Pandemi Covid-19 Leburkan Sekat Pembatas Warga Perkotaan
Keterbatasan di tengah pandemi Covid-19 memperkuat solidaritas sosial warga. Mereka saling membantu meringankan beban ekonomi di masa sulit ini.
Solidaritas warga kota tumbuh di masa sulit pandemi Covid-19. Perasaan senasib seperjuangan menghadapi pandemi meleburkan sekat pembatas yang sering jadi permasalahan sosial di daerah perkotaan.
Di Kota Bekasi, Jawa Barat, warga RT 032 Kelurahan Mustika Jaya, Kecamatan Mustika Jaya, warga bahu-membahu dan saling mengingatkan untuk memperhatikan sesama warga yang membutuhkan bantuan pada masa sulit pandemi Covid-19. Mereka secara swadaya membantu sesama warga di RW itu yang tergolong kurang mampu dan kehilangan pekerjaan selama pandemi.
”Di kompleks kami, rata-rata masih berkecukupan. Makanya, sejak kami memutuskan membatasi aktivitas masuk ke luar ke sini, hal pertama yang kami pikirkan itu saudara-saudara kami yang sudah tidak bisa bekerja,” kata Mustofa (50), salah satu warga setempat, Kamis (23/4/2020), di Kota Bekasi.
Warga di tempat itu masing-masing menyumbang sesuai kemampuan tanpa dibatasi besar kecilnya nominal bantuan. Uang sumbangan itu dibelanjakan dalam bentuk sembako dan dibagikan kepada warga mereka yang kurang mampu, baik yang tinggal maupun sekadar bekerja di kompleks RW 032.
Baca juga: Sakit dan Telantar, Nasib Pekerja Migran di Teluk Saat Pandemi
Warga berkomitmen kebutuhan sesama warga kurang mampu, terutama kebutuhan sembako, selama masa sulit itu menjadi tanggung jawab bersama. Mereka sepakat tidak mendaftarkan nama-nama warga miskin kepada Pemerintah Kota Bekasi untuk mendapatkan bantuan sosial dengan pertimbangan masih banyak warga kurang mampu yang juga membutuhkan bantuan dari pemerintah.
”Mau berbuat lebih dari ini, rasanya kami juga tidak sanggup. Di luar sana masih banyak yang butuh, jadi biar saja itu menjadi tanggung jawab pemerintah. Minimal kami ada untuk saudara-saudara kami yang tiap hari sering bersama,” kata pengusaha event organizer itu.
Solidaritas untuk membantu sesama warga bukan semata-mata karena kelebihan materi. Sebab di masa pandemi Covid-19, perusahannya juga ikut terdampak. Sejak pertengahan Maret, permintaan dari pelanggan terus menurun hingga benar-benar kosong pada awal April 2020. Mustofa terpaksa meliburkan 10 karyawannya hingga jangka waktu yang tidak ditentukan.
Jumlah warga yang tergolong tidak mampu dan ekonominya ikut terpukul akibat pandemi di RW 032 sebanyak 14 keluarga. Di tempat itu, ada 7 petugas keamanan kompleks, 7 petugas kebersihan, 1 keluarga pemulung, dan 14 keluarga ekonomi kecil yang mendapatkan bantuan dari sesama warga RW 032.
Baca juga: PG Madukismo Jual Gula Pasir untuk Masyarakat
Bantuan yang diberikan tahap pertama sudah disalurkan dengan rincian tiap keluarga mendapatkan 10 kilogram (kg) beras, 2 liter minyak goreng, 1 kg gula pasir, dan 10 bungkus mi. Jika ditotal, ada 29 bingkisan yang sudah disalurkan kepada warga yang membutuhkan.
”Dananya itu uang dari DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) dan swadaya warga. Dan setiap warga menyumbang sesuai kemampuan masing-masing,” ucap Aris Budiyanto, Ketua RW 032.
