Tes cepat antara lain sudah berjalan di Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat, serta di Kampung Aquarium dan Kampung Muka, Jakarta Utara.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah permukiman padat di DKI Jakarta menjadi sasaran tes cepat Covid-19. Penularan mesti segera diantisipasi karena jika virus korona baru sudah menyebar di permukiman padat, kecepatan penyebaran penyakit diyakini akan sangat tinggi.
Lewat uji cepat pada Senin (4/5/2020) lalu terhadap sekitar 150 warga di Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, 24 orang diketahui reaktif atau terindikasi positif Covid-19. Untuk memastikan lagi, tes usap dilakukan terhadap mereka pada hari yang sama.
”Senin diambil, Selasa dikirim. Ya, mudah-mudahan dalam minggu depan sudah ada hasilnya,” ucap Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari, saat dihubungi Kamis (7/5/2020).
Dari total 24 warga yang reaktif tes cepat, 14 orang dirujuk ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, 7 orang ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Mintohardjo, sedangkan 3 orang isolasi mandiri di rumah. Erizon mengatakan, ketiga orang tersebut memang memohon agar tetap bisa di rumah. Pihaknya pun memberi izin dengan syarat mereka mematuhi protokol pencegahan penularan Covid-19.
Erizon menambahkan, rata-rata warga yang reaktif tidak menunjukkan gejala tertular. Hanya beberapa di antaranya yang bergejala ringan. Meski demikian, semua berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).
Secara keseluruhan, berdasarkan data hingga Kamis pukul 09.00, ada 54 warga positif se-Kelurahan Kebon Kacang. Sebanyak empat orang di antaranya meninggal.
Sudinkes Jakarta Pusat belum berencana menyasar permukiman padat lain untuk pelaksanaan uji cepat. ”Belum ada arahan ke kami,” ujar Erizon.
Pemkot Jakarta Utara sudah memulai lebih dulu uji cepat di permukiman padat, yakni di Kampung Aquarium, Kelurahan Penjaringan, pada Kamis (30/4/2020). Dari 299 warga yang mengikuti tes itu, tidak ada yang dinyatakan reaktif atau terindikasi positif Covid-19.
Meski demikian, Kasudinkes Jakarta Utara Yudi Dimyati meminta warga Kampung Aquarium tidak lantas santai menghadapi ancaman penularan virus korona baru. Protokol kesehatan mesti dijalankan seterusnya karena bukan tidak mungkin warga tertular di kemudian hari meski saat tes cepat nonreaktif.
Yudi menambahkan, untuk saat ini, pihaknya mengadakan tes cepat di permukiman padat lain, yakni Kampung Muka di RW 004 Kelurahan Ancol. Tes, menurut rencana, berjalan selama lima hari pada Rabu (6/5/2020), kemudian berlanjut hari Jumat (8/5/2020) serta Senin-Rabu (11-13/5/2020).
Warga yang jadi sasaran tes berjumlah 200 orang, terdiri atas 40 orang per hari. Dari target 40 orang pada pengujian kemarin Rabu, 33 orang hadir, sedangkan 7 orang akan menyusul pada Jumat. ”Hasilnya, 33 orang tersebut nonreaktif,” ucap Yudi.
Menurut Yudi, tes cepat menyasar permukiman padat guna menekan risiko penularan di sana. Selain itu, pihaknya juga meminta pengurus RT dan RW membatasi akses keluar-masuk kampung. ”Jika ada yang tertular, pasti penyebaran akan sangat cepat karena warganya memang lebih banyak beraktivitas di luar rumah meski sekadar kumpul-kumpul,” katanya.
Jika ada yang tertular, pasti penyebaran akan sangat cepat karena warganya memang lebih banyak beraktivitas di luar rumah meski sekadar kumpul-kumpul.
Yudi mengatakan, kasus positif Covid-19 di permukiman warga kelas menengah ke atas atau di kompleks-kompleks perumahan di Jakarta Utara sudah sangat menurun. Ia mencontohkan, di kawasan Kelapa Gading dalam tiga hari berturut-turut nihil penambahan kasus baru. Di Pantai Indah Kapuk pun tercatat tidak ada kasus.
Sebelumnya, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, meyakini pertambahan kasus positif Covid-19 bakal melaju lebih cepat di DKI jika penyebaran sudah menyentuh permukiman padat. ”Itu karena virus menular dari orang ke orang,” katanya.
Sejak awal kasus positif ditemukan di Jakarta, Miko menyebutkan sudah bertanya kepada Pemprov DKI tentang ada-tidaknya kasus positif di permukiman padat. Jawaban saat itu belum ada. Kasus cenderung muncul kebanyakan di permukiman elite.
Miko mengingatkan, perhatian ekstra terhadap permukiman padat dibutuhkan mengingat pendekatan yang digunakan mesti berbeda. Masyarakat di sana cenderung sulit percaya kepada orang lain, kecuali pada tokoh masyarakat setempat, termasuk perangkat RT dan RW. Keaktifan tokoh masyarakat di permukiman padat bakal menentukan keberhasilan pembatasan sosial di sana.
Miko mengingatkan, perhatian ekstra terhadap permukiman padat dibutuhkan mengingat pendekatan yang digunakan mesti berbeda. Masyarakat di sana cenderung sulit percaya kepada orang lain, kecuali kepada tokoh masyarakat setempat, termasuk perangkat RT dan RW.
Apalagi, Indonesia memilih penerapan PSBB yang belum setegas penutupan wilayah guna menghadapi pandemi Covid-19. Konsekuensinya, pelandaian kasus lebih lama.
Secara total, ada 4.775 kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta hingga Kamis ini. Sebanyak 718 orang sembuh dan 430 orang meninggal. Selain itu, ada 6.295 PDP dan 9.218 orang dalam pemantauan (ODP).