Setelah Empat Stasiun, Ditargetkan Penataan Lima Kawasan Terpadu di DKI
Proyek empat stasiun butuh lima bulan dengan anggaran Rp 25 miliar. Selanjutnya, lima stasiun di tahap kedua yang akan ditata, ditargetkan dalam tiga bulan bisa tuntas. Anggaran yang disiapkan Rp 40 miliar.
Oleh
Helena F Nababan
·6 menit baca
Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN, terus melanjutkan kerja sama penataan kawasan stasiun bersama Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan PT MRT Jakarta. Setelah empat stasiun selesai ditata dalam waktu lima bulan, berikutnya lima stasiun segera menyusul ditata demi integrasi antarmoda dan kelancaran pergerakan penumpang.
Empat kawasan stasiun yang sudah selesai ditata itu diresmikan penggunaannya pada Rabu (17/6/2020) siang. Bertempat di Stasiun Tanah Abang, peresmian empat kawasan stasiun terpadu hasil penataan oleh PT MRT Jakarta dan PT KAI itu dihadiri, di antaranya, oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Sekdaprov DKI Jakarta Saefullah, Direktur PT MRT Jakarta William P Sabandar, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo, dan Direktur Utama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (PT MITJ) Tuhiyat.
Seperti diberitakan, untuk bisa menata kawasan stasiun dengan mengedepankan kenyamanan, kelancaran, dan keamanan pengguna angkutan umum, pada 10 Januari 2020 dibentuk anak perusahaan gabungan PT KAI dan PT MRT Jakarta. Perusahaan baru bernama PT MITJ itu bertugas menata dan mengelola 72 stasiun di kawasan Jabodetabek.
Melalui pembentukan perusahaan patungan itu, PT KAI mengizinkan penggunaan lahan milik PT KAI di stasiun untuk keperluan penataan kawasan. Sementara perusahaan yang terbentuk melakukan penataan yang meliputi penataan kawasan, peningkatan prasarana di dalam dan di luar kawasan stasiun seperti signage, penunjuk arah, pembangunan halte di sekitar stasiun, manajemen sirkulasi penumpang, dan kendaraan bermotor ataupun angkutan umum lain untuk mengurai kemacetan di sekitar kawasan stasiun.
Pada tahap awal, ada empat kawasan stasiun yang ditata. Keempatnya adalah Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman. Penataan kawasan dimulai sejak 21 Januari dan awalnya ditargetkan selesai Maret 2020.
Namun, dengan adanya pandemi Covid-19, pekerjaan penataan mundur dan baru tuntas di Mei 2020. Uji coba penggunaan kawasan stasiun hasil penataan sudah dilakukan sejak awal Juni 2020 dan peresmian dilakukan Rabu (17/6/2020) siang di Stasiun Tanah Abang.
Untuk penataan itu, seperti di Stasiun Tanah Abang, KAI menyediakan izin pemanfaatan 3.578 meter persegi dan Pemprov DKI menggunakan lahan bekas rumah dinas Camat Tanah Abang untuk mendukung penataan tersebut.
Hasil yang terlihat, seperti stasiun Tanah Abang, konektivitas transportasi berjalan lancar. Ada pembagian ruang untuk tiap moda, seperti KRL, Transjakarta, angkutan kota, bajaj, ojek daring, ataupun ojek pangkalan. Di tiga stasiun lainnya pun setiap moda angkutan memiliki ruang sendiri yang dihubungkan dengan plaza pejalan kaki. Seperti di stasiun Sudirman, moda KRL, MRT, kereta bandara, Transjakarta, dan ojek daring memiliki ruang masing-masing dan terhubung dengan area pejalan kaki.
Tak hanya penataan jalur naik-turun angkutan umum, penataan fasilitas dan sarana-prasarana juga telah dilakukan. Misalnya, membenahi selasar dan fasilitas pejalan kaki, lay-by bus Transjakarta, penyediaan rambu pengarah hingga penataan pedagang kaki lima.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, mengatakan, momen peresmian kawasan stasiun hasil penataan di Tanah Abang juga menandai 12 tahun berdirinya MRT Jakarta. Untuk Tanah Abang, lanjut Anies, ia menyebut kawasan itu bertransformasi dari kawasan yang semula kumuh dan jauh dari aman. Sekarang, kawasan stasiun Tanah Abang sudah menjadi kawasan yang nyaman.