Warga setempat juga berencana terus menggalang bantuan dari sesama warga RW 032 dan bantuan tahap dua akan disalurkan pada 1 Mei 2020 dengan ruang lingkup lebih luas. Mereka juga memanfaatkan masa puasa Ramadhan 1441 Hijriah untuk berbagi takjil. Kesadaran bersama untuk terus berbagi itu akan terus berlangsung hingga pandemi Covid-19 berakhir dari bumi Indonesia.
Di balik kesadaran warga untuk saling membantu, bantuan sosial dari Pemerintah Kota Bekasi masih bermasalah. Di RW 032, ada tiga warga yang namanya terdaftar untuk mendapatkan bantuan sosial. Padahal, pengurus RW 032 sejak awal tidak pernah mendaftar untuk mendapatkan bantuan sosial.
Baca juga: TNI AD, Kementan, dan BNI Sediakan ”ATM Beras” untuk Warga Terdampak Korona
”Bantuan sosial kami kembalikan karena tidak tepat sasaran. Ada warga kami yang baru lahir, malah dikasih bantuan. Ini data dari mana,” kata Aris.
Menolak karena tak berhak
Kisah sesama warga bahu-membahu membantu yang kekurangan juga tercetus dari Rudianto (45), warga Sunter Indah RW 012 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, satu dari sepuluh warga ekonomi mampu yang menerima bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Merasa tak berhak menerima bantuan, Rudianto memberikan paket bahan kebutuhan pokok (sembako) yang diterimanya kepada warga sekitar yang lebih membutuhkan.
Ketika menerima bantuan tersebut, Rudi bingung dan merasa tak berkah menerima bantuan dari petugas dinas sosial karena di sekeliling lingkungannya ada banyak warga terdampak pandemi Covid-19 yang rentan miskin
”Mereka bisa dapat data nama saya dari mana sehingga dikategorikan tak mampu? Kacau ini pendataannya. Padahal, banyak warga tak mampu yang berhak justru tak mendapat bantuan. Jadi dimanipulasi data itu dan kelihatan pemerintah tidak niat kerjanya. Kan, bisa lihat data di RT/RW,” kata Rudi.
Karena merasa tak layak menerima bantuan tersebut, Rudi pun menyerahkan bantuan sembako tersebut kepada warga sekitar yang berkah menerima bantuan. Ia berjalan menyusur masuk ke salah satu gang perkampungan cukup padat. Banyak warga sekitar yang memperhatikan gerak-gerik Rudi yang membawa satu bungkus besar sembako.
Rudi tak tahu kepada siapa sembako tersebut akan diberikan. Ketika melihat seorang bapak tua yang menggunakan sarung tanpa baju, ia mendekatinya dan langsung memberikan sembako yang ia bawa.
Obrolan dua pria itu hangat, bercerita tentang kesalahan data penerima sembako yang seharusnya diterima warga tak mampu dan rentan miskin. Obrolan mereka ternyata menarik warga lainnya untuk bergabung bertukar cerita.
”Saya baru tahu setelah ngobrol, banyak warga tak mampu belum terima dan nama mereka banyak tak terdaftar. Kacau,” kata Rudi kesal.
Setelah memberikan bantuan, dan menuju rumah, Rudi tak tenang melihat situasi yang baru saja yang ia rasakan. Tanpa pikir panjang, ia pergi ke toko swalayan untuk berbelanja sembako, seperti gula, garam, beras, teh, kopi, minyak goreng, susu bubuk saset, telur, dan makanan kaleng.
Setiba di rumah, Rudi dan istrinya mengemas dan membungkus sembako 5 bungkus. Setelah selesai, ia langsung membagikan sembako itu kepada warga tak mampu.
