Cara Pejabat Mengenakan Masker Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Warga
Pejabat publik memainkan peran penting dalam mengingatkan warga untuk menggunakan masker saat pandemi Covid-19. Teladan mereka memengaruhi tingkat kepatuhan warga menggunakan masker.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Jakarta pada Senin (20/7/2020) terus berkembang hingga mencapai 16.712 pasien positif. Di tengah kondisi itu, sebagian warga masih mengabaikan protokol kesehatan Covid-19. Salah satu yang terus diabaikan warga soal pemakaian masker.
Padahal, Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 41 Tahun 2020 yang berlaku sejak Mei silam telah mewajibkan penggunaan masker di luar rumah. Pasal 4 pergub itu menyebutkan adanya teguran tertulis, sanksi sosial, hingga hukuman berupa denda administratif.
Walakin, sebagian warga di Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat tampak sering mengabaikan instruksi pakai masker saat dipantau sepanjang Senin. Muhammad Subhi (37), warga yang hendak berangkat kerja dari Cibubur, Jakarta Timur, Senin pagi, memakai masker dengan ditahan di dagu. Sementara saat batuk, dia kerap lupa menutup kembali mulutnya dengan masker.
Selain Subhi, ada pula sejumlah warga yang tidak pakai masker saat berkendara sepeda motor. Kalangan pengendara ini terus terlihat di sekitar Jalan Raya Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Begitu pula di Jakarta Barat, sejumlah pengendara tak bermasker terlihat di sekitar Jalan Tentara Pelajar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kondisi kepatuhan bermasker warga bahkan tercatat dalam pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta. Kepala Satpol PP Arifin menyebutkan, ada 27.710 orang yang tidak mengenakan masker dan mendapat sanksi selama periode 5 Juni hingga 16 Juli 2020.
Ia menambahkan, kepatuhan bermasker semakin urgen setelah kasus di Jakarta terus melonjak. Dalam tiga hari terakhir, penambahan kasus harian terus stabil melebihi 300 pasien. Pada 18 Juli, kasus mencapai 331 pasien per hari, lalu pada 19 Juli kasus mencapai 313 pasien per hari, sedangkan pada 20 Juli kasus mencapai 361 pasien per hari.
”Sesuai peraturan gubernur, kami mengingatkan agar warga terus mematuhi aturan memakai masker saat bepergian. Covid-19 dapat dicegah dengan terus melaksanakan protokol kesehatan, yakni terus pakai masker, berjaga jarak, dan tetap di rumah apabila memungkinkan,” ucap Arifin.
Terkait hal itu, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menjelaskan bahwa kepatuhan bermasker tidak bisa terus disalahkan kepada warga. Sebab, para pesohor dan tokoh berpengaruh pun kerap tak memberi contoh baik saat memakai masker.
Dalam beberapa situasi belakangan ini, sejumlah pejabat pemerintahan kerap memakai masker dengan tidak benar. Sebagian dari mereka kerap menggantungkan masker di dagu. Pandu mengingatkan, menggantungkan masker seperti itu riskan memaparkan virus penyebab Covid-19 yang tersebar lewat droplet.
Perilaku menggantungkan masker itu pun kerap dicontoh sejumlah warga pada Seni. Karena itu, Pandu menekankan, contoh bermasker yang baik dari para tokoh dan pesohor sangat dibutuhkan.
”Kondisi kepatuhan bermasker sangat dipengaruhi oleh para tokoh dan pesohor. Sayangnya, sejumlah pejabat publik belum mengenakan masker dengan baik hingga hari (Senin) ini. Sudah para tokoh dan pesohor tersebut sense of crisis-nya rendah, warganya tidak peduli pula,” tutur Pandu.
Dia menegaskan, keterlibatan tokoh dan pesahar penting untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap protokol kesehatan. ”Semua tokoh yang didengar itu perlu diajak sehingga publik mendapat contoh yang baik,” ucapnya.
Seth Cohen dalam artikelnya di Forbes pun menuturkan, peran tokoh dan pesohor dalam menjalankan kepatuhan bermasker adalah bagian dari strategi kepemimpinan. Tokoh pemimpin, misalnya, pasti diharapkan untuk bersikap sesuai dengan apa yang dikatakan. Ketika pemimpin mengingatkan agar pakai masker, tetapi dalam situasi tertentu justru abai, maka pemimpin telah gagal memberikan contoh yang baik.
Menurut Seth, para tokoh pemimpin tidak ada pilihan lain selain memberikan panutan yang baik saat pandemi Covid-19. Cara itu hanya dapat ditempuh dengan memakai masker sepantasnya, yakni menutup area hidung dan mulut.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, memandang panutan perilaku bermasker juga harus terus dilakukan oleh tokoh yang dipercaya mayarakat. Artinya, perilaku baik tidak hanya berhenti pada pemimpin teratas. Semua harus memberi contoh baik untuk warga.
Tanpa contoh yang baik, perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar tidak akan berarti apa-apa bagi kluster penularan DKI Jakarta. Selama kepatuhan bermasker terus dilanggar, penambahan kasus Covid-19 kemungkinan akan terus terjadi.