Protokol Kesehatan di Transportasi Publik Jangan Berhenti Pascapandemi
Pandemi Covid-19 membuat pengelola transportasi publik menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Upaya itu dinilai penting untuk terus diterapkan meski pandemi telah usai.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat pengelola transportasi publik menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Upaya itu dinilai penting untuk terus diterapkan meski pandemi telah usai.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan Aplahunnajat, Selasa (5/5/2020), melihat pelayanan transportasi publik di Kota Tangerang Selatan lebih baik dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Indikatornya, di setiap stasiun kereta rel listrik (KRL) tersedia tempat cuci tangan. Selain itu, lokasi-lokasi yang biasanya kerap disentuh penumpang kini dibersihkan secara rutin menggunakan cairan disinfektan.
Aplahunnajat berharap, apa yang telah dilakukan operator transportasi publik itu bisa dipertahankan dan berlanjut meski pandemi telah berlalu. ”Menjaga situasi transportasi seperti ini bukan hal yang mudah. Tetapi, ini yang sedang kita semua terus upayakan agar pengguna transportasi umum lebih nyaman,” katanya.
Kendati telah banyak berbenah, Aplahunnajat menilai, ada beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan. Ia mencontohkan, pelaksanaan protokol kesehatan di stasiun KRL yang perlu lebih ketat lagi saat jam-jam sibuk, yaitu pukul 07.00-09.00. Dalam rentang waktu tersebut, jumlah penumpang di stasiun KRL lebih banyak dibandingkan waktu lainnya.
Kondisi penumpang yang berdesakan pun kini hampir tidak ditemui lagi. Namun, itu semua karena didukung penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi pergerakan orang. Mewujudkan kondisi seperti itu akan mendapat tantangan berat saat situasi normal kembali.
Saat situasi telah normal nanti, operator transportasi publik diharapkan bisa mengupayakan agar moda transportasi publik bisa dibuat senyaman mungkin. Artinya, menghindari ada penumpukan penumpang sehingga tercipta jarak di dalam moda transportasi.
”Transportasi publik idealnya bisa mengakomodasi demand yang ada. Bahkan harus bisa mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum. Namun, dengan catatan, transportasi umum yang tersedia nyaman,” ucapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Wahyudi Iskandar menyampaikan, permintaan terhadap layanan transportasi publik di Kota Tangerang terus menurun selama PSBB. Saat proses pemulihan setelah pandemi, ia menginginkan protokol kesehatan seperti yang telah dilakukan operator Transjakarta dan KRL bisa terus dilakukan.
”Tidak hanya operator. Semua harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam bertransportasi umum,” ujar Wahyudi.
Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Faela Sufa mengatakan, transportasi publik adalah hal yang esensial. Oleh sebab itu, memastikan transportasi publik tidak menjadi tempat penularan virus penting untuk dilakukan.
Sejauh ini, ITDP menilai, operator transportasi publik seperti moda raya terpadu (MRT), Transjakarta, dan KRL telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. ”Operator transportasi publik telah memastikan karyawannya sehat terlebih dulu sebelum melayani penumpang,” kata Faela.
Sejumlah protokol kesehatan, yaitu kapasitas penumpang maksimal 50 persen, jaga jarak fisik, pengenaan masker, penyediaan cairan pembersih, dan penyemprotan disinfektan pada kendaraan setelah digunakan, sudah dilaksanakan.
Faela meminta operator transportasi publik tidak melakukan hal tersebut hanya ketika pandemi (short term), tetapi juga harus terus dilaksanakan meski pandemi telah usai (long term).
”Kedisiplinan ini jangan hanya sementara. Harus diterapkan selamanya. Jangan berhenti setelah pandemi. Jadi nanti ada kepercayaan dari masyarakat sehingga mereka semakin tertarik naik transportasi umum,” ucap Faela.
Sebelumnya, tiga penumpang KRL jurusan Bogor-Jakarta dinyatakan positif Covid-19. Mereka terdeteksi setelah hasil tes swab atau tes usap tenggorokan yang digelar pada Senin (27/4/2020).
VP Corporate Communiction PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Erni Sylviane Purba mengatakan, PT KCI tetap melakukan berbagai langkah antisipasi untuk menekan penyebaran SARS-CoV-2 di lingkungan KRL. Upaya yang ditempuh antara lain dengan mengecek suhu tubuh penumpang, menyediakan wastafel di puluhan stasiun, dan mewajibkan penumpang menggunakan masker.