”Saya tak bisa banyak bantu juga dengan 5 plastik sembako itu, tapi semoga bermanfaat. Saya coba hubungi teman dan kerabat untuk saweran uang untuk beli sembako lagi. Dalam kondisi pandemi Covid-19, tentu kita semua terdampak, tapi kalau mau lihat ada yang lebih jauh terdampak, yaitu mereka yang tak mampu. Semoga masuk bulan puasa ini, mereka tetap bisa merayakan dengan hikmat. Bantuan yang saya kasih bukan sekadar karena pandemi, tetapi juga untuk persiapan kebutuhan harian di bulan puasa,” kata Rudi.
Saya tak bisa banyak bantu juga dengan 5 plastik sembako itu, tapi semoga bermanfaat. Saya coba hubungi teman dan kerabat untuk saweran uang beli sembako lagi. Dalam kondisi pandemi Covid-19, tentu kita semua terdampak, tapi kalau mau lihat ada yang lebih jauh terdampak, yaitu mereka yang tak mampu.
Tolong-menolong sesama warga tak hanya dilakukan oleh Rudianto. Di RW 002, Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, ada seseorang yamg juga berbaik hati memberikan sembako kepada 72 kepala keluarga. Pria yang tak berkenan namanya disebutkan itu membagikan 66 paket sembako, yang terdiri dari beras 5 kilogram, minyak goreng 2 liter, kecap manis, mi instan 5 bungkus, dan gula.
Berdasarkan penuturan Ketua RW 002 Bahrudin, alasan donatur tersebut ikut membantu karena tidak ingin ada warga sekitar RW 002 kelaparan.
”Jadi ada kejadian cukup menggetarkan hati di Rawa Belong. Satu keluarga anak istri suami meninggal karena kelaparan. Kami cek ke sana, dan kabar tersebut benar adanya. Dari situ, sang donatur kepikiran, jangan sampai warga kita ada yang kelaparan dalam kondisi pandemi Covid-19,” kata Bahrudin.
Bantuan donatur kepada 72 keluarga itu, kata Bahrudin, dirasakan sangat meringankan warga yang tak menerima bantuan sembako dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena nama mereka tidak terdaftar.
”Padahal, data yang kami catat untuk bantuan sembako seharusnya warga yang menerima 474 kepala keluarga. Namun, ketika bantuan datang hanya 231 kepala keluarga yang menerima. Artinya, ada separuh yang belum terima. Kami juga dapat kritikan dari warga, kami juga tak tahu kenapa hanya 231 kepala keluarga yang menerima. Sekarang kami ajukan data untuk bantuan susulan. Semoga direspons pemerintah, jangan sampai ada warga yang kelaparan. Apalagi sekarang bulan Ramadhan, kebutuhan sahur dan berbuka harus ada,” kata Bahrudin.
Libatkan pengusaha
Polemik data bantuan sosial dari pemerintah juga dialami warga RW 001 Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang. Dari 500 keluarga yang diusulkan, baru 195 keluarga yang mendapatkan bantuan sosial. Situasi itu menimbulkan kecemburuan sosial lantaran pengurus RW dianggap pilih kasih saat mendaftarkan nama-nama warga yang layak mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Keterbatasan bantuan dari pemerintah itu tak serta-merta membuat pengurus RW kehabisan akal. Pengurus wilayah di RW 001 mengajak para pengusaha yang menjalankan aktivitas bisnis di wilayah itu ikut menyumbang dan membantu meringankan beban warga.
”Kami tidak menunggu, ada beberapa pengusaha yang membantu, itu kami salurkan kepada warga kami yang belum kebagian,” kata Ketua RW 001 Kelurahan Sumur Batu, Kiman.
Bantuan dari pengusaha itu bermacam-macam, mulai dari mi, beras, dan minyak goreng. Sejauh ini bantuan dari para pengusaha itu sudah mencapai 500 bingkisan dengan rincian beras 3 kg, 1 liter minyak goreng, dan 1 kg gula pasir.
Baca juga: Pengemasan Bantuan Sosial Pandemi Covid-19