Natal, Sederhana dalam Keluarga
Pandemi Covid-19 memaksa umat manusia membatasi aktivitas dan harus beradaptasi, termasuk dalam merayakan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.
Kediaman Fredriek Radja (25) di Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara Timur, jauh dari hiruk-pikuk Natal seperti tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya jelas, situasi wabah Covid-19 yang belum mereda di sana.
Fredriek, orangtua, dan kerabat cuma akan di rumah selama Natal. Mereka mengikuti kebaktian secara dalam jaringan (daring/online). Setelah itu, merayakan tanpa kunjungan kerabat dan kenalan.
Bukan tanpa alasan mereka memilih cara sederhana. Kakek dan nenek Fredriek yang juga tinggal di sana sudah berusia lanjut. Mereka rentan terpapar Covid-19.
Di rumah saja karena kasus Covid-19 terus bertambah. Kami akan berdoa bersama dan makan sederhana.
Baca juga : Saya Beriman, maka Saya Relawan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Kupang, tempat Fredriek dan keluarga ikut kebaktian akan beralih ke siaran daring. Ini untuk mencegah keramaian dan menekan potensi kluster penularan. Umat ikut kebaktian dari rumah tanpa kehilangan penghayatan.
Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTT sampai dengan Rabu memperlihatkan, di Kota Kupang terdapat 853 kasus konfirmasi positif. Dari jumlah itu, 27 orang meninggal, 496 jiwa dalam perawatan, dan 330 pasien dinyatakan sembuh.
Secara nasional, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat penambahan kasus baru pada hari Rabu mencapai 7.514 orang. Total kasus mencapai 685.639 orang. Jumlah korban meninggal bertambah 151 jiwa menjadi 20.408 jiwa.
Baca juga : Manado Memborong Hiasan Natal demi Menyambut Sang Juru Selamat
Tidak pulang kampung
Penularan Covid-19 tetap tinggi, mengakibatkan kasus melonjak. Jumlah pasien juga meningkat. Keterisian ruang isolasi di Jakarta sudah mencapai 85 persen, sedangkan keterisian di unit perawatan intensif (ICU) 80 persen. Situasi di Ibu Kota juga terjadi di daerah lain, kasus dan pasien terus naik.
Situasi pagebluk (wabah) yang tidak kunjung mereda memaksa Mieke Slamet (67) dan keluarga di Cibubur, Jakarta Timur, membatalkan liburan Natal ke Klaten, Jawa Tengah. Rencana berkunjung ke Goa Maria Sumber Kahuripan, Sukabumi, Jawa Barat, juga kemungkinan besar tidak akan terwujud. Pembatalan itu demi melindungi keluarga dari risiko terpapar Covid-19. Mereka merayakan Natal di rumah dengan berdoa dan makan.
Tidak mudik ke Klaten seperti biasa. Rencana ke Sukabumi juga mungkin batal. Lebih baik di rumah daripada kena Covid-19.
Ada keprihatinan di lubuk hati Mieke karena sudah sepuluh bulan hanya ikut misa daring. Gereja tempat Mieke dan keluarga beribadah mencegah risiko penularan Covid-19 dengan membatasi umat berusia 18-59 tahun yang boleh mengikuti misa di gereja.
Mieke belum dapat menerima hosti atau roti suci tak beragi karena pembatasan di gereja. Padahal, ada kerinduan teramat dalam karena lama tidak menerima hosti. Ini dirasakan oleh Mieke dan umat Katolik yang tidak bisa ke gereja meskpuni dalam ibadah daring ada komuni batin.
Namun, keprihatinan dan kerinduan tak menyurutkan Mieke dan keluarga merayakan Natal 2020. Mereka akan misa daring lalu santap bersama dan berkunjung ke saudara dekat. ”Terima saja keadaan, semoga tetap sehat dan pandemi cepat berlalu,” ujarnya.
Kondisi serupa akan dialami oleh Margaretha Masa (26), warga Kalimalang, Jakarta Timur. Ia juga mengurungkan niat pulang kampung karena situasi wabah belum mereda. Jika nekat bepergian, Margaretha khawatir tertular Covid-19.
Merayakan Natal bersama calon suami akan menjadi pengganti dari pembatalan rencana pulang kampung. Calon pasangan ini akan berziarah ke makam keluarga, misa daring, dan berkunjung ke rumah calon mertua.
Orangtua mengomel minta pulang untuk membicarakan pernikahan, tetapi masih pandemi. Saya cuti sehari saja untuk Natal bersama calon suami di Galian (Bekasi, Jawa Barat).
Margaretha akan cuti pada Natal, Jumat (25/12/2020). Setelah itu, ia akan kembali ke rutinitas sebagai bidan mengurus ibu hamil dan ibu bersalin di klinik tempat ia bekerja di Jakarta Timur.
Kandang domba
Yohanes (28), warga Citeureup, Bogor, Jawa Barat, mengisi hari-hari menjelang Natal dengan memperbaiki kerusakan plafon rumah. Di kediaman itu, Yohanes dan keluarga kecilnya, ayahanda yang berusia 63 tahun, dan kakanda akan menikmati suasana dan merayakan Natal.
”Natal di rumah saja. Takut virus korona. Jadi fokus perbaikan bagian rumah yang mulai rusak,” ujar Yohanes.
Meskipun demikian, Yohanes akan ikut Misa Natal di gereja. Ayahanda mengikuti ekaristi secara daring karena dari sisi usia tidak diperkenankan. Kakanda dan keluarga mengikuti misa daring karena masih trauma setelah kena stigma. Kakanda dan keluarga memang sempat positif Covid-19, tetapi sudah dinyatakan sembuh.
Situasi di kompleks perumahan tempat Yohanes menetap juga belum kondusif. Ada tetangga yang positif Covid-19 dan stigma negatif berpotensi memicu trauma.
Merayakan Natal secara sederhana dan bersahaja sejalan dengan imbauan Kementerian Agama dan gereja-gereja. Kebaktian secara langsung harus memperhatikan protokol kesehatan ketat, terutama pemakaian masker, pembatasan umat, menjaga jarak dan kebersihan.
Baca juga : Satgas Covid-19: Jangan Sampai Jadi Hari Raya Terakhir
Rohaniwan Katolik, Antonius Benny Susetyo, menyampaikah bahwa Natal mengajak umat untuk belajar dari Yesus Kristus dalam palungan. Belajar menjadi manusia kontemplatif dengan alam semesta, berdamai dengan Covid-19.
”Belajar melihat peristiwa (pandemi Covid-19) dengan mata iman, yakni merayakan Natal dalam kandang yang sunyi senyap. Natal dirayakan dalam makna kesederhanaan di tengah keluarga,” kata Benny, yang juga staf khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Belajar melihat peristiwa (pandemi Covid-19) dengan mata iman, yakni merayakan Natal dalam kandang yang sunyi senyap. Natal dirayakan dalam makna kesederhanaan di tengah keluarga.
Menurut Benny, Natal menjadi momentum kebersamaan dan solidaritas. Nilai-nilai keluarga diaktualisasikan. Ada titik temu kemanusiaan menjadi cahaya kemuliaan ketika umat taat menjalankan protokol kesehatan.
Baca juga : Antisipasi Lonjakan Kasus Seusai Tahun Baru
”Dengan kesetiaan menjalankan protokol secara disiplin, tidak berkerumun, berarti kita merayakan Natal sejati karena mencintai kehidupan. Natal berarti menghidupi dunia ini dengan respek terhadap kehidupan,” pungkas Benny.