Yogie Ahmad (38), pembuat konten Betawi, tak hanya memanfaatkan kanal Youtube untuk mengenalkan ondel-ondel Betawi. Kanal itu juga digunakan untuk mengedukasi dan memurnikan ondel-ondel Betawi.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Ondel-ondel yang sering ditemui di jalanan Ibu Kota dan dimanfaatkan sebagian warga untuk meraup penghasilan dengan mengamen sejatinya bukan gambaran ondel-ondel kebudayaan Betawi. Ondel-ondel jalanan itu dinilai mengabaikan pakem ondel-ondel Betawi dan melunturkan sakralitas serta nilai luhur dari ondel-ondel Betawi. Gambaran jati diri ondel-ondel Betawi selalu ditampilkan berpasangan, dihias dengan rapi, dan dalam atraksinya selalu diiringi musik khas Betawi.
Semangat mengembalikan ondel-ondel sesuai dengan pakem Betawi ini mulai dipahami Yogie Ahmad (38), seorang pembuat konten (content creator) Betawi, sejak fokus membuat konten video tentang ondel-ondel yang ia mulai pada 2016. Ketertarikan pada ondel-ondel mulai ia geluti seiring keseriusannya membuat konten video atraksi ondel-ondel yang ditemui di berbagai kegiatan car free day (hari bebas kendaraan bermotor/HBKB) di Jakarta saat itu.
”Pertama kali buat Youtube, apa saja saya share, apa saja saya coba, bagaimana caranya berhasil jadi Youtuber. Waktu itu tidak sengaja, ada keponakan yang saya ajak ke Setu Babakan, Jakarta Selatan. Di sana dia pegang-pegang tangan ondel-ondel, saya videokan, dan saya bagikan ke akun Youtube. Dan, ternyata waktu itu banyak penontonnya,” kata Ketua Komunitas Sanggar Ondel-Ondel DKI Jakarta,itu, di Jakarta Selatan, Senin (22/6/2020).
Yogie pun pada 2017 memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai tenaga pemasaran di perusahaan bidang properti yang sudah ia geluti selama tujuh tahun untuk fokus menjadi pembuat konten. Saat itu, jumlah pengikut channel Youtube-nya baru sekitar 50.000 orang. Penghasilannya sebagai tenaga pemasaran jumlahnya jauh lebih besar dengan penghasilannya saat itu sebagai pembuat konten.
Keputusan penting yang diambil waktu itu rupanya tak hanya membuatnya sukses secara pribadi menjadi pembuat konten ondel-ondel dengan pengikut saat ini mencapai 750.000-an orang. Namun, kesehariannya memburu video pentas seni ondel-ondel membuatnya jatuh cinta kepada budaya Betawi dan berkomitmen untuk ikut menjaga serta melestarikan kebudayaan itu.
”Keseharian saya bertemu tokoh-tokoh Betawi dan teman-teman sanggar, mulai timbul rasa cinta, akhirnya muncul ide untuk merapikan dan membina teman-teman sanggar di DKI Jakarta. Tujuannya agar lebih terorganisasi, terprogram, dan terarah,” ucap pemilik akun Youtube Video Unik itu.
Keseharian saya bertemu tokoh-tokoh Betawi dan teman-teman sanggar, mulai timbul rasa cinta, akhirnya muncul ide untuk merapikan dan membina teman-teman sanggar di DKI Jakarta.
Yogie pun pada 2018 menghimpun semua pemilik sanggar di DKI Jakarta. Ia kemudian dipercaya sebagai Ketua Komunitas Ondel-Ondel DKI Jakarta dengan jumlah keseluruhan anggota sanggar mencapai 22 sanggar. Adapun jumlah anggota secara keseluruhan lebih dari 300 orang.
Kesejahteraan seniman Betawi
Setelah terpilih sebagai Ketua Komunitas Ondel-Ondel DKI Jakarta, Yogie pun membangun relasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, untuk memperkenalkan komunitasnya. Langkah itu berbuah manis lantaran undangan untuk sering tampil di berbagai acara, mulai dari festival hingga karnaval, mengalir deras. Beberapa panggung besar, baik di tingkat nasional maupun di daerah DKI Jakarta, yang berhasil ditembus komunitas itu yakni Pekan Raya Jakarta dan Jakarnaval.
Di masa sebelum ada komunitas, tiap-tiap sanggar penggiat seni ondel-ondel bergerak sendiri-sendiri. Waktu tampil pun tak menentu. Namun, sejak ada komunitas berbagai tawaran tampil pun terus mengalir dan kian membantu kesejahteraan para penggiat seni ondel-ondel.
Bayaran yang didapatkan selama komunitas itu dipercaya mengisi acara juga kian membantu para penggiat seni di masa pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi Covid-19, tawaran untuk tampil di Pekan Raya Jakarta 2020, Jakarnaval 2020, dan berbagai festival atau karnival lain dibatalkan. Sanggar di bawah naungan komunitas ini pun sepi tawaran.
”Saat Covid-19, semua acara dibatalkan. Mereka kesulitan mendapat tawaran mengisi acara. Uang kas yang kami kumpulkan kami manfaatkan untuk mereka melalui sembako,” ujar putra Betawi itu.
Selain aktif membina anggota komunitas, Yogie pun aktif membina pendatang baru pembuat konten yang tertarik membuat video tentang ondel-ondel. Hingga saat ini, jumlah keseluruhan pembuat konten yang berhasil ia himpun mencapai 28 orang.
”Saya bertemu mereka saat buat video di setiap pentas ondel-ondel. Kami kemudian saling mengenal, bertukar informasi, dan berbagi pengalaman tentang cara membuat konten ondel-ondel yang baik dan yang bisa menarik penonton,” katanya.
Yogie pun membuat sebuah grup Whatsapp untuk berbagi informasi tentang pentas seni ondel-ondel dan sama-sama belajar membuat video yang layak dan menarik. Mereka juga sering bertemu untuk berdiskusi berbagai hal, termasuk sejarah, nilai, dan pesan di balik ondel-ondel.
Mereka juga sering bertemu untuk berdiskusi berbagai hal, termasuk sejarah, nilai, dan pesan di balik ondel-ondel.
Dukungan Pemprov DKI
Di balik masa sulit pandemi Covid-19, dukungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap kelestarian budaya Betawi di Jakarta selama ini dinilai kian terbuka. Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, kata Yogie, pada Februari 2020 di Balai Kota DKI Jakarta, sudah mengumpulkan seluruh penggiat seni Betawi membahas khusus maraknya ondel-ondel jalanan.
Dari pertemuan itu, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan para tokoh seni Betawi bersepakat untuk memberikan ruang yang luas demi memfasilitasi sanggar kesenian dan perajin ondel-ondel Betawi. Ondel-ondel diberi kesempatan untuk ditampikan dalam kegiatan seremonial hingga menginventarisasi jumlah sanggar seni Betawi di DKI Jakarta.
Payung hukum pelestarian warisan seni Betawi juga dinilai kian komplet. Sebab, sejauh ini sudah ada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi.
”Kini, muncul lagi surat edaran dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk menegakkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015. Salah satu poinnya mewajibkan pengelola tempat hiburan, hotel, restoran, dan biro perjalanan untuk menyediakan suvenir cendera mata Betawi kepada para pengunjung. Ini bentuk dukungan yang luar biasa dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bagi seniman Betawi,” ucapnya.