Sepucuk surat keterangan sehat tanpa tes dari klinik menjadi tiket kedua penumpang kereta api. Mereka dengan mudah mendapatkannya di seputaran stasiun sebagai syarat bepergian di tengah pandemi.
JAKARTA, KOMPAS — Surat keterangan sehat palsu bertebaran di sekitar stasiun pemberangkatan penumpang. Warga menggunakannya sebagai syarat untuk bepergian keluar kota di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (10/12/2020). Surat keterangan palsu itu dibuat tanpa tes kesehatan terlebih dahulu.
Ketentuan tentang surat itu tertuang dalam Surat Edaran Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun 2020. Aturan ini mewajibkan penumpang kereta api jarak jauh menunjukkan surat keterangan hasil tes PCR negatif, tes cepat antibodi nonreaktif, atau surat keterangan bebas influenza sebagai syarat perjalanan. Sementara para epidemiolog berpendapat, syarat itu belum dapat memastikan kondisi kesehatan penumpang yang sebenarnya.
Praktik pembuatan surat sehat palsu ini dilakukan dengan melibatkan ojek dan tukang parkir di sekitar pintu masuk stasiun dan pihak lain di klinik terdekat. Cukup dengan Rp 68.500 hingga Rp 88.500, warga dapat memperoleh sepucuk surat sakti tanpa antrean panjang. Biaya itu sudah termasuk jasa ojek ke klinik terdekat Rp 30.000 pergi-pulang dan klinik terjauh Rp 50.000 pergi-pulang.
Situasi kontras di dalam area stasiun. Penumpang harus menunggu panggilan nomor antrean hingga 1,5 jam sebelum tes. Hasilnya akan keluar 15 hingga 20 menit kemudian dengan biaya Rp 85.000 per orang.
Waktu menunjukkan pukul 09.10 ketika Kakak (27), bukan nama sebenarnya, menghampiri orang-orang yang berjalan menuju pintu masuk bagian selatan stasiun. ”Rapid test? Rapid test? Rapid test?” tanyanya. ”Harganya sama Rp 85.000, tidak ada antrean, langsung jadi,” janjinya kepada penumpang yang tergoda.
Pembicaraan berlanjut di salah satu sudut dekat pintu selatan. Di situ Kakak meyakinkan penumpang untuk tes cepat di luar stasiun. Ia juga menawarkan surat keterangan sehat sebagai alternatif.
Ia tidak bekerja sendiri dalam praktiknya. Setidaknya ada tiga rekannya di pintu selatan yang menyambi sebagai tukang parkir sekaligus perantara surat sehat tanpa tes. Cara kerjanya sama, menanyakan rapid test kepada orang yang lewat di situ.
Mereka memanfaatkan peluang dari antrean tes cepat di stasiun. Apalagi banyak orang terburu-buru sehingga enggan antre karena khawatir ketinggalan kereta atau takut hasil tes reaktif sehingga tak bisa bepergian.
Setidaknya ada dua penumpang yang sudah menggunakan jasanya sejak pagi. Kedua orang itu mengurus surat sehat tanpa tes di klinik area Johar Baru. Mereka juga menawarkan tes cepat kepada Kompas yang rencananya akan berangkat ke Semarang, Jawa Tengah, pukul 14.00. Iming-iming tidak akan antre dan ketinggalan kereta jadi jurus penggoda.
Tanpa tes
Kakek (63), bukan nama sebenarnya, menyebutkan sudah kenal dengan dokter dan karyawan klinik. Surat keterangan sehat asli sehingga tidak akan ada masalah dengan petugas di stasiun. ”Sudah kenal orang di sana. Sering antar, jadi sudah hafal,” ujar Kakek.
Pukul 10.55, kami menuju ke salah satu klinik sehat di Johar Baru. Waktu tempuhnya sekitar 10 menit dari stasiun. Kakek masuk terlebih dahulu ke dalam setibanya di tempat itu.
Di dalam klinik sudah ada dua orang antre di loket. Masing-masing dilayani satu petugas untuk pendaftaran dan pembayaran. Dua orang lainnya duduk di deretan bangku paling depan. Lalu ada tiga orang duduk di depan salah satu dari dua ruangan yang ada di lantai satu.
Petugas loket menanyakan keperluan pengunjung. Untuk tes cepat atau surat keterangan sehat wajib menyertakan kartu tanda penduduk atau surat izin mengemudi.
Saat itu, Kakek mendekati petugas loket sembari berbincang sebentar. Belakangan usai dari klinik, katanya, dia meminta kepada petugas loket supaya kami didahulukan untuk mengurus surat keterangan sehat karena akan berangkat ke Semarang.
Setelah mendaftar, petugas loket mengukur berat badan dan tinggi badan. Satu menit kemudian, dokter memanggil ke dalam ruangannya. Di situ dokter bertanya dua hal. Tujuan mengurus surat sehat dan angka dalam buku untuk tes buta warna. ”Kalau bisa, nanti rapid test,” ujar dokter sebelum keluar surat keterangan sehat.
Sekitar 10 menit lamanya mulai dari proses mendaftar hingga keluar surat sehat yang dikenai biaya Rp 38.500. Sekembalinya ke stasiun, Kakek meminta biaya ojek sebesar Rp 50.000 karena membawa ke klinik terjauh. Di depan stasiun, dia meyakinkan bahwa tidak akan ada masalah, baik untuk membeli tiket maupun pemeriksaan sebelum menuju peron. ”Saya tunggu 30 menit di sini (pintu masuk) kalau ada masalah,” katanya.
Situasi berbeda tampak di dalam stasiun sekitar pukul 11.30. Orang-orang mengantre di loket tes cepat. Mereka terlebih dulu mengambil nomor antrean sebelum dipanggil untuk tes.
Ari salah satunya. Penumpang KA Sawunggalih tujuan Kutoarjo itu mengantre sejak pukul 10.30, tetapi nomornya belum dipanggil. ”Berangkat nanti jam 6 (pukul 18.00). Infonya hasil tes keluar 15 menit,” kata Ari.
Dari situ kami beranjak ke loket untuk membeli tiket menuju Semarang. Petugas loket menanyakan tujuan, meminta identitas, dan surat keterangan sehat. Seluruh proses memakan waktu 5 menit, termasuk antrean.
Pukul 13.15 kami menuju peron. Terlebih dahulu ada pemeriksaan tiket, identitas, dan surat keterangan sehat. Kemudian mencetak tiket sebelum pemeriksaan akhir. Petugas mengecek kondisi tubuh dengan kamera di pintu masuk menuju peron.
Antisipasi
PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat, sejak 27 Juli hingga 9 Desember 2020, sebanyak 93.612 orang atau rata-rata 688 orang per hari menjalani tes cepat di Stasiun Pasar Senen.
VP Public Relations PT KAI Joni Martinus menyebutkan, pada saat berangkat, petugas akan mengecek kelengkapan berkas-berkas persyaratan pelanggan untuk perjalanan jarak jauh. Akan tetapi, tidak dilakukan pencatatan berapa jumlah yang menggunakan hasil tes cepat nonreaktif, tes PCR negatif, dan surat keterangan bebas influenza.
Selain itu, petugas juga mengecek kondisi penumpang, seperti wajib mengenakan masker serta dalam kondisi sehat dengan suhu tubuh tidak lebih dari 37,3 derajat celsius. Jika sudah sesuai, penumpang dipersilakan masuk ke peron. ”Sesuai aturan bahwa surat keterangan bebas influenza tersebut dilakukan pemeriksaan saat akan berangkat dengan pengukuran suhu tubuh,” ucap Joni.