Pesepeda Meningkat, Dishub DKI Buat Jalur Sementara di Sudirman-Thamrin
Jalur sepeda sementara ditujukan untuk memisahkan lalu lintas pesepeda dan pejalan kaki di trotoar Sudirman-Thamrin. Dengan demikian, risiko penularan Covid-19 bisa dicegah.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta memantau, sejak pembatasan sosial berskala besar masa transisi diterapkan, jumlah pengguna sepeda meningkat di Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin. Oleh karena itu, Dishub memberlakukan jalur sepeda sementara pada jam-jam tertentu di Sudirman-Thamrin.
Jalur sepeda sementara ditandai dengan pembatas kerucut-kerucut jalan (traffic cone) yang ditempatkan pada badan jalan sebelah kiri, bersisian dengan trotoar. Jarak antara kerucut dan tepi trotoar sekitar 1,5 meter. Jalur ini sepanjang 7 kilometer. Karena dipasang untuk dua arah, total jalur sepeda sementara Sudirman-Thamrin sepanjang 14 km.
”Harapannya, dengan (jalur sementara) ini, lalu lintas tidak bercampur antara pesepeda dan pejalan kaki sehingga kita bisa menekan penyebaran Covid-19,” ucap Kepala Dishub DKI Syafrin Liputo saat meninjau penerapan jalur sepeda sementara tersebut, Kamis (18/6/2020), bersama Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo.
Syafrin menuturkan, sebenarnya jalur sepeda di koridor Sudirman-Thamrin menjadi satu bagian dengan jalur pejalan kaki di trotoar. Karena jumlah pesepeda terpantau naik, pesepeda dan pejalan kaki dikhawatirkan sulit menjaga jarak fisik jika ruang pesepeda melintas tidak ditambah.
Apalagi, jumlah pengguna angkutan umum saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi menurut data Dishub DKI juga naik dibandingkan dengan periode PSBB sebelumnya. Syafrin mengatakan, pada periode PSBB non-masa transisi, rata-rata penumpang angkutan umum (bus Transjakarta, kereta rel listrik, moda raya terpadu, dan kereta ringan) 242.000 orang per hari. ”Data terakhir 16 Juni (PSBB masa transisi), itu rata-rata 400.000,” ujarnya.
Sebenarnya jalur sepeda di koridor Sudirman-Thamrin menjadi satu bagian dengan jalur pejalan kaki di trotoar. Karena jumlah pesepeda terpantau naik, pesepeda dan pejalan kaki dikhawatirkan sulit menjaga jarak fisik jika ruang pesepeda melintas tidak ditambah. (Syafrin Liputo)
Naiknya jumlah pengguna angkutan umum otomatis meningkatkan jumlah pejalan kaki di trotoar. Dengan adanya jalur tambahan untuk pesepeda di jalan raya, potensi pesepeda berpapasan semakin kecil dengan pengguna angkutan umum yang baru saja turun dari halte atau stasiun di Sudirman-Thamrin.
Jalur sepeda sementara tidak diberlakukan sepanjang hari. Sambodo menuturkan, pada Senin-Jumat, jalur itu hanya berlaku pukul 06.00-08.00 dan 16.00-18.00. ”Di luar jam-jam itu pembatas kami pinggirkan karena arus lalu lintas juga cukup deras,” ucapnya.
Hari Sabtu, jalur sementara diberlakukan pukul 06.00-10.00 dan 16.00-19.00. Pada Minggu, Pemerintah Provinsi DKI berencana menggiatkan lagi car free day (hari bebas kendaraan bermotor/HBKB) di Sudirman-Thamrin mulai 21 Juni. Dengan demikian, pesepeda bisa menggenjot dengan leluasa sepanjang HBKB. Plus di sore hari, saat HBKB sudah selesai, jalur sementara dipasang kembali pukul 16.00-19.00.
Sambodo mengatakan, petugas lalu lintas bakal menyosialisasikan tentang jalur sepeda sementara dalam sepekan ke depan. Ia berharap seluruh pesepeda tidak keluar jalur saat melaju sehingga menekan risiko kecelakaan dengan kendaraan bermotor.
Andre (29), yang bersepeda menuju kantornya di Jalan Sudirman dari Pos Pengumben, Jakarta Barat, menilai, jumlah pembatas untuk memisahkan jalur pesepeda dengan jalur kendaraan bermotor masih kurang. Kondisi ini meningkatkan risiko.
Meski demikian, ia juga menyadari para pesepeda perlu mengevaluasi cara berkendara demi keselamatan. Sebab, kadang-kadang ada pesepeda yang melaju di tengah badan jalan di antara kendaraan-kendaraan bermotor.