Ganjil Genap Berlaku Senin, Karyawan Waswas
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan lagi kebijakan ganjil genap untuk mobil pada Senin (3/8/2020). Kebijakan ini dinilai tak selaras dengan protokol kesehatan karena mendorong orang memakai angkutan umum.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan kebijakan ganjil genap nomor kendaraan bermotor untuk mobil di 25 ruas jalan, Senin (3/8/2020). Kebijakan ini ditempuh lantaran pergerakan warga tetap ramai saat pembatasan sosial berskala besar transisi.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, berdasarkan hasil evaluasi, volume kendaraan di jalan raya terus meningkat selama PSBB transisi. Bahkan, di beberapa ruas jalan, volume kendaraan melampaui kondisi sebelum Covid-19.
Ia mencontohkan ruas Jalan Sudirman yang berada di Senayan, Jakarta. Sebelum pandemi Covid-19, volume kendaraan di ruas ini mencapai 127.000 per hari. Kini, volume kendaraan mencapai 145.000 per hari. Di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, volume kendaraan sebelum Covid-19 74.000 per hari. Saat ini jumlahnya naik menjadi 75.000 kendaraan per hari.
”Dari kondisi ini terlihat bahwa upaya Pemprov DKI Jakarta untuk tetap menjaga agar tidak terjadi kepadatan di perkantoran dan pusat kegiatan seolah-olah belum efektif berjalan. Pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 51 Tahun 2020 disebutkan, ganjil genap menjadi salah satu instrumen rem darurat untuk membatasi pergerakan warga,” ujarnya, Minggu (2/8/2020), di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Sejak surat izin keluar masuk (SIKM) ditiadakan pada 14 Juli, dia melanjutkan, tidak ada lagi instrumen untuk membatasi pergerakan warga. Oleh karena itu, pembatasan kendaraan melalui ganjil genap diharapkan menjadi instrumen baru untuk membatasi pergerakan warga.
Jika pelat nomor kendaraan tidak bisa untuk melakukan perjalanan, dia mengimbau warga tetap di rumah. Perusahaan pun diminta menyesuaikan sif kerja karyawan berdasarkan pelat nomor mobil karyawan.
Saat ini, kebijakan ganjil genap hanya menyasar kendaraan roda empat, berlaku dengan dua termin, yakni pukul 06.00-10.00 dan pukul 16.00-21.00. Jika evaluasi kendaraan menunjukkan volume kendaraan belum bisa ditekan, kebijakan ganjil genap akan diberlakukan sepanjang hari. Tak tertutup kemungkinan, lanjut Syafrin, ganjil genap diperluas untuk sepeda motor.
Adapun 25 ruas jalan yang menerapkan ganjil genap, antara lain, Jalan Sudirman, Jalan MH Thamrin, Jalan Gajah Mada, Jalan Pramuka, Jalan MT Haryono, dan Jalan Medan Merdeka Barat.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo menambahkan, sosialisasi ganjil genap diberlakukan selama tiga hari, dari Senin (3/8/2020) hingga Rabu (5/8/2020). Selama sosialisasi, petugas tak akan menilang para pelanggar. Penegakan hukum baru akan dilakukan pada Kamis (6/8/2020).
”Sosialisasi bertujuan mengingatkan kembali kepada warga bahwa ganjil genap sudah berlaku,” ujarnya.
Angkutan umum
Syafrin menambahkan, pihaknya sudah mengantisipasi perpindahan warga ke angkutan umum. Untuk MRT, misalnya, setiap rangkaian bisa membawa 390 penumpang pada jam sibuk. Jumlah ini sudah dengan penerapan jarak fisik. ”Saat ini okupansi MRT baru 30 persen saat jam sibuk. Artinya, masih ada 70 persen lagi yang bisa diisi. Jam operasi MRT juga akan ditambah hingga pukul 22.00 mulai besok,” katanya.
Sementara itu, dari pantauan di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin pekan lalu, lanjut Syafrin, jumlah penumpang kereta rel listrik sudah mulai melandai. Ini berkat bantuan bus dari pemerintah untuk mengurai kepadatan penumpang.
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL memprediksi, pada Senin (3/8/2020), pengguna KRL dari luar Jakarta menuju stasiun-stasiun di wilayah Jakarta akan cukup tinggi. Selain mengimbau pengguna memanfaatkan Sabtu-Minggu untuk kembali ke Jakarta, PT KCI juga meminta pengguna menggunakan KRL di luar jam-jam sibuk.
Di hari kerja, persebaran pengguna KRL saat ini masih terfokus pada pukul 05.00-08.00 dan 16.00-20.00. Selain waktu tersebut, KRL tampak lebih lengang dan tidak ada antrean pengguna.
”Para pengguna jasa dapat memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk naik KRL dengan lebih nyaman,” kata Vice President Corporate Communications PT KCI Anne Purba.
PT KCI mencatat, pengguna KRL pada Kamis (30/7/2020) mencapai 409.814 penumpang atau meningkat 10 persen dibandingkan dengan penumpang pada Kamis (23/7/2020) yang tercatat 370.948 pengguna. Pada libur hari raya Idul Adha, Jumat (31/7/2020), jumlah pengguna KRL hanya 187.257 penumpang. Saat ini, PT KCI masih tetap melayani penumpang maksimal 74 orang per kereta agar pembatasan fisik di dalam KRL dapat terpenuhi.
Hingga kini, PT KCI setidaknya sudah mengoperasikan 971 perjalanan KRL per hari. ”Jumlah ini sudah maksimal dengan mempertimbangkan kapasitas angkut serta kapasitas prasarana perkeretaapian yang tersedia,” kata Anne.
Untuk Transjakarta, Kepala Divisi Korporasi dan Humas PT Transportasi Jakarta Nadia Diposanjoyo menjelaskan, Transjakarta menambah bus 25 persen atau 155 unit di 10 koridor yang bersinggungan dengan 25 jalan ganjil genap.
”Total armada beroperasi di 13 koridor pada masa ganjil genap akan mencapai 871 unit, dan bus siap operasi untuk Senin besok,” katanya melalui keterangan tertulis.
Selain itu, Transjakarta juga mengoperasikan kembali tiga rute nonkoridor untuk melayani lima rusun sejak 1 Agustus 2020. Rute ini sebelumnya tidak beroperasi lantaran pandemi Covid-19.
Keberatan
Salah seorang warga, Era Marian Damayanti (42), keberatan dengan kebijakan ganjil genap. Setiap hari, perempuan yang bekerja sebagai arsitek kontraktor ini menggunakan mobil untuk bepergian, termasuk jika harus ke kantor di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
”Terus terang saja, saya masih belum berani naik angkutan umum. Kita, kan, tidak tahu bagaimana kondisi penumpang lain. Bisa saja mereka membawa virus,” ujar warga Depok, Jawa Barat, ini ketika ditemui di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Meski tidak harus rutin ke kantor, Era minimal sekali dalam seminggu ada jadwal pertemuan dengan klien. Jika kebetulan jadwal dan lokasi pertemuan berpapasan dengan kebijakan ganjil genap, ia akan memindahkan lokasi pertemuan di luar Jakarta. ”Kemungkinan dipindah ke Bogor,” ujarnya.
Terus terang saja, saya masih belum berani naik angkutan umum. Kita, kan, tidak tahu bagaimana kondisi penumpang lain. Bisa saja mereka membawa virus.
Hal yang sama juga diungkapkan Yansi (51), warga Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, yang bekerja di perusahaan swasta di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia cenderung memilih bersepeda atau naik sepeda motor ke kantor ketimbang naik angkutan umum.
”Sangat sulit menerapkan protokol kesehatan di angkutan umum. Mending saya naik sepeda motor atau sepeda kalau mobil lagi kena ganjil-genap,” katanya.
Aturan ganjil-genap tersebut juga membuat Yansi waswas mengingat saat ini perkantoran menjadi kluster baru penularan Covid-19 di Jakarta. Ia beranggapan, kluster perkantoran bisa jadi dipicu pekerja-pekerjanya yang berkerumun saat berangkat menggunakan angkutan umum.
Dalam keterangan pers tertulis, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menilai, aturan ganjil genap belum tepat diberlakukan di masa pandemi Covid-19. Hal ini justru akan memicu orang-orang menggunakan angkutan umum.
”Sangat paradoks ketika ganjil genap diberlakukan, tetapi grafis pandemi Covid-19 belum mencapai puncak,” katanya.
Saat ini moda transportasi MRT, KRL, dan Transjakarta telah nyaman menjalankan protokol kesehatan dengan daya angkut (faktor muat/load factor) 30-50 persen. Jika ganjil genap diberlakukan, daya angkutnya bisa mencapai lebih dari 50 persen.
Deddy juga menyoroti disediakannya bus bantuan khusus oleh Pemprov DKI Jakarta setiap Senin untuk mengurangi kepadatan penumpang di Stasiun Bogor dan Stasiun Bojonggede. Menurut dia, armada tersebut perlu ditingkatkan.
”Jika sarana bus yang tersedia masih seperti sebelumnya, tampaknya masih kurang banyak,” katanya.
Baca juga : Diuji Coba Pekan Depan, Tarif Bus Bantuan di Stasiun KRL Rp 15.000 Dinilai Terlalu Mahal
Deddy menyarankan agar Pemerintah Kota Bogor atau Pemerintah Kabupaten Bogor turut menyediakan sarana serupa bagi warganya yang hendak bekerja ke Jakarta. Terlebih, saat ini tersedia bus-bus pariwisata yang dapat mereka berdayakan.
”Skenario lain dengan mengembalikan jadwal angkutan umum seperti awal. Contohnya, KRL yang dibatasi hingga pukul 21.00 dan Transjakarta hingga pukul 22.00 sebaiknya ditambah hingga pukul 23.30,” ujarnya.
Saat ini operasional Transjakarta pukul 05.00-22.00 untuk umum dan 05.00-23.30 untuk tenaga kesehatan. Adapun KRL beroperasi pukul 04.00-21.00.