Sekolah Swasta Harap-harap Cemas Mendapatkan Siswa Baru
Hingga 20 hari menjelang tahun ajaran baru, sejumlah sekolah swasta mendapatkan kurang dari separuh kuota murid baru. Sepinya penerimaan siswa baru di sekolah swasta kontras dengan hiruk-pikuk PPDB di sekolah negeri.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saat para siswa berebut masuk ke sekolah negeri, sekolah-sekolah swasta justru menghadapi hal sebaliknya. Kini, mereka harap-harap cemas sembari menunggu penutupan penerimaan peserta didik baru atau PPDB untuk sekolah negeri.
Penerimaan siswa baru untuk tahun ajaran 2020/2021 dirasakan berbeda oleh Wakil Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ulum Jakarta Barat Ochi Khosiah. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, penerimaan siswa baru relatif sulit diprediksi pada tahun ini.
”Tahun-tahun lalu, kami mudah memprediksi berapa siswa yang bisa diterima di sini. Kalau saat ini, kami masih belum tahu,” katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/6/2020).
Pendaftaran siswa baru di MTs Darul Ulum dibuka pada 1 Mei 2020 hingga 11 Juli 2020. Akan tetapi, hingga Kamis siang, jumlah siswa yang mendaftar baru sekitar 32 orang. Padahal, tahun ini mereka menyediakan daya tampung untuk 150 siswa baru.
”Kami membuka lima kelas. Jumlah siswa setiap kelasnya sekitar 30 orang. Tahun lalu, kami membuka untuk enam kelas,” ujar Ochi.
Tahun ajaran 2020/2021 akan dimulai pada 13 Juli 2020. Kurang dari 20 hari lagi, semua sekolah akan memulai aktivitas pembelajaran kembali.
Tahun lalu, 20 hari menjelang hari pertama masuk sekolah, daya tampung di MTs Darul Ulum sudah terpenuhi. Bahkan, beberapa siswa harus rela masuk dalam daftar tunggu. Artinya, siswa di daftar tunggu tersebut baru bisa diterima apabila ada siswa MTs Darul Ulum lain yang diterima di sekolah negeri.
”Jadi, tahun lalu banyak yang, mohon maaf, kami tolak karena kuota sudah penuh. Kalau tahun ini kami masih menunggu proses PPDB,” katanya.
Kesulitan ekonomi
Ochi menduga, ada dua faktor yang memengaruhi tren pendaftaran siswa baru di sekolah swasta. Pertama, siswa masih berebut untuk mencari sekolah negeri. Kedua, orangtua siswa kesulitan membiayai sekolah anaknya karena mengalami masalah ekonomi akibat Covid-19.
Seperti diketahui, mulai Kamis ini, sekolah negeri sedang membuka pendaftaran untuk jalur zonasi. Sebelumnya, dibuka jalur afirmasi, prestasi, dan perpindahan orangtua sejak 15 Juni 2020.
Pendaftaran siswa baru MTs Darul Ulum sebelumnya sempat dibuka secara daring. Akan tetapi, karena jumlah pendaftar amat sedikit, pendaftaran kemudian dilakukan tatap muka. Sekolah mewajibkan orangtua dan pendaftar memakai masker, menjaga kebersihan tangan, dan menjaga jarak selama mengikuti proses pendaftaran.
Waswas
Staf Tata Usaha SMA Muhammadiyah 33 Jakarta Pusat, Nabras Nabila, mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan pendaftaran siswa baru di SMA Muhammadiyah 33 melambat. Dalam hal ini, ia mengaku waswas mengingat tahun ajaran baru sudah di depan mata.
Pada tahun lalu, SMA Muhammadiyah 33 sudah menerima sekitar 50 persen siswa pada dua pekan menjelang hari pertama masuk sekolah.
Tahun ini, hingga Kamis siang, siswa yang mendaftar baru sekitar 10 siswa. Padahal, pendaftaran sudah dibuka sejak awal Juni 2020 dengan daya tampung sebanyak 68 siswa.
”Kami belum tahu kondisi setelah PPDB di sekolah negeri ditutup. Biasanya ada lonjakan setelah PPDB sekolah negeri,” katanya.
Nabras menduga, para orangtua siswa masih berpikir ulang untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta. Pasalnya, untuk masuk ke sekolah swasta, orangtua harus membayar biaya pendaftaran, sedangkan untuk sekolah negeri tidak dipungut biaya.
Sementara itu, kuota siswa untuk tahun ajaran 2020/2021 di SMP Tarsisius 2, Jakarta Barat, sudah terpenuhi pada saat ini. Sebab, pendaftaran siswa baru sudah dibuka sejak Oktober 2019. Namun, pendaftaran untuk siswa baru masih terus dibuka hingga hari pertama masuk sekolah nantinya.
Menurut Kepala SMP Tarsisius 2 Andreas Johannes, tahun ini pihaknya menyediakan daya tampung 55 siswa untuk dua kelas. Akan tetapi, tersedia dua kelas cadangan untuk para siswa yang ingin mendaftar.
”Kami tidak akan menolak siswa. Jika ada yang mendaftar lagi, akan kami tambah ruangan baru. Guru-guru juga siap jika mengajar lebih dari dua kelas,” katanya.
Di SD Katolik Bethel, Jakarta Pusat, baru 12 siswa yang mendaftar meskipun pendaftaran telah dibuka sejak Januari 2020. Menurut staf Tata Usaha SD Katolik Bethel, Suhayanto, tahun ini mereka menyediakan kuota sebanyak 32 siswa atau satu kelas.
”Kami tetap akan menerima siswa meskipun tahun ajaran baru 2020/2021 sudah dimulai nanti,” katanya.