Aparat Kerahkan Robot untuk Mempercepat Penemuan Kotak Hitam
”Remotely operated vehicles” atau ROV dari Kapal Riset Baruna Jaya IV membantu pencarian bawah air kotak hitam, korban, dan puing-puing Sriwijaya Air SJ-182 karena keterbatasan jarak pandang penyelam.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pencarian dan penyelamatan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-6 difokuskan pada cockpit voice recorder atau CVR, korban, dan puing-puing pesawat. Sebanyak 268 penyelam dengan bantuan robot dan teknologi menyisir di bawah air dan 4.000 petugas gabungan bergerak di permukaan air.
Direktur Operasi Badan SAR Nasional Rasman MS menyampaikan bahwa tim di lapangan sudah mulai bergerak di permukaan dan bawah air meskipun cuaca cerah berawan dengan perakiraan tinggi gelombang 0,3 meter hingga 1 meter.
”Hari ini fokus menemukan CVR, korban, dan puing-puing. Area pencarian di enam sektor permukaan air diperluas supaya menemukan benda yang terbawa arus. Sementara di bawah air dibantu deteksi sonar,” ucap Rasman, Kamis (14/1/2021), di Dermaga JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pada hari ke-6 ini, penyelam menemukan sejumlah barang milik korban dan serpihan dinding pesawat. Temuan masih berada di perairan Kepulauan Seribu. Remotely operated vehicles atau ROV dari Kapal Riset Baruna Jaya IV mendukung pencarian dan penyelamatan bawah air itu karena keterbatasan jarak pandang penyelam.
ROV merupakan robot bawah laut yang menggunakan sistem kendali jarak jauh. Alat ini beroperasi sejak Rabu (13/1/2021) pukul 13.00 hingga pukul 07.00 pagi tadi. Selanjutnya, para penyelam turun ke titik-titik koordinat yang terpetakan oleh ROV.
Pelibatan perangkat robot dan teknologi itu karena perangkat sinyal CVR terlepas dari bodi sehingga sulit terdeteksi. Flight data recorder (FDR) yang sudah ditemukan dan CVR akan memancarkan underwater location beacon atau ULB.
ULB berupa sinyal distress—yang bunyinya tit-tit-tit-tit—dengan panjang nada sekitar 10 milidetik yang muncul setiap 1 detik, dengan frekuensi 7-8 kilohertz, volume suara sekitar 160 desibel. ULB hanya bertahan hingga 90 hari walaupun biasanya suaranya terus melemah sejak hari ke-30.
Direktur Operasional Pusat Komando Pasukan Katak Kolonel Laut (P) Johan Wahyudi menuturkan, perangkat ultrashort baseline transponder dari KRI Rigel-933 turut membantu pencarian dan penyelamatan. Alat itu memandu penyelam untuk menemukan poisis CVR di kedalaman laut.
”Sudah ada koordinat dugaan kuat CVR. Alat transpoder dari KRI Rigel membantu penyelam untuk pencarian di kedalaman mencapai 17 meter,” katanya.