Pandemi Covid-19 memaksa semua jenis perayaan dilakukan secara sederhana, tak terkecuali perayaan Imlek tahun ini.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesederhanaan menjadi cara merayakan Imlek 2572 yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Sebagian warga mengurangi belanja pernak-pernik yang biasanya memeriahkan pergantian tahun pada penanggalan China ini.
Akong (59), warga Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, memastikan perayaan Imlek pada 12 Februari mendatang akan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan perayaan tahun lalu. Dari keempat anaknya, hanya dua yang memutuskan merayakan Imlek di rumahnya.
Sementara dua putra Akong lainnya saat ini tinggal di Amerika Serikat (AS). Keduanya memutuskan tidak pulang ke Indonesia dan merayakan Imlek di negeri Paman Sam. Kekhawatiran terhadap kasus Covid-19 yang masih belum terkendali menjadi alasannya.
”Kalau dulu, kami kumpul-kumpul sama saudara-saudara. Kali ini hanya keluarga inti saja. Istri sudah siapkan menu daging ayam sama ikan. Sederhana saja,” katanya saat dijumpai pada Rabu (10/2/2021).
Biasanya, Akong, istri, anak, mertua, dan cucu-cucunya akan makan bersama di rumah pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Keesokan harinya, mereka pergi ke wihara untuk beribadah. Sepulangnya dari sana, mereka akan mengunjungi rumah-rumah saudara hingga dua hari berturut-turut.
Pada Imlek tahun ini, mereka tetap mengadakan makan bersama dan beribadah di wihara. Hanya saja, kunjungan ke rumah-rumah saudara selepas ibadah ditiadakan. ”Tahun-tahun kemarin bahkan saya sempat mengunjungi kakak-kakak saya yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Sebagai gantinya, Akong akan mengirimkan kue dan buah kepada kerabat-kerabatnya yang tinggal di area Jakarta dan sekitarnya. Di dalam bingkisan tersebut, dia juga sekaligus akan menyelipkan angpao.
”Kami kirim pakai kue dan buah buat beberapa orang saja pakai ojek daring,” ujarnya.
Rudi (59), warga Kemayoran, Jakarta Pusat, akan beribadah di rumah untuk menghindari kerumunan. Selain itu, dia juga tidak akan berkunjung ke rumah kerabat. Pada malam menjelang Tahun Baru Imlek nanti dia hanya akan mengadakan makan bersama dengan keluarga inti di sebuah restoran.
”Biasanya paginya kami sudah berkunjung ke saudara-saudara. Baru malamnya makan bersama. Besok langsung ke restoran sama dua anak dan satu menantu saya,” ujarnya.
Sebagai ganti karena tidak dapat bersilaturahmi ke rumah kerabat, Rudi akan menelepon saudara satu per satu. Dia mengaku sudah beberapa tahun ini tidak lagi mengirim bingkisan kue atau makanan ringan kepada kerabat saat Imlek.
”Biasa memang ngirim kue sama buah tiga jenis ke kerabat-kerabat di kampung. Namun, kebetulan sekarang sudah pada di Jakarta tinggalnya,” ungkapnya.
Permintaan turun
Benyamin (67), pemilik Toko PD Pancoran di Jalan Pancoran, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, mengaku permintaan kue kering di tokonya pada perayaan Imlek kali ini jauh menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Meski perayaan Imlek tinggal dua hari lagi, permintaan kue di tempatnya masih lesu.
”Khusus untuk Imlek tahun ini turun 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Saya juga enggak berani ambil banyak kue. Paling cuma dua lusin,” katanya.
Dia juga mengungkapkan, tidak ada lagi pembeli yang memborong makanan ringan di tempatnya seperti yang biasa terjadi tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, ada saja pembeli yang berbelanja dengan nilai transaksi lebih dari Rp 1 juta.
Pemborong yang datang menjelang Imlek biasanya adalah orang-orang lanjut usia yang sibuk menyiapkan makanan untuk anak-anaknya yang akan pulang. Kini, mereka cenderung menghindari untuk keluar rumah.
”Sekarang tidak ada lagi. Paling mentok sampai ratusan ribu rupiah. Pengunjung juga tidak ramai. Sama kayak hari-hari biasa. Biasanya kalau