Berbagi Dimulai dari Sekitar Rumah
Pandemi Covid-19 menggeser kebiasaan warga untuk saling berbagi di bulan Ramadhan. Aktivitas berbagi itu kini dimulai dari sekitar rumah warga.
Salah satu sudut jalan di RW 006 Kelurahan Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, tampak ramai dengan deretan sandal pada Minggu (17/5/2020) sore. Deretan sandal itu mewakili antrean warga yang sedang menunggu pembagian takjil gratis.
Memasuki pukul 16.00, deretan sandal itu mulai tergantikan oleh warga yang mengantre dan saling berjarak sekitar satu meter. Ida (50), salah satu warga yang mengantre, mesti bersiap sekitar satu jam sebelumnya untuk mendapat takjil. "Ya, lumayanlah, dari takjil yang dibagi di sini, saya dan anak saya enggak harus keluar uang untuk beli makanan pada masa kesulitan uang seperti ini,” jelas buruh cuci itu.
Hampir sebulan selama Ramadhan, salah satu sudut di Jalan Cempaka Putih Tengah ini menjadi lokasi pembagian takjil gratis bagi yang membutuhkan di masa pandemi Covid-19. Pembagian takjil di sana memenuhi kebutuhan sebagian warga yang sulit keuangan karena tak lagi bekerja atau dirumahkan.
Baca juga: Bahu-Membahu Menanggulangi Wabah Korona
Inisiatif kegiatan tersebut dimulai oleh warga RW 006 Cempaka Putih Timur. Nick Nurrachman (52), salah satu warga yang mengoordinasi bantuan, pembagian takjil bermula dari niat sebagian warga yang ingin berbagi pada masa pandemi. Sebagian warga kemudian menggalang dana dan membentuk panitia kecil bersama-sama. ”Mulanya kegiatan ini berlangsung kecil-kecilan. Kami hanya menggalang dana di wilayah RW 006. Sekitar sepekan berlalu, bantuan tenaga dan bahan makanan datang dari warga sekitar dan warga di luar RW sini,” ungkap Nick.
Selama tiga pekan terakhir, banyak orang yang turut membantu. Nick mengajak sebagian warga yang kini berhenti bekerja akibat pandemi untuk memasak dan membagikan takjil. Semua kegiatan memasak dan pembagian dilakukan di sekitar lingkungan rumah.
Pembagian lebih banyak dilakukan di sekitar rumah karena warga setempat kini justru lebih membutuhkan. Dasimah (56), salah satu sukarelawan takjil, menuturkan, banyak tetangga setempat yang justru lebih membutuhkan bantuan dibandingkan dengan orang-orang dari jauh.
Dengan distribusi itu, sebagian warga berharap agar bisa saling membantu di masa sulit. ”Situasi pandemi memang sebuah musibah, tetapi tidak menghambat kita untuk bersedekah. Saya harap selama Ramadhan ini, warga bisa saling meringankan beban sesama warga," ucap Nick.
Baca juga: Virus Berbagi Berkah dari Warung Sedekah
Kegiatan di Cempaka Putih tersebut menandai semangat saling berbagi yang tidak putus meski dihadang pandemi Covid-19. Pada masa Ramadhan dan menjelang Lebaran, semangat itu justru kian tinggi di kalangan masyarakat.
Kegiatan berbagi juga dilakukan sebagian warga dari rumah. Azka Putri (27), misalnya, turut berdonasi kebutuhan bahan pokok bersama sejumlah teman di Jakarta Timur dan Bekasi, Jawa Barat. Dirinya tetap di rumah, tetapi pengiriman sejumlah kebutuhan pokok diwakilkan oleh sebagian teman.
Azka bersama temannya juga membagi kebutuhan pokok untuk sebagian kerabat di dekat rumah. ”Karena situasi pandemi, saya dan teman-teman jadi lebih banyak membagikan bantuan untuk kerabat di sekitar rumah. Di dekat rumah saya saja, ada sebagian warga yang terkena PHK dan membutuhkan bantuan,” ujarnya.
Kea (25), warga Menteng, Jakarta Pusat, juga membagikan 30 hidangan takjil berupa es buah dan nasi bungkus kepada tetangga yang berkebutuhan. Dia juga berkoordinasi dengan Caca (26), seorang temannya, untuk menggerakkan kegiatan serupa di Bandung, Jawa Barat.
Setelah berbagi hidangan takjil pada Senin (11/5/2020) silam, Kea berencana untuk berdonasi lewat zakat. Dalam menunaikan zakat di bulan Ramadhan ini, dia berencana membayar lebih sekaligus untuk bersedekah. Perempuan ini baru tahu apabila zakat dan sedekah dari lembaga amil zakat kini dapat dialihkan untuk distribusi bantuan sosial bagi warga. ”Kalau dengar berita banyak orang tidak dapat bantuan sosial di mana-mana, rasanya saya ingin kasih mereka lebih. Cuma saya enggak tahu sebaiknya mulai dari mana. Mungkin saya coba bersedakah lewat lembaga resmi dulu,” katanya.
Baca juga: Wakaf dan Zakat Dialokasikan untuk Pengadaan Alat Kesehatan
Dibutuhkan
Pengamat keuangan syariah dari Institut Perbankan Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, menuturkan, berbagai sedekah dan donasi kini sangat dibutuhkan untuk membantu negara dalam menghadapi pandemi. Ramadhan pun menjadi momen untuk meringankan beban finansial yang dirasakan kerabat akibat Covid-19.
Perspektif sedekah di sana menjadi multifungsi. Dari sisi pemberi, sedekah mengajarkan keikhlasan dan memperkuat keimanan. Sementara, dari sisi penerima, sedekah mengajarkan mereka untuk bersyukur dan juga tetap tawakal menjalani kehidupan. Irfan mengutip salah satu sabda Nabi Muhammad SAW dari riwayat HR Baihaqi, yakni ”Bersegeralah bersedekah karena bala bencana tidak pernah mendahului sedekah”.
Anjuran sedekah pun kini telah diatur melalui fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infaq, dan Shadaqah untuk Penanggulangan Dampak Pandemi Covid-19. Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asronun Niam Sholeh menuturkan, segala pemanfaatan zakat, infak, dan sedekah, akan dioptimalkan untuk penanganan Covid-19.
Khusus untuk zakat, pemanfaatannya bisa bersifat produktif atau berupa aset kelola. Dengan begitu, zakat bisa dialokasikan untuk kebutuhan pokok masyarakat yang masih tergolong penerima berhak (mustahik), atau diarahkan untuk pengadaan berbagai alat kesehatan. ”Zakat tetap bisa disalurkan kepada kaum yang membutuhkan, terutama golongan yang kekayaannya belum mencapai nisab atau wajib berzakat. Saya harap ijtihad dari fatwa ini bisa membantu penanganan dampak pandemi Covid-19,” ujar Asronun.
Baca juga: Wakaf Tidak Hanya Tanah, Bisa Berupa Uang
Alokasi zakat, infak, dan sedekah pun kini dimaksimalkan untuk pengadaan alat kesehatan. Irfan mengatakan, distribusi bantuan untuk pandemi Covid-19 kini berprinsip pada tujuan syariat Islam atau Maqshid syariah. Salah satu tujuan dari syariat adalah perlindungan terhadap nyawa manusia sehingga alokasi zakat untuk berbagai kepentingan umat manusia kini boleh dilakukan.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, Ramadhan bisa menjadi momen pendorong kalangan mampu untuk bersedekah. Sebab, Yusuf khawatir kalangan mampu justru menahan uang di tengah situasi yang tidak pasti seperti ini.
Kekhawatiran Yusuf mengacu pada data Lembaga Penjamin Simpanan yang melaporkan adanya peningkatan simpanan oleh kelompok penghasilan tinggi. Data Februari 2020 mencatat, simpanan kelompok penghasilan di atas Rp 5 miliar pertumbuhannya tumbuh 2,9 persen dibandingkan dengan Januari 2020.
”Masyarakat bisa didorong untuk berzakat atau bersedekah lewat lembaga pengelola resmi. Pemerintah bisa juga ikut memberikan insentif untuk itu, misalnya memberi potongan pajak pada tahun berikutnya bagi mereka yang memberikan sumbangan seperti wakaf,” tuturnya.
Sebagian kalangan tidak mampu kini bertumpu pada kedermawanan sebagian orang yang bermurah hati membagikan sebagian rezeki di masa pandemi. Purwanto (56), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat, misalnya, kini mengaku kesulitan finansial karena tidak optimal bekerja sebagai sopir bajaj. Berbagai bantuan akan dia terima jika ada penderma yang mau berbagi.
”Agak sulit hidup di saat ini kalau hanya mengandalkan bantuan tunai dari pemerintah. Segala bantuan dari masyarakat benar-benar membantu keluarga saya,” ujarnya.