Kawasan Tanah Abang telah bertransformasi dari kawasan yang semula kumuh dan jauh dari aman. Sekarang, kawasan stasiun Tanah Abang sudah menjadi kawasan yang nyaman.
Sementara Erick Thohir, Menteri BUMN menyatakan, peresmian Stasiun Terpadu tersebut menunjukkan telah terbangunnya ekosistem yang sehat antara BUMN, BUMD, dan pihak swasta dalam memberikan layanan transportasi terintegrasi bagi masyarakat.
”Hal ini juga merupakan keinginan dari Presiden Joko Widodo agar Jakarta sebagai ibu kota memiliki sistem pengelolaan transportasi terpadu yang saling terhubung,” ujar Erick Thohir.
Penataan kawasan stasiun terpadu tersebut juga dijelaskan sebagai langkah urban regeneration atau penataan kembali Kota Jakarta melalui pengembangan Kawasan Berorientasi Transit (TOD) yang didukung oleh pembangunan di sektor transportasi umum yang terintegrasi di dalam sistem Jak Lingko.
Anies menambahkan, program penataan stasiun ini merupakan salah satu program utama Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna transportasi umum.
”Kian majunya Provinsi DKI Jakarta harus ditopang dengan kondisi fasilitas transportasi umum yang sama majunya. Ini adalah salah satu cara dalam mengapresiasi tingginya animo masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Animo yang positif ini kami jaga dengan menghadirkan stasiun yang lebih nyaman, bersih, dan efisien,” paparnya.
Anies juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat. Integrasi moda transportasi ini dapat terwujud melalui sinergi dan kolaborasi yang baik dari semua kalangan, yaitu dari pemerintah pusat, yaitu Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, pemerintah daerah, hingga swasta.
Dari Pemprov DKI melalui Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, PT MRT, dan PT Transjakarta serta Perumda Sarana Jaya dan Perumda Pasar Jaya yang tetap berdedikasi di tengah pandemi menuntaskan penataan ini.
Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, ”Kami menyambut baik peresmian stasiun terpadu ini yang akan semakin mempermudah akses pengguna jasa transportasi untuk berganti moda. Perjalanan menjadi lebih efisien karena lebih hemat waktu dan biaya.”
”Saat ini kita sudah punya stasiun integrasi antarmoda, misalnya Stasiun KA Bandara Kuala Namu Medan, Stasiun KA BIM, stasiun LRT Sumsel di Bandara SMB ll, Stasiun KA Bandara Soeta, dan terakhir stasin KA Adi Soemarmo Solo dan segera di bandara Yogyakarta. Ke depan stasiun integrasi semacam ini akan semakin kita perbanyak dan tingkatkan,” imbuh Budi Karya.
Keberadaan stasiun terpadu yang juga mendapat dukungan dari swasta, baik pengusaha taksi maupun ojek daring seperti Gojek Indonesia dan Grab, diharapkan dapat membangun optimisme dan kegairahan baru masyarakat setelah pembatasan sosial berskala besar akibat Pandemi Covid-19. Selain juga membangun kepercayaan dan kepedulian masyarakat bahwa transportasi umum kini semakin nyaman dan aman dengan segala kemudahan yang diberikan.
Lima stasiun di tahap kedua
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama tentang ”Penataan Kawasan Stasiun PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara Terintegrasi di Wilayah Provinsi DKI Jakarta melalui Rencana Aksi Jangka Pendek (Quick Win) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT MRT Jakarta (Perseroda).
Penandatanganan dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo, dan Direktur Utama PT MRT Jakarta Perseroda William P Sabandar.
Penataan empat stasiun lanjutan tersebut difokuskan pada Stasiun Manggarai, Stasiun Palmerah, Stasiun Gondangdia, dan Stasiun Tebet. Sementara Anies menambahkan, akan ada lima dengan penataan stasiun kota terkait dengan upaya pemprov yang tengah menata kawasan Kota Tua.
”Apabila dengan empat stasiun butuh lima bulan dengan anggaran Rp 25 miliar, dengan lima stasiun di tahap kedua yang akan ditata, ditargetkan dalam tiga bulan bisa tuntas. Sementara anggaran yang disiapkan Rp 40 miliar,” jelas Anies.
Apabila dengan empat stasiun butuh lima bulan dengan anggaran Rp 25 miliar, dengan lima stasiun di tahap kedua yang akan ditata, ditargetkan dalam tiga bulan bisa tuntas. Sementara anggaran yang disiapkan Rp 40 miliar.