JAKARTA, KOMPAS — Dari dua menara yang disiapkan untuk menampung pasien positif Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, satu menara sudah terisi 96 persen. Sementara tingkat keterisian empat menara RSDC Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat yang fokus pada pasien bergejala saja sudah terlampau tinggi.
”Ini peringatan bagi masyarakat bahwa pandemi belum berakhir dan angka positif masih terus meningkat,” tutur Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin dari Humas RSDC Wisma Atlet di sela-sela vaksinasi tenaga kesehatan Wisma Atlet, Rabu (20/1/2021).
Ini peringatan bagi masyarakat bahwa pandemi belum berakhir dan angka positif masih terus meningkat.
Berdasarkan data pada Rabu pagi, RSDC Wisma Atlet Kemayoran merawat 4.651 pasien sehingga total tingkat keterisian pada empat menara adalah 77,59 persen karena jumlah tempat tidur yang tersedia 5.994 tempat tidur. Namun, Menara 5 tidak bisa menampung tambahan pasien lagi karena okupansinya dari 1.570 tempat tidur yang tersedia, sudah terisi 1.561 pasien.
Arifin menyebutkan, tingkat keterisian di Menara 8 Pademangan kini 96 persen. RSDC Wisma Atlet tengah berkoordinasi untuk membuka Menara 9 Pademangan agar bisa menerima limpahan pasien dari Menara 8.
Sebelumnya, dokter Benget Turnip dari Kementerian Kesehatan mengatakan, total terdapat 2.562 kamar di Menara 8 dan 9 Pademangan. Untuk saat ini, per kamar dirancang menampung dua pasien. ”Namun, jika satu kluster keluarga, masuk satu kamar,” ujarnya.
Menara 8 dan 9 Pademangan disiapkan untuk penanganan pasien-pasien dengan kondisi lebih ringan dibandingkan dengan yang dirawat di Menara 4-7 Kemayoran. Namun, menurut Arifin, Wisma Atlet Pademangan juga dirancang bisa mengantisipasi perburukan pasien. Menurut rencana, akan ada empat tempat tidur high care unit (HCU) di Menara 9 dilengkapi perangkat oksigen dan pemantau tanda vital pasien (bed side monitor).
Menara 4-7 Kemayoran pun sebenarnya hanya difungsikan untuk merawat pasien bergejala maksimal level sedang. Pasien bergejala berat dirujuk ke RS-RS rujukan Covid dengan fasilitas unit perawatan intensif (ICU). RSDC Wisma Atlet Kemayoran hanya memiliki ICU transisi yang level fasilitasnya di bawah ICU. Meski demikian, kualitas pelayanan diupayakan sama dengan di ICU, termasuk penyediaan ventilator.
”Jika merujuk keluar susah, ya, kami maksimalkan di sini,” ujar Arifin. Ini sebagai respons semakin langkanya ketersediaan ICU di Jakarta dan sekitarnya, sedangkan penderita Covid-19 yang berkondisi buruk semakin banyak.
Sukarelawan di Wisma Atlet, dokter Saffanah Zahra (25), mengatakan, beban kerjanya berangsur meningkat. Saat mulai bertugas pada awal November 2020, pernah menangani total 90-an pasien. Baru-baru ini, ia pernah bertanggung jawab terhadap 200-an pasien. ”Jadi, kelihatan, sih, lonjakannya, apalagi setelah Tahun Baru. Semoga masyarakat lebih sadar,” ucapnya.
Lonjakan pasien juga terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Kota Bekasi Rina Oktavia mengatakan, pihaknya menambah 33 ruang ICU di sejumlah rumah sakit di kota itu. Saat ini Kota Bekasi memiliki 118 ruang perawatan pasien Covid-19 yang dilengkapi ICU.
Di Karawang, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karawang Ahmad Suroto menyampaikan, hasil investigasi terhadap 10 industri di kota itu menunjukkan indikasi kelalaian atau kesengajaan menutupi kemunculan kasus positif Covid-19 karena faktor keterbatasan biaya dan kekhawatiran penutupan produksi. Akan ada rekomendasi pencabutan izin bagi perusahaan yang lalai.
Perilaku warga berubah
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, mengatakan, terkait pembatasan kegiatan masyarakat yang kini berlangsung, perubahan perilaku memang terjadi.
”Pantauan sejauh ini ada perubahan sedikit di masyarakat. Aturan agar mal, kafe, dan restoran tutup pukul 19.00 memaksa masyarakat tidak keluar malam. Akan tetapi, masih ada orang yang pindah nongkrong ke area di sekitar permukimannya. Keharusan 75 persen karyawan bekerja dari rumah juga belum tentu ditaati karena ada orang yang bekerja di luar rumah walaupun bukan di kantor,” ujarnya.