Dampak Ganda Produksi Masker Kain di Kala Pandemi Covid-19
Masker kain bisa menjadi penyelamat sebagian orang yang kesulitan menyambung hidup sekaligus meminimalkan warga dari risiko paparan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·4 menit baca
Perajin masker kain sedang merengkuh dampak ganda di kala pandemi Covid-19. Mereka berusaha menghidupi keluarga sekaligus berperan mengurangi potensi penularan virus korona baru. Inilah yang dilakukan Delima (37) selama dua pekan terakhir.
Ibu rumah tangga di Koja, Jakarta Utara, itu menggantungkan hidup dari penjualan masker kain dua lapis dengan selipan tisu seharga Rp 5.000 per potong. Bersama sang adik, saban hari mereka memproduksi 20-25 masker. Pandemi telah memukul perekonomian, termasuk skala kecil. Namun, di tengah keterbatasan mobilitas, masih ada harapan untuk berdaya karena tingginya permintaan masker kain.
”Karena pandemi jadi serba susah. Pemasukan tidak ada, tetapi pengeluaran untuk kebutuhan anak dan sehari-hari jalan terus,” ujar Delima, Senin (6/4/2020), di Jakarta.
Kelangkaan alat pelindung diri, termasuk masker bedah dan masker N95, membawa hikmah tersendiri bagi pekerja informal sepertinya. Para ahli kesehatan mulai menganjurkan warga mengenakan masker kain agar kebutuhan masker bedah dan masker N95 tercukupi bagi tenaga kesehatan.
Dia berpikir bagaimana caranya membuat masker kain yang layak untuk memenuhi kebutuhan warga. Informasi ini diperolehnya dari akun Twitter Ismail Fahmi dalam sebuah utasan tentang mengatasi kelangkaan masker.
Ismail dalam utasannya mengajak ibu rumah tangga yang suka menjahit ataupun penjahit untuk bergerak membuat masker sendiri berdasarkan penelitian dari Cambridge University. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi daftar tukang jahit untuk #100JutaMaskerChallenge non-medis.
Dalam utasan tersebut terdapat daftar pembuat masker beserta spesifikasinya, foto produk, nama, alamat, dan nomor kontak. Delima ikut memasarkan maskernya dari sini. ”Respons warga luar biasa setelah bergabung dalam #100JutaMaskerChallenge. Namun, saya tidak bisa memproduksi banyak karena waktu pembuatan masker di sela-sela mengurus bayi,” ucapnya.
Seiring banyaknya warga mengenakan masker kain, terjadi peningkatan pesanan hingga dua kali lipat dari biasanya. Rizki Ares (28), produsen masker kain dari Matraman, Jakarta Timur, cukup kewalahan memenuhi pesanan.
Usaha rumahan yang dirintisnya sejak 2018 ini menyediakan masker dari tiga jenis kain, yakni kaus, spunbond, dan katun. Sebanyak 240 potong masker dihasilkan dalam sehari pada keadaan normal. ”Saat ini bisa menghasilkan 480 potong dalam sehari,” ucap Rizki. Adapun masker kain dua lapis dijual Rp 6.500 per potong dan Rp 8.000 per potong untuk masker kain tiga lapis dan spunbond.
Selain dijual, masker-masker tersebut juga disumbangkan ke warga sekitar, puskesmas, dan rumah sakit. Menurut Rizki, masker yang disumbangkan untuk fasilitas kesehatan model kain tiga lapis dan spunbond.
Sukarela
Memproduksi masker dan menyumbangkannya kepada warga juga dilakukan Didi Ary (32), warga Teluk Betung Utara, Lampung, sejak 21 Maret. Kegemaran istrinya membagikan cara-cara menjahit kain di Instagram berujung ide memanfaatkan limbah tekstil menjadi masker. Aktivitas ini dilakukannya bersama Komunitas Rannalla x #BelajarMinimSampah.
Ary dan istri tidak sendiri. Mereka menjaring empat sukarelawan dari sosial media melalui kampanye masker kain untuk mereka yang tidak bisa #dirumahaja.
Mereka memproduksi masker kain model duckbill dari kain perca dan persegi. Menurut Ary, limbah kain perca lebih mudah dibuat model duckbill ketimbang persegi karena bentuknya yang tidak simetris.
Namun, tidak ada aturan model mana yang harus lebih banyak dibuat karena yang terpenting ialah bahan masker sesuai anjuran dan bisa disisipkan penyaring. ”Awalnya kami bagikan ke ojol dan pedagang keliling di sekitar rumah ada 50 potong masker kain,” kata Ari.
Respons positif pada pembagian pertama mendorong rekan-rekan dari komunitas mencari titik yang lebih ramai. Tahap pertama pada 1 April, mereka membagikan 200 masker yang sudah disteril dan dibungkus di Pasar Gudang Lelang, Teluk Betung Utara.
Selanjutnya, pada 4 April, mereka bergerak membagikan 1.050 masker di Pasar Bataranila, Rajabasa, Pasir Gintung, Bambu Kuning, Way Kandis, Way Halim, dan Ki Maja. Sebanyak 20 masker juga dikirimkan ke Satgas Kebersihan Kalibata, Jakarta Selatan, berdasarkan permintaan dari sosial media. Upaya ini masih panjang karena mereka tengah menyiapkan tahap berikutnya untuk pembagian masker ke lembaga pemasyarakatan.
Selain itu, masker juga dijual berdasarkan bahan, model, dan ukuran dengan harga Rp 6.000-Rp 15.0000. Hasil penjualan akan didonasikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr A Dadi Tjokrodipo yang masih kekurangan dana untuk membeli alat pelindung diri.