Tak Ada ”Panen” bagi Para Pembersih Makam
Menjelang Lebaran, sejumlah tempat pemakaman umum terlihat sepi dari aktivitas ziarah. Namun, di tengah sepinya kehadiran ahli waris, makam-makam yang terhampar di TPU tetap dirawat para pembersih makam.
Sabtu (23/5/2020), Bahri (50) duduk di samping salah satu makam Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat. Saat itu, jam menunjukkan pukul 11.00. Ia masih saja santai membersihkan rumput-rumput liar makam menggunakan gunting rumput meski panas matahari menyengat.
Tak ada pepohonan untuknya berteduh. Ia hanya menggunakan topi dan masker kain untuk melindungi diri. Keringat yang mengucur dari dahi dan lengan tangannya menjadi penanda seberapa keras ia bekerja.
Bahri merupakan satu dari puluhan pembersih makam di TPU Karet Bivak. Bagi mereka, momen Ramadhan dan Lebaran biasa dianggap sebagai musim ”panen” rupiah. Namun, untuk Lebaran kali ini, mereka terpaksa bersiap menghadapi ”gagal panen”.
”Ibaratnya kalau kami petani, ini adalah musim panen. Tetapi, karena banyak wereng, ya, kami enggak bisa panen,” katanya.
Baca juga : Ucapan Idul Fitri 1441 H dari Presiden Jokowi dan Ibu Negara Nyonya Iriana
Ucapan Bahri beralasan. Sebab, tak sedikit ahli waris yang menggunakan jasa pembersih makam melakukan pembayaran dengan sistem tahunan. Pembayaran tahunan tersebut biasanya dilakukan pada momen Ramadhan dan Idul Fitri seperti sekarang.
Saat ini, ada 60 ahli waris yang memasrahkan kebersihan makam kepadanya. Rata-rata, setiap makam dihargai Rp 50.000 per bulan. Artinya, tarif kebersihan satu makam dalam setahun Rp 600.000.
Menurut Bahri, saat ini ada sekitar 20 makam dengan sistem tahunan yang belum dibayarkan. Sementara untuk makam lain ada yang pembayarannya dilakukan sebulan sekali atau empat bulan sekali. Melihat kondisi pemakaman yang sepi dari aktivitas ziarah dalam sebulan terakhir, Bahri mengaku pesimistis.
”Ya, sebenarnya ini saatnya gajian bagi kami-kami ini. Enggak tahulah ini (peziarah) pada datang atau enggak. Tetap kami bersihkan, jaga-jaga kalau pada datang,” katanya.
Makam-makam yang menjadi tanggung jawab Bahri harus terlihat bersih setiap ahli waris datang. Idealnya, satu makam ia bersihkan tiga kali dalam sebulan. Artinya, setiap hari ia biasa membersihkan lima hingga sepuluh makam.
Baca juga : Abai pada Hari-hari Jelang Lebaran
Di sisi lain, ”panen” yang disinggung Bahri bukan hanya soal bayaran dari jasa pekerjaannya. Momen Lebaran biasanya para ahli waris akan memberikan semacam THR kepada para pembersih makam. Nilainya pun lumayan, mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 500.000.
”Ya, itu sedihnya. Biasanya pada bagi-bagi THR pas Lebaran gini. Biasanya sebelum Lebaran gini sudah rame,” ujarnya.
Ibaratnya kalau kami petani, ini adalah musim panen. Tetapi, karena banyak wereng, ya, kami enggak bisa panen.
Pengelola TPU Karet Bivak telah mengimbau kepada ahli waris untuk tidak berziarah selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Seluruh pintu masuk ditutup dan dijaga oleh petugas keamanan.
Pengelola juga membuat sebuah pesan di depan pintu masuk utama. Pesan tersebut berisi ajakan tidak datang ke TPU dengan mendoakan almarhum/almarhumah dari rumah. Pesan tersebut dipasang di sebuah replika peti mati berwarna putih.
Di samping peti tersebut terdapat seorang petugas yang mengenakan baju APD lengkap. Ia memperagakan seorang tukang gali kubur yang menangani pemakaman dengan protokol Covid-19. Pesan pada peti mati tersebut tertulis ”Jangan sampai Anda bernasib seperti ini”.
TPU Grogol Kemanggisan terbuka
Situasi berbeda nampak di TPU Grogol Kemanggisan, Jakarta Barat, Sabtu siang. Tak tampak ada penjagaan di pintu masuk. Semua warga bebas memasuki area pemakaman, termasuk para penjual bunga tabur. Meski begitu, tidak tampak ada peziarah yang datang siang itu.
Salah satu pembersih makam, Ahmad (57), menuturkan, selama Lebaran ini kondisi TPU terlihat sepi. Namun, ia masih berharap banyak ahli waris yang datang berziarah pada hari pertama dan hari kedua Lebaran.
”Biasanya sebelum Lebaran, sih, sudah ramai, tetapi sekarang sepi. Mudah-mudahan besok sama lusa (ramai),” katanya.
Sama halnya dengan Bahri, setiap tahun Ahmad selalu berharap banyak pada momen Lebaran. Di momen tersebut, para peziarah hampir pasti membagi-bagikan THR kepada para pembersih makam. Uniknya, Ahmad selalu percaya bahwa besaran THR sangat tergantung pada prestasinya.
Ahmad tidak pernah tahu, kapan ahli waris akan datang ke makam untuk berziarah. Oleh karena itu, ia harus selalu menjaga kebersihan makam setiap waktu untuk berjaga-jaga kalau sang ahli waris datang. Semakin sering makam tersebut dibersihkan, ahli waris akan semakin puas.
”Kalau mereka tahu kami rajin, biasanya dikasih THR gede. Tetapi, tergantung orangnya juga, ya, ada juga yang meski sudah dibersihkan terus, tetapi enggak ngasih THR,” katanya.
Baca juga : Perayaan Lebaran Kembali ke Rumah
Bahri selama ini bertanggung jawab pada kebersihan 52 makam. Ia dibayar oleh ahli waris dengan sistem bulanan. Setiap makam dihargai bervariasi. Ada yang senilai Rp 25.000 per bulan, Rp 30.000 per bula,n hingga Rp 50.000 per bulan.
Sebelumnya, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Munahar Muchtar mengimbau warga DKI Jakarta tidak berziarah ke TPU pada Lebaran. Sebab, hingga saat ini kawasan Jakarta masih menjadi zona merah penyebaran covid-19.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud. Menurut dia, tradisi Ramadhan dan Idul Fitri seperti berziarah ke makam tidak perlu dihilangkan. Hanya saja, caranya yang mesti diubah.
”Untuk yang mau menyelenggarakan ziarah kubur ditunda dulu. Hal itu masih tetap bisa dilakukan dengan cara membacakan tahlil dari rumah,” katanya.