Menanti Kecupan Pertama Pascapandemi Covid-19
Ada prosedur yang tidak biasa bagi ibu yang melahirkan di masa pandemi Covid-19. Orangtua juga dituntut meningkatkan kewaspadaan saat kehamilan, persalinan, serta berada di dekat bayi yang baru lahir.
Pasangan Akhtian Ferdhani dan Lutviana Pratiwi tidak pernah membayangkan akan mendapatkan buah hati di tengah pandemi Covid-19. Pada 21 April 2020, keduanya resmi menjadi ayah dan ibu setelah putra pertama mereka lahir di sebuah rumah sakit swasta di Surakarta, Jawa Tengah.
Beberapa pekan sebelum hari perkiraan lahir sang buah hati, suasana berbeda dirasakan Dhani, panggilan Akhtian Ferdhani. Dhani yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta itu menjadwalkan mengunjungi istrinya yang bekerja di Kota Surakarta saban dua kali sebulan.
Perasaan waswas kerap ia rasakan selama perjalanan Jakarta-Surakarta. Kecemasan itu muncul lantaran kereta masih penuh penumpang saat belum ada larangan mudik bagi warga Jabodetabek oleh pemerintah bulan Maret lalu.
”Jangan-jangan, saat berada di kereta, saya malah jadi pembawa virus (virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19). Awal April bahkan saya putuskan untuk tidak pulang,” ujarnya saat dihubungi, Senin (4/5/2020).
Baca juga : Hamil dan Menyusui di Masa Pandemi Covid-19
Demi kebaikan istri dan bayi yang masih dikandung saat itu, Dhani rela memindahkan tempat kontrol ke rumah sakit yang lebih ketat penjagaannya dan relatif sepi. Ia memilih rumah sakit yang tidak tergabung dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dengan asumsi rumah sakit tersebut lebih sepi.
Pilihan itu juga menimbulkan konsekuensi bagi Dhani. Di sana, ia tidak dapat menemani sang istri berjuang di ruang operasi lantaran tidak diizinkan oleh dokter. Menurut dokter, hal itu sudah menjadi prosedur persalinan selama pandemi Covid-19.
Sempat marah dan kecewa, Dhani akhirnya menerima keputusan dokter demi kebaikan istri dan anaknya. Alhasil, ia hanya bisa mendampingi proses persalinan sang istri melalui panggilan video di luar ruang operasi.
”Setelah saya pikir-pikir, kalau saya emosi, nanti istri saya tidak dibantu maksimal bagaimana. Saya kaget saja karena beberapa minggu sebelumnya (ibu yang melahirkan) masih boleh didampingi dua orang,” ujarnya.
Baca juga : RSUP Persahabatan Membantu Kelahiran 24 Bayi Selama Pandemi
Kini, bayi mereka sudah berusia sekitar dua minggu. Meski begitu, Dhani dan Via masih membatasi kontak fisik putra mereka dengan orang lain. Kerabat atau tetangga yang menengok ke rumah juga hanya diperbolehkan melihat dari kejauhan atau melalui foto.
Bahkan, baik Dhani maupun Via hingga kini belum memberikan kecupan pertama kepada buah hati mereka. Keduanya masih berupaya memendam hingga pandemi berakhir. ”Ini demi kebaikan, soalnya tidak ada yang tahu virus itu di mana,” katanya.
Baik Dhani maupun Via hingga kini belum memberikan kecupan pertama kepada buah hati mereka. Keduanya masih berupaya memendam hingga pandemi berakhir.
Tanpa didampingi suami
Renita Candra masih menyimpan kesedihan setelah menjalani operasi kelahiran melalui bedah caesar pada 16 April 2020. Pasalnya, ia berjuang tanpa didampingi oleh suami, baik di dalam maupun di luar ruangan operasi.
Renita melalui proses persalinan di Wonogiri, Jawa Tengah, sedangkan suaminya sedang mencari nafkah di Jakarta. Anjuran pembatasan sosial benar-benar mereka anut sehingga keduanya tinggal berjarak lebih dari 500 kilometer sejak 14 Maret 2020. Renita tak pernah didampingi suami saat mengalami kontraksi, berjuang di ruang operasi, hingga merawat anak setelah melahirkan.
