Manipulasi Hasil Tes Covid-19 Berpotensi Turunkan Kepercayaan Publik
Manipulasi hasil tes Covid-19 bisa membuat kepercayaan publik terhadap hasil tes tergerus. Polisi didesak untuk mengungkap kasus tersebut.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Manipulasi hasil tes cepat salah satu penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, berpotensi menurunkan kepercayaan publik terhadap upaya memutus mata rantai penularan Covid-19. Pengelola bandara dan pihak penyedia layanan tes cepat tengah melakukan investigasi internal untuk mengusut kasus tersebut.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banten Budi Suhendar, Sabtu (19/9/2020), menyampaikan, tindakan mengubah atau memanipulasi hasil tes cepat tidak sesuai dengan aspek etik dan disiplin kedokteran. Masyarakat, lanjutnya, bisa melaporkan hal tersebut ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).
”Ini akan memberikan efek buruk, khususnya terhadap kepercayaan masyarakat pada upaya pencegahan penularan Covid-19. Ke depan, kejadian ini berpotensi menyebabkan hasil pemeriksaan Covid-19 diragukan semua pihak,” kata Budi.
Tawaran dari tenaga medis untuk memanipulasi hasil tes cepat Covid-19 dialami salah seorang penumpang di Bandara Soekarno-Hatta pada 13 September 2020. Penumpang tersebut mengungkapkan kejanggalan pada proses tes cepat melalui akun Twitter @listongs pada Jumat (18/9/2020).
Dalam utasannya, ia berkisah sedang melakukan pemeriksaan tes cepat Covid-19 di Terminal III Bandara Soekarno-Hatta karena akan menempuh perjalan dari Jakarta ke Nias, Sumatera Utara. Korban yang akan terbang pada pukul 06.00 memilih datang ke bandara lebih awal, yaitu pukul 04.00 (Kompas.id, 18/9/2020).
”Aku tes rapid-nya di tempat resmi yang sudah disiapkan oleh Bandara Soetta. Aku sebelum rapid sudah percaya diri kalau hasilnya nonreaktif karena aku baru pulang dari Western, Australia, 6 hari sebelumnya,” tulis akun @listongs.
Seusai menyerahkan uang untuk tes cepat dengan cara ditransfer, terduga pelaku disebut melakukan pelecehan seksual kepada korban. Korban mengaku tidak memiliki kemampuan untuk menghindar, termasuk meminta tolong.
Adapun dari hasil pemeriksaan itu, korban dinyatakan reaktif. Ia pun pasrah jika jadwal penerbangannya harus dibatalkan. Saat itu, petugas yang memeriksa korban, yang mengaku sebagai dokter, menghampirinya dan berjanji membantu korban untuk terbang dengan mengubah data hasil pemeriksaan. Korban sempat menolak dengan alasan takut menulari orang lain jika ia benar positif Covid-19.
Namun, oknum yang mengaku dokter itu memaksa agar korban tetap terbang ke Nias. Oknum tersebut menjamin tidak akan ada penularan Covid-19. Dia menawarkan kepada korban untuk mengubah hasil tes cepat dari reaktif menjadi nonreaktif dengan imbalan Rp 1,4 juta.
Seusai menyerahkan uang itu dengan cara ditransfer, terduga pelaku disebut melakukan pelecehan seksual kepada korban. Korban mengaku tidak memiliki kemampuan untuk menghindar, termasuk meminta tolong.
Selain bisa menggerus kepercayaan publik terhadap hasil tes Covid-19, Budi Suhendar menilai tindakan itu bisa menghambat upaya pemerintah untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Sebab, teduga pelaku pemerasan dan pelecehan seksual membiarkan orang yang seharusnya menjalani isolasi untuk bepergian ke luar daerah.
Budi mendesak pihak berwenang untuk mengusut kasus tersebut. Ia belum dapat memastikan oknum terduga pelaku merupakan dokter atau bukan karena proses pemeriksaan dengan metode tes cepat bisa juga dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter.
”Kalau benar dokter, bisa dilaporkan. Ada mekanisme masing-masing yang berlangsung di MKEK dan MKDI,” katanya.
Investigasi
PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) dan PT Angkasa Pura (AP) II tengah melakukan proses investigasi untuk mengungkap kasus tersebut. PT KFD merupakan penyedia layanan tes cepat di Terminal III Bandara Soekarno-Hatta. Adapun PT AP II adalah pengelola Bandara Soekarno-Hatta.
Direktur Utama PT KFD Adil Fadilah Bulqini, melalui siaran pers, menyampaikan, PT KFD telah menghubungi korban. Adil akan membawa peristiwa tersebut ke ranah hukum dengan melaporkan tindakan oknum tersebut kepada petugas berwajib.
Sementara itu, Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Agus menyatakan siap membantu semua pihak terkait, termasuk memberikan akses untuk memeriksa kamera pengawas di lingkungan bandara demi kepentingan penyelidikan.
”Kami siap bekerja sama dengan semua pihak, termasuk sudah berkoordinasi dengan Polresta Bandara Soekarno-Hatta yang sekarang sedang menyelidiki kasus ini,” katanya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soekarno-Hatta Komisaris Alexander Yurikho menyebutkan, hingga saat ini korban belum melaporkan peristiwa yang dialaminya ke polisi. Meski demikian, Yurikho mengatakan tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Ia enggan berkomentar lebih lanjut ketika disinggung mengenai perkembangan hasil penyelidikan sejauh ini.
”Penyelidikan sedang berjalan. Mohon waktu, penyelidik sedang bergerak,” katanya melalui pesan singkat.