Puluhan Rumah Warga di Jakarta Utara Rusak Diterjang Puting Beliung
Bencana puting beliung memorakporandakan puluhan rumah warga Tugu Selatan, Jakarta Utara. Warga memilih bertahan di rumah masing-masing dan bergotong royong memperbaiki kerusakan yang timbul akibat bencana itu.
Oleh
Stefanus Ato
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian wilayah Jakarta Utara selama dua hari terakhir terdampak bencana hidrometeorologi. Setelah banjir rob di Muara Angke, 30 rumah warga di Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, kembali rusak diterjang puting beliung. Musibah itu mengakibatkan empat warga luka terkena atap asbes yang beterbangan diterjang angin.
Ketua RT 017 RW 007 Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Amirullah mengatakan, angin kencang menerjang perumahan warga pada Selasa (20/10/2020) sekitar pukul 18.00. Saat itu, warga rata-rata berada di rumah masing-masing karena wilayah itu sedang dilanda hujan deras.
”Saya tidak melihat arah angin karena saat itu masih di dalam rumah. Tetapi, saya dengar ada suara seperti kaleng yang diadu, sangat berisik,” kata Amirullah, Rabu, saat dihubungi dari Bekasi.
Hingga Rabu sore, sejumlah rumah warga masih porak poranda. Meski demikian, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah.
Setelah angin deras itu mereda, Amirullah bergegas dari rumah menuju sumber suara itu. Di sana, sejumlah tiang penyangga kabel listrik tumbang. Sebagian atap rumah warga dari asbes hilang. Kulkas milik salah satu warga pun rusak dan terbang dari tempat semula sejauh sekitar 6 meter.
Di RW 018, warga yang terdampak sebanyak 34 keluarga. Sementara jumlah rumah yang rusak berat di wilayah RW itu sebanyak tujuh rumah dan rusak ringan 15 rumah.
”Jumlah warga yang terkena musibah ada 34 keluarga. Kalau korban luka tertimpa asbes terbang ada empat orang. Mereka sudah dirawat, rata-rata hanya luka ringan,” ujar Amirullah.
Hingga Rabu sore, sejumlah rumah warga masih porak poranda. Meski demikian, sebagian besar warga memilih bertahan di rumah. Hanya dua keluarga yang mengungsi ke rumah kerabat karena kondisi rumah mereka tak layak untuk dihuni. Warga sekitar berharap ada bantuan dari pemerintah untuk merenovasi rumah mereka, terutama bagian atap rumah yang hilang dibawa angin.
”Dari kelurahan sudah ke sini tadi dan baru kasih informasi untuk mengupayakan bantuan. Tetapi, sampai sekarang belum ada bantuan yang sampai,” katanya.
Warga mandiri
Camat Koja Ade Himawan, dihubungi terpisah, mengatakan, bencana puting beliung di wilayahnya terjadi di Kelurahan Tugu Selatan. Sebanyak 30 rumah warga terdampak. Rumah-rumah tersebut tersebar di wilayah RW 007, tepatnya RT 005, RT 017, RT 018, dan RT 019.
”Warga bahu-membahu memperbaiki (rumah yang rusak). Kami bantu bersihkan sisa-sisa puing asbes melibatkan PPSU (pekerja penanganan sarana dan prasarana umum), memberikan layanan kesehatan kepada warga yang terluka atau trauma,” katanya.
Ade menambahkan, bencana puting beliung di RW 007 tidak terlalu serius karena hanya bagian atap rumah, terutama asbes, yang hilang. Oleh karena itu, warga pun memilih bertahan di rumah dan tidak mengungsi.
Suku Dinas Sosial Kota Jakarta Utara juga membantu menyalurkan sejumlah bantuan sosial untuk meringankan beban warga. Bantuan itu berupa beras, mi instan, serta makanan kemasan atau kaleng.
”Selama proses pembersihan ada bantuan ala kadarnya, tidak banyak bantuan yang kami himpun. Untuk perumahan yang rusak, sejauh ini warga secara gotong royong saling membantu memperbaiki atap yang rusak,” katanya.
Waspada
Musibah puting beliung ataupun banjir rob yang terjadi di Muara Angke dan Tugu Selatan merupakan bagian dari bencana hidrometeorologi yang mengancam sejumlah wilayah di Tanah Air. Ancaman bencana ini mesti diwaspadai karena hujan lebat disertai angin kencang diperkirakan akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia sepekan mendatang.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab menyampaikan, hingga seminggu ke depan masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah Indonesia. Intensitas hujan sedang dapat mencapai 20-50 milimeter per hari, sedangkan hujan lebat lebih dari 50 milimeter per hari.
”Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2021,” ujarnya di Jakarta, Senin (Kompas.id, 19/10/2020).
Peningkatan intensitas hujan lebat disertai angin kencang dan petir terjadi karena fenomena La Nina di Samudra Pasifik dengan intensitas sedang. Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan, suhu permukaan laut mendingin minus 0,5 hingga minus 1,5 derajat celsius selama 70 hari terakhir, diikuti dominasi aliran zonal angin timuran yang menunjukkan penguatan angin pasat.
Selain itu, peningkatan curah hujan di Indonesia dipengaruhi penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Kelvin atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby. Berdasarkan hasil analisis BMKG, kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan ada aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia berupa kumpulan awan berpotensi hujan.
Adanya fenomena La Nina dan aktivitas MJO pada saat bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. BMKG memprediksi, pada 18-24 Oktober 2020, dampak MJO berpotensi terjadi di semua provinsi di Indonesia, kecuali Kepulauan Riau, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.