”Kadang sempat mikir, aku saja merelakan suami enggak pulang demi mengurangi penularan. Kenapa yang lain dengan mudah mudik, enggak habis-habis (penularan) virusnya,” katanya.
Hingga kini, Renita masih mendambakan dukungan langsung dari sang suami di sampingnya. Selain karena proses penyembuhan bedah caesar yang relatif lama, ia juga sering begadang untuk menjaga putrinya tetap terlelap.
Renita mengatakan, satu-satunya cara untuk menghilangkan kesedihannya adalah dengan berkomunikasi melalui panggilan video. Meski sudah mereka lakukan lima kali sehari, hal tersebut tetap tak bisa menggantikan kehadiran suami secara langsung di sisinya.
”Sempat suami kekeuh mau pulang Lebaran nanti, tetapi aku kasih pengertian lagi. Ya, harus sabar akhirnya,” ungkapnya.
Ismi Waliyul F juga sukses menjalani persalinan pertamanya di masa pandemi, tepatnya pada awal April 2020. Tidak seperti persalinan pada umumnya, proses yang ia jalani berlangsung dalam sunyi tanpa kehadiran kerabat.
Ismi, yang saat itu akan menjalani persalinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Yogyakarta, ditemani suami dan kedua orangtuanya. Akan tetapi, karena aturan pembatasan sosial, kedua orangtuanya hanya diperkenankan menunggu di halaman depan ruang unit gawat darurat.
Ismi Waliyul F juga sukses menjalani persalinan pertamanya di masa pandemi, tepatnya pada awal April 2020. Tidak seperti persalinan pada umumnya, proses yang ia jalani berlangsung dalam sunyi tanpa kehadiran kerabat.
Berbeda dari Renita, Ismi beruntung masih bisa didampingi suaminya saat proses persalinan hingga menjalani rawat inap. ”Hanya beberapa minggu sebelum lahiran saja suami sudah enggak boleh ikut masuk. Padahal, sebelumnya ia selalu mendampingi di dalam,” katanya.
Meski sedih lantaran tidak banyak kerabat yang menemani, Ismi ikhlas demi kesehatannya dan putranya. Sebulan setelah melahirkan, ia masih berupaya menjaga sang putra dari kontak fisik selain keluarga yang tinggal serumah. Hal itu juga diperketat dengan aturan pembatasan sosial yang berlaku di lingkungan rumahnya di Sleman, DI Yogyakarta.
Bahkan, saat mertua Ismi datang dari luar kota untuk menengok sang cucu, mereka hanya diberi waktu selama beberapa saat. ”Meski sedih, yang terbaik memang tidak ditengok dulu. Kasihan si bayi karena kita tidak tahu orang sehat bisa saja membawa virus,” ucapnya.
Rentan
Dokter subspesialis reproduksi endokrinologi dan infertilitas dari Klinik Yasmin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Andon Hestiantoro, mengatakan, ibu hamil termasuk dalam kategori rentan terinfeksi Covid-19. Hal tersebut terjadi karena perubahan kapasitas paru, hidung yang cenderung tersumbat, dan perubahan sistem kekebalan tubuh.
Adapun proses persalinan boleh dilakukan secara normal maupun bedah caesar, tergantung indikasinya. Dokter yang menolong juga harus mengenakan alat pelindung diri lengkap. ”Tidak dianjurkan rawat gabung sampai tes swab ibu hasilnya negatif. Boleh menggunakan ASI perah dari ibunya,” ujarnya.
Meskipun begitu, menurut Andon, belum ada bukti terjadinya transmisi vertikal dari ibu yang terinfeksi Covid-19 kepada janin. Bayi bisa tertular setelah lahir, tetapi bukan melalui jalan lahir atau air susu ibu (ASI). Kemungkinan besar hal itu terjadi karena nosokomial dari rumah sakit.
Hal seperti itu terjadi pada seorang bayi berusia satu bulan asal Grobogan, Jawa Tengah, yang dinyatakan positif Covid-19. Bayi tersebut diduga terkena Covid-19 melalui infeksi nosokomial rumah sakit yang terjadi sekitar 72 jam setelah kelahiran.
Dengan begitu, pembatasan sosial menjadi cara yang paling tepat untuk mencegah penularan Covid-19 kepada ibu hamil ataupun bayi meski terpaksa harus memendam kecupan pertama bagi buah hati.