Efek Libur Panjang, Jumlah Pasien di Wisma Atlet Terus Bertambah
Sebagian besar pasien yang dirujuk ke Wisma Atlet bergejala. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa daya tahan tubuh mayoritas masyarakat sedang turun atau ada kemungkinan virus bermutasi sehingga kini lebih agresif.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Efek libur panjang Maulid Nabi 1442 H terhadap peningkatan kasus positif Covid-19 makin terlihat di Wisma Atlet, setidaknya dalam tiga hari terakhir. Namun, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyatakan, kondisi masih jauh lebih terkendali dibanding September, setelah libur panjang bulan Agustus.
Komandan Lapangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin menuturkan, pada pekan sebelumnya, jumlah pasien yang dirujuk ke RSDC Wisma Atlet berkisar 30-60 orang per hari. ”Namun, tiga hari terakhir, terutama kemarin (Jumat, 13/11/2020), tinggi sekali,” ucapnya saat ditemui di Kemayoran.
Selain melonjak jauh dibanding pekan lalu, jumlah pasien yang masuk per hari pun terus meningkat dalam tiga hari terakhir. Pada Rabu (11/11/2020), total pasien yang masuk Wisma Atlet untuk menempati RSDC ataupun Flat Isolasi Mandiri sebanyak 252 orang. Sehari kemudian, Kamis, ada 292 pasien yang masuk, kemudian naik lagi menjadi 311 pasien pada Jumat.
”Sesuai prediksi kami, dua minggu setelah liburan ada peningkatan. Ini terbukti,” ujar Arifin.
Tanggal 29 Oktober bertepatan dengan hari libur nasional peringatan Maulid Nabi. Namun, pemerintah menetapkan 28 dan 30 Oktober sebagai cuti bersama sehingga sejumlah masyarakat bisa menikmati libur lima hari berturut-turut sejak Rabu hingga Minggu, 1 November. Sejumlah warga pun memanfaatkan untuk pergi ke luar kota, berwisata, atau mudik.
Arifin menekankan, sebagian besar pasien yang dirujuk ke Wisma Atlet bergejala. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa daya tahan tubuh mayoritas masyarakat sedang turun atau ada kemungkinan virus bermutasi sehingga lebih agresif dibanding strain sebelumnya.
Pasien-pasien bergejala ringan-sedang di Wisma Atlet menempati Menara 6 dan 7 yang disebut RSDC. Adapun Menara 4 dan 5 disebut Flat Isolasi Mandiri karena ditinggali pasien-pasien tanpa gejala atau bergejala ringan.
Jika selama 1-2 minggu ke depan angka kasus tidak setinggi September, sangat mungkin pada Desember kami akan memberikan saran kepada Bapak Presiden untuk tetap memberikan libur kepada masyarakat.
Berdasarkan data pada Sabtu pukul 08.00, sebanyak 1.461 pasien bergejala dirawat di RSDC, sedangkan di Flat Isolasi Mandiri terdapat 813 pasien tanpa gejala atau bergejala ringan. Karena jauh dari kapasitas maksimal Flat Isolasi Mandiri, seluruh pasien tanpa gejala atau bergejala ringan untuk saat ini ditempatkan di Menara 5, sedangkan Menara 4 ”diistirahatkan” untuk efisiensi.
Meski jumlah pasien naik drastis, Arifin memastikan Wisma Atlet masih siap mengantisipasi lonjakan kasus ke depan mengingat ketersediaan tempat tidur sangat memadai. Okupansi RSDC baru 35,62 persen dan Flat Isolasi Mandiri 26 persen. Namun, ia berharap, kasus tidak perlu sampai naik lagi.
Seiring dengan kenaikan jumlah pasien di Wisma Atlet, pertambahan kasus Covid-19 harian di DKI Jakarta dan Indonesia juga konsisten tinggi pada Jumat dan Sabtu. Berdasarkan data corona.jakarta.go.id, tambahan kasus positif di DKI pada Jumat sebanyak 1.033 kasus dan pada Sabtu 1.255 kasus. Itu membuat persentase kasus positif mingguan naik, dari 8,5 persen pada Jumat menjadi 9,3 persen di Sabtu.
Secara nasional, Indonesia kembali ”pecah rekor” pada Jumat karena tercatat ada tambahan 5.444 kasus positif. Hari Sabtu, jumlah kasus baru nasional masih pada kisaran 5.000-an kasus, tepatnya 5.272 kasus.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengakui, ada kemungkinan libur panjang Maulid Nabi memicu kenaikan kasus. Selain terlihat dari data jumlah pasien di Wisma Atlet, tingkat keterisian tempat tidur di ruang isolasi dan unit perawatan intensif (ICU) sejumlah rumah sakit rujukan juga naik.
Namun, Doni menekankan, kenaikan saat ini tidak separah peningkatan kasus pascalibur panjang Hari Ulang Tahun Ke-75 RI disambung libur panjang Tahun Baru Islam 1442 H pada Agustus. Contohnya, pada minggu kedua September, tingkat keterisian Menara 6 dan 7 Wisma Atlet hampir 90 persen sehingga ia memerintahkan pembukaan Menara 4 dan 5.
Menurut Doni, kampanye liburan aman dari Covid-19 yang digencarkan saat libur panjang Maulid Nabi cukup baik. Selain mendorong agar warga yang bepergian tetap patuh pada protokol kesehatan, pemerintah juga mengampanyekan liburan aman dan nyaman di rumah saja serta liburan aman tanpa kerumunan.
”Jika selama 1-2 minggu ke depan angka kasus tidak setinggi periode September, sangat mungkin pada bulan Desember kami akan memberikan saran kepada Bapak Presiden (Joko Widodo) untuk tetap memberikan libur kepada masyarakat,” ucap Doni. Syaratnya, masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan.
Deddy Mulyana, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, menyebutkan, salah satu kendala meningkatkan kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan adalah lemahnya keteladanan dari pemerintah. ”Pemerintah menyampaikan memprioritaskan kesehatan. Namun, antara perkataan dan kenyataan kadang berbeda,” ujarnya.
Deddy mencontohkan, kondisi itu tertuang dalam opini Guru Besar Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga Djoko Santoso di harian Kompas, 30 Oktober 2020. Djoko menulis, saat ada daerah yang berinisiatif menerapkan kebijakan pembatasan sosial ketat untuk mengurangi penularan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto langsung reaktif, menyatakan menolak serta mengatakan bahwa perekonomian harus jalan dan jangan ada yang membuat panik dengan pembatasan.