Warga berharap banyak pada fasilitas jalan layang putar balik atau ”u-turn” yang kini diuji coba di Lenteng Agung dan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Mereka ingin macet panjang di titik putar balik bisa terurai.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prasarana transportasi di Jakarta kembali bertambah. Kini warga Ibu Kota dapat memanfaatkan jalan layang putar balik di kawasan Lenteng Agung dan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Jalan ini dibangun untuk menggantikan pelintasan sebidang kereta yang sebelumnya ada.
Warga pengguna fasilitas itu mengharapkan lalu lintas di kawasan itu semakin lancar. Desain jalan layang dibangun berbentuk tapal kuda sehingga memudahkan pengendara kendaraan berputar balik saat terutama pada jam sibuk.
Harapan itu disampaikan warga di hari terakhir fase uji coba operasional jalan layang putar balik (u-turn) di Lenteng Agung dan Tanjung Barat, Selasa (2/2/2021). Selama tiga hari uji coba sejak Minggu (31/1/2021), warga sekitar terbantu karena tidak lagi antre panjang untuk putar balik.
Muhammad Nizam (26), warga setempat, sekitar tiga hari ini aktif menggunakan jalan layang tersebut. Dia yang sehari-hari menjaga lapak dagang makanan beku di Jalan Poltangan Raya, Pasar Minggu, tidak lagi merasakan antrean panjang untuk putar balik di pelintasan kawasan Tanjung Barat. Padahal, biasanya setiap sore menjelang malam lokasi putar balik ini kerap macet.
”Jam-jam pulang kantor waktu masih pelintasan sebidang itu biasanya macet. Saya sih maklum banget dengan kemacetan karena kendaraan mesti mengalah kalau kereta lewat. Dengan adanya jalan layang itu, jadi enggak terlalu makan waktu sih buat putar balik,” ujar Nizam, Selasa siang.
Berkurangnya kemacetan karena jalan layang lumayan menghemat waktu Nizam berkisar 15-20 menit. Saat ada keperluan mengantar barang dagangan ke langganan juga menjadi lebih cepat.
Iskandar (43), warga Tanjung Barat, bercerita kalau mobilitas warga sangat bergantung dengan lokasi putar balik di sekitar pelintasan sebidang. Ia bisa memahami karena daerah sana adalah akses terbaik warga menuju Jakarta ke Depok atau sebaliknya.
Saat jam kerja, kendaraan bisa antre di pelintasan sebidang cukup lama hanya untuk putar balik. Pengendara juga harus sabar menunggu rute kereta yang lalu lalang ketika jam sibuk.
Pria yang berprofesi sebagai community manager untuk perusahaan elektronik ini menyambut baik kehadiran jalan layang sebagai pengganti pelintasan sebidang. ”Saban ngantor atau sedang jalan-jalan ke Depok, saya pasti perlu putar balik di sekitar sana. Syukurlah kalau sekarang putar balik bisa lebih mudah dan enggak harus menunggu lama,” ujarnya.
Dari penelusuran Kompas di sana, Selasa, uji coba berlangsung relatif lancar. Tidak ada kepadatan antrean kendaraan saat menjelang sore. Waktu berputar balik bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 10 menit. Meski begitu, sebagian pengendara kerap berhenti untuk mengambil foto saat di atas jalan layang.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho sebelumnya memperkirakan jalan layang itu bisa mengurai kemacetan setempat hingga 40-50 persen. Meski begitu, masih ada evaluasi sebelum fasilitas tersebut beroperasi penuh.
Dari tiga hari uji coba, tingkat efektivitas dan kemanfaatan dari kedua jalan layang itu dapat diketahui. ”Selama tiga hari uji coba ini kita ingin tahu pergerakan kendaraan, lalu terjadi crossing yang membahayakan di mana, ataupun kondisi lalu lintas yang seperti apa yang kita tangani secepatnya,” kata Hari, Senin (1/2/2021).
Kedua jalan layang berbentuk huruf U atau disebut juga tapal kuda ini dibangun dengan dana pinjaman melalui program Pemulihan ekonomi Nasional (PEN) 2020-2021. Hari menyebut saat ini pembangunan sudah 97 persen. Sisanya adalah untuk penyelesaian JPO.
Jalan layang tapal kuda Lenteng Agung memiliki panjang 430 meter di sisi barat serta 450 meter di sisi timur dengan lebar 6,5 meter. Sementara jalan layang Tanjung Barat sisi barat mencapai 540 meter dan sisi timur 590 meter.
Pembangunan kedua jalan layang itu sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Peraturan menyebutkan pelintasan sebidang akan ditiadakan. Hal itu karena keberadaan fasilitas yang kerap menyebabkan kecelakaan dengan pengguna kendaraan bermotor (Kompas, 1/2/2021).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap jalan layang tapal kuda bisa mengurai kemacetan di sana. Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI), ada 198 kecelakaan di pelintasan sebidang selama periode Januari hingga Oktober 2020.