yang berangkat dari terminal itu.
”Jumlah penumpang menurun drastis, mencapai 70 persen. Setiap trayek, termasuk ke Sumatera, sangat menurun. Kemarin hanya ada 30 penumpang luar kota,” kata Kurniawan.
Ia menambahkan, pihaknya terus mengimbau warga untuk berdiam di rumah dan tidak melakukan perjalanan jauh, termasuk kembali ke kampung agar memutus mata rantai penularan Covid-19. Adapun bagi warga yang akan pulang kampung, sebelum masuk ke bus, terlebih dahulu diperiksa suhu tubuhnya dan diwajibkan membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer.
”Pengawasan bagi penumpang transit juga kami terus lakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh penumpang. Mobil yang masuk juga kami semprot disinfektan,” katanya.
Belum ada data
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, Pemerintah Kota Bekasi belum mempunyai data jumlah warga yang mudik dari Kota Bekasi selama pandemi Covid-19. Saat ini, pemerintah kota baru melakukan pendataan, termasuk penumpang bus yang transit di Terminal Bekasi.
”Kami sudah menerapkan darurat bencana Covid-19 dan juga karantina kemanusiaan. Jadi, di hampir setiap perjalanan dibatasi,” kata Tri.
Pembatasan perjalanan itu, kata Tri, terutama menyetop sementara operasional bus Damri yang selama ini beroperasi di Kota Bekasi. Situasi ini bertujuan agar saat ada warga yang akan bepergian tidak punya pilihan lain selain menggunakan kendaraan pribadi sehingga mengurangi interaksi antarorang.
”Stasiun kereta api, kami juga sudah minta untuk kurangi perjalanan hampir 50 persen. Terus untuk bus antarkota antarprovinsi, kan, Pak Dirjen Perhubungan Darat sudah menetapkan (tetap beroperasi),” katanya.
Adapun berdasarkan data laman corona.bekasikota.go.id, yang diakses pada Selasa (31/3/2020) malam, jumlah orang dalam pemantauan di Kota Bekasi mencapai 240 orang dan pasien dalam pengawasan sebanyak 131 orang. Adapun kasus positif Covid-19 sebanyak 36 kasus dengan rincian 35 kasus masih dalam perawatan dan satu kasus dinyatakan sembuh.