Memindahkan Ruang Pertemuan ke Dunia Maya Saat Pandemi
Situasi Ramadhan saat pembatasan sosial di rumah kian mendorong orang untuk bersilaturahmi lewat teknologi virtual. Momen ini bisa jadi saat yang tepat untuk kembali menghubungi kerabat lama.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
Rutinitas Diyan Dwi Putra (23) berubah drastis pada hari-hari awal Ramadhan. Dia yang terbiasa berkumpul dengan teman kuliah saat pekan pertama puasa kini hanya bisa berdiam di rumah karena masa pembatasan sosial sebulan belakangan.
Pandemi Covid-19 nyaris membuat Diyan mati gaya. Tidak ada aktivitas di luar rumah berarti tiada pula keriaan suasana berbuka puasa di kafe atau pusat belanja. Jumat (1/5/2020) sore, dia berencana mengakali situasi agar tidak mati gaya di rumah.
Diyan mengajak tiga temannya bertelekonferensi video lewat aplikasi pesan Whatsapp. Dia baru tahu belakangan Whatsapp dapat menampung delapan percakapan video call sekaligus. Seperti pada sore ini, dia menghubungi temannya untuk mengabuburit.
”Awalnya karena sudah bosan banget hampir sebulan ini di rumah terus. Jadi, saya coba kontak teman-teman dari sore, niatnya sekalian untuk ngabuburit,” ujar Diyan saat dihubungi, Jumat sore.
Diyan mungkin mewakili pengalaman sebagian orang yang kini terkungkung di rumah selama pembatasan sosial. Beberapa orang kian sering bertelekonferensi karena situasi pandemi. Mulai dari layanan telepon hingga panggilan video belakangan semakin dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial.
Interaksi sosial pun semakin menjadi kebutuhan di masa Ramadhan. Diyan, misalnya, memiliki kebutuhan untuk terkoneksi dengan teman-teman lama. Di masa pandemi, dia lalu berpikiran untuk lebih banyak menghubungi teman-teman yang sudah lama tidak ada kabar.
Begitu pula Hasna Azizah (22). Mahasiswi asal Yogyakarta ini memanfaatkan video call untuk berinteraksi dengan sejumlah saudara jauh dari Jakarta dan Bogor. Dia sudah tiga kali bertelekonferensi dalam sepekan terakhir. Selama itu pula dia dapat mengobati rasa kangen dengan saudara-saudaranya. Interaksi ini secara moral menguatkannya menghadapi pandemi yang belum usai.
Menurut dia, teknologi virtual saat ini berperan sebagaimana istilah ”mendekatkan orang-orang yang jauh”. ”Ramadhan tahun ini, keluarga di rumah terpaksa silaturahmi secara virtual. Karena kemungkinan tahun ini keluarga dari Jakarta dan Bogor tidak akan mudik, jadinya kami makin sering bersilaturahmi virtual,” ucapnya.
Situasi baru
Guru Besar Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra menjelaskan, silaturahmi virtual saat ini menjadi situasi baru yang terpaksa dijalani orang-orang sedunia. Cara virtual itu dianggap mendukung langkah pembatasan sosial yang dapat mencegah penularan Covid-19.
Dalam rangka menjalankan prinsip maqashid al-syari’ah, khususnya dalam
hifz al-nafs atau memelihara jiwa, seyogianya rencana dan niat untuk berkumpul di kala pandemi Covid-19 ditunda. Azyumardi menyebutkan hal tersebut juga berlaku untuk kegiatan mudik.
”Silaturahmi Ramadhan dan Idul Fitri untuk sementara mungkin cukup dilakukan secara virtual. Kemajuan teknologi komunikasi saat ini memungkinkan berbagai bentuk silaturahmi; tidak hanya lewat pesan kata dan kalimat tertulis atau lewat suara, tetapi juga dengan gambar live melalui berbagai media sosial,” ujarnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir pun mengingatkan bahwa saat ini umat Muslim harus mengedepankan prinsip melawan kemudaratan. Virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, dianggap sebagai kemudaratan yang harus dilawan. Cara perlawanan terbaik saat ini adalah dengan menjaga kesehatan di rumah dan melaksanakan pembatasan sosial.
”Dalam kondisi sekarang ini, kedepankan prinsip La Dharara wa Laa Dhirara. Jangan melakukan sesuatu yang menimbulkan kemudaratan atau kerugian diri sendiri, keluarga, dan orang banyak. Saatnya mencoba mengerem kegiatan berkerumun, termasuk mudik,” tutur Haedar.
Kesempatan
Kendati dalam masa sulit, kondisi serba virtual pun dapat menjadi kesempatan. Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Galang Lufityanto, menyampaikan, silaturahmi virtual ini bisa menjadi kesempatan untuk terhubung kembali dengan kerabat yang telah lama putus kontak.
”Kondisi saat ini tentunya sangat bisa memantik ikatan silaturahmi. Baik
video call maupun bentuk komunikasi lainnya saya sarankan selama bisa memunculkan suasana keakraban,” ucapnya.
Pendapat Galang pun senada dengan Dan Gilbert, pakar psikologi dari Universitas Harvard. Dan menyebutkan, masa krisis seperti sekarang akan membuat Anda lebih mudah berinteraksi dengan seseorang. Dan menyarankan, Anda bisa memulai percakapan dengan menanyakan kondisi keluarga, apakah sedang baik-baik saja.
”Orang mungkin mengira akan terjadi situasi yang canggung apabila Anda menghubungi seseorang yang sudah lama putus kontak. Hal tersebut justru akan mudah karena seseorang akan bersikap terbuka di masa-masa sulit,” ungkap Dan seperti dilaporkan The New York Times.
Dan menuturkan, ada bukti bahwa menolong orang lain dapat mengurangi sedikit rasa kesepian. Dengan menghubungi kerabat lama, bisa jadi Anda turut menolong mereka dari rasa kesepian. Hal tersebut juga membikin kerabat lama Anda merasa lebih diperhatikan di saat sulit.
”Dalam beberapa riset sosial yang saya lakukan, saya menemukan dampak positif dari berhubungan dengan kerabat lama. Di masa pembatasan sosial seperti ini, bahkan hal sekecil apa pun bisa begitu bermakna,” ungkapnya.
Dan menegaskan, tidak ada masa yang lebih baik lagi dari sekarang untuk menjalin kembali hubungan dengan kerabat lama. Jika memang hubungan Anda yang terdahulu bermasalah, tegaskan bahwa momen Ramadhan ini adalah bulan penuh pengampunan. Jadi, tunggu alasan apa lagi untuk bersilaturahmi dengan kawan lama?