Palang Merah Indonesia DKI Jakarta memastikan proses donor darah di masa pandemi Covid-19 aman untuk dilakukan. Sejauh ini belum ada bukti virus korona baru menular lewat transfusi darah.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Palang Merah Indonesia DKI Jakarta memastikan proses donor darah di masa pandemi Covid-19 aman untuk dilakukan. Kini, mereka kekurangan stok darah sehingga sering kali harus mengandalkan pendonor dari kalangan keluarga pasien.
Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta Niken Ritchie mendorong masyarakat untuk terus mendonorkan darah di masa pandemi Covid-19. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko penularan Covid-19 selama proses donor.
”Masyarakat tidak perlu khawatir mendonorkan darah. Saat ini banyak pasien yang membutuhkan darah. Keluarga mereka juga kesulitan mencari pendonor melalui chat dan sebagainya,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/9/2020).
Niken menilai, masyarakat enggan mendonorkan darah saat ini, antara lain, karena khawatir terjadi kerumunan dalam pengambilan darah. Hal ini, menurut Niken, tidak hanya dikhawatirkan oleh para pendonor, tetapi juga penyelenggara donor darah massal.
”Sebenarnya kalau penyelenggara meminta izin, akan diberikan asalkan mematuhi protokol kesehatan,” katanya.
Terbukti, dua pekan lalu PMI DKI Jakarta mengadakan donor darah massal di kawasan Stadion Utama Bung Karno. Kegiatan yang mengumpulkan lebih dari 500 orang itu mampu terselenggara dengan baik karena pendonor yang datang diatur berdasarkan jam.
Selain itu, masyarakat juga enggan mendonorkan darah karena khawatir mereka sebagai orang tanpa gejala (OTG) Covid-19. Mereka tidak ingin menularkan virus ke pasien yang menerima transfusi darah mereka.
Menurut Niken, sejauh ini belum ada bukti bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 dapat menular melalui transfusi darah. Covid-19 sejauh ini menular melalui droplet dari hidung dan mulut si penderita.
”Intinya, tidak perlu khawatir menularkan ke orang lain. Kami tidak mewajibkan pendonor untuk rapid test atau swab test sebelumnya,” katanya.
Stok menipis
Niken mengungkapkan, stok darah di PMI DKI Jakarta kini menipis. Jika biasanya UTD PMI DKI Jakarta bisa mengumpulkan 1.000 kantong darah dalam sehari, sejak Maret 2020 mereka hanya mampu mengumpulkan 200 kantong darah per hari.
Sebab, 1.000 kantong darah yang dikumpulkan oleh PMI, 60 persennya berasal dari kegiatan jemput bola ke instansi pemerintahan, bank, hingga kampus. Hal tersebut kini tidak bisa dilakukan karena sebagian besar karyawan dan mahasiswa menjalani kegiatan di rumah masing-masing.
”Kegiatan mobil donor darah kami yang selalu keliling menjadi terhenti. Akhirnya kami menunggu masyarakat yang datang ke gedung saja,” katanya.
Pada Maret lalu, UTD Jakarta Pusat mengaku mengalami penurunan stok kantong darah hingga 70 persen (Kompas, 23 Maret 2020). Menurut Niken, kondisi yang sama masih terjadi pada September ini.
”Saat awal PSBB transisi memang sempat ada kenaikan. Namun, tidak lama setelah itu beberapa kelurahan menjadi zona merah lagi sehingga donor darah kembali tersendat,” katanya.
Padahal, setiap hari kebutuhan darah di rumah sakit-rumah sakit mencapai 700 kantong darah sehari. Terpaksa PMI selama ini turut mengambil donor darah dari pihak keluarga yang membutuhkan transfusi darah tersebut.
Sepi
Pada Kamis siang, ruang tunggu di UTD PMI Jakarta Barat terlihat sepi. Bangku-bangku yang sudah diberikan tanda pembatasan sosial juga terlihat kosong.
Pukul 10.00-11.00, tidak lebih dari lima pendonor yang datang untuk mendonorkan darahnya. Mereka yang mendonorkan darah siang itu tidak khawatir dengan adanya pandemi Covid-19. Hal itu diungkapkan oleh Mahfudin (45), salah satu pendonor darah di UTD PMI Jakarta Barat.
”Sama sekali enggak (khawatir), ya. Memang, saya terakhir donor setahun yang lalu. Tetapi, bukan karena Covid-19 karena saya sibuk kerja ke luar kota,” kata pria yang aktif mendonorkan darahnya sejak enam tahun lalu ini.
Alih-alih khawatir dengan pandemi Covid-19, Mahfudin merasa tubuhnya pegal-pegal setelah lama tidak mendonorkan darahnya. ”Setelah donor rasanya ringan ini badan,” lanjutnya.
Pandemi Covid-19 juga tidak membuat Parno (55) berhenti mendonorkan darahnya. Setiap empat bulan sekali, pria asal Cengkareng, Jakarta Barat, ini masih rutin berdonor darah. Selain merasa bugar, setelah donor darah, Parno merasa nafsu makannya meningkat.
”Bulan depan jadwal saya donor darah. Tiga bulan lalu sudah donor darah juga,” katanya.
Di masa pandemi Covid-19, para pendonor diwajibkan mengisi dua formulir asesmen mandiri sebelum diambil darahnya. Formulir tersebut wajib diisi karena menjadi salah satu protokol kesehatan donor darah di masa pandemi.
Pada formulir pertama, pendonor harus menuliskan tentang kondisi kesehatannya. Sementara untuk formulir kedua, pendonor menjelaskan tentang riwayat perjalanan dan gejala Covid-19.
Kepala Seksi Humas UTD PMI Jakarta Barat Ade Orba mengatakan, selain mengisi formulir tersebut, warga juga wajib menaati protokol kesehatan Covid-19. Misalnya, memakai masker, menjaga jarak, dan mengecek suhu tubuh.
”Warga tidak perlu khawatir. Sebab, setiap selesai mengambil darah pendonor, petugas PMI selalu menyemprot tempat tidur menggunakan disinfektan,” katanya.
Ade membenarkan ada penurunan jumlah pendonor darah selama pandemi Covid-19 di UTD Jakarta Barat. Jika sebelumnya banyak warga yang mendonorkan darahnya langsung ke UTD PMI Jakarta Barat, kini jumlahnya menurun.
Alhasil, pihaknya kini bertumpu pada komunitas dan organisasi masyarakat yang masih menghubungi UTD PMI Jakarta Barat untuk melakukan kegiatan donor darah massal. ”Contohnya karang taruna di Kamal Muara yang kemarin mengirimkan permintaan donor darah. Lalu kami kirimkan mobil donor darah ke sana,” katanya.
Ketua Umum PMI Jusuf Kalla dalam perayaan HUT Ke-75 PMI, yang digelar virtual, Kamis, mengatakan, PMI setidaknya membutuhkan 5 juta kantong darah untuk memenuhi kebutuhan nasional selama setahun. Adanya pandemi Covid-19 membuat ketersediaan kantong darah PMI menjadi menurun.
”Gambarannya, dibutuhkan sekitar 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia untuk menjadi pendonor per tahun,” katanya.
JK menilai, selama ini TNI dan Polri telah membantu PMI untuk mengatasi kekurangan stok darah tersebut melalui donor darah dari para anggotanya. Meski begitu, PMI masih sangat membutuhkan donor darah dari masyarakat.