Selama empat hari terakhir, banjir rob terjadi di berbagai wilayah pesisir, mulai dari Jakarta Utara, Pulau Pari, hingga Kabupaten Bekasi. Di Bekasi, 600 keluarga terdampak.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Banjir rob di pesisir utara Laut Jawa, wilayah Kabupaten Bekasi, sudah empat hari merendam perumahan warga di empat desa di Kecamatan Muara Gembong. Banjir rob juga dialami warga di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Banjir rob yang terjadi di Pulau Pari merupakan dampak nyata perubahan iklim global.
Anggota Satuan Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi, Andika, mengatakan banjir rob di Muara Gembong merendam permukiman warga di empat desa, yaitu Desa Pantai Bahagia, Pantai Mekar, Pantai Sederhana, dan Harapan Jaya. Desa yang warganya paling terdampak bencana itu antara lain Desa Pantai Bahagia dan Pantai Mekar dengan ketinggian air berkisar 30 sentimeter (cm) sampai 50 cm.
”Banjir rob sudah terjadi selama empat hari dan yang paling tinggi hari ini. Di Pantai Mekar ketinggian air sekitar 35 cm. Sementara di Pantai Bahagia ketinggian air sekitar 50 cm,” kata Andika, Kamis (19/11/2020), di Bekasi.
Di dua desa itu, warga yang terdampak mencapai 600 keluarga. Sementara perumahan warga yang terendam banjir sebanyak 450 rumah.
Banjir rob juga dialami warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sepanjang 2020, banjir rob sudah dua kali merendam perumahan warga di pulau seluas 41,32 hektar tersebut.
Ketua RT 001 RW 004, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Edi Mulyono mengatakan, banjir rob di Pulau Pari sudah merendam sejumlah permukiman warga selama empat hari. Hingga Kamis, masih ada warung-warung makan di tepi pantai yang terendam banjir rob dengan ketinggian air sekitar 30 cm.
”Sejak saya kecil, baru pada 2020 banjir rob naik sampai ke permukiman warga. Banjir rob paling parah terjadi pada Juni 2020. Air sampai masuk ke tengah kampung dengan ketinggian bervariasi 50-60 cm,” ucapnya saat dihubungi pada Kamis.
Edi menambahkan, di Pulau Pari, jumlah penduduk yang bermukim sebanyak 395 keluarga. Banjir rob yang terjadi pada Juni 2020 merendam hampir 50 persen perumahan warga atau berdampak pada sekitar 150 keluarga di pulau itu. Banjir rob yang terjadi di pulau itu juga merusak berbagai hasil pertanian warga, terutama tanaman palawija dan sayur-sayuran.
Kami mendesak pemerintah mengambil langkah serius, baik nasional maupun global, untuk menekan laju perubahan iklim ini. Apakah harus menunggu Pulau Pari yang berpenghuni tenggelam. (Rehwinda Naibaho)
”Kalau banjir rob minggu ini, perumahan warga yang terdampak berada di sekitar Pantai Perawan, Pantai Bintang. Ada sekitar 30 rumah warga yang terendam banjir,” kata Edi.
Selain itu, banjir rob juga sempat merendam permukiman warga di pesisir Jakarta Utara, wilayah Muara Angke, selama tiga hari, yaitu pada 16-18 Oktober 2020. Banjir rob itu sudah mulai surut. Lurah Pluit Rosiwan mengatakan, pada Kamis masih ada banjir rob dalam skala kecil di pesisir Jakarta. Banjir rob itu tidak sampai ke darat.
Pengampanye Wahana Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rehwinda Naibaho, mengatakan, fenomena banjir rob yang terjadi di utara Laut Jawa merupakan dampak dari perubahan iklim global. Banjir rob yang melanda Pulau Pari dua kali dalam setahun merupakan dampak dari perubahan iklim yang kian nyata.
”Tidak hanya banjir, tetapi juga kalender musim hujan yang tidak menentu dan jumlah ikan semakin menurun. Kami mendesak pemerintah mengambil langkah serius, baik nasional maupun global, untuk menekan laju perubahan iklim ini. Apakah harus menunggu Pulau Pari yang berpenghuni tenggelam,” katanya.
Di Jakarta, menurut Rehwinda, ada banyak faktor yang turut menambah beban lingkungan yang berdampak pada perubahan iklim dan pemanasan global, mulai dari pembangunan yang kian masif, alih fungsi lahan, penggunaan air tanah yang berlebihan, hingga pencemaran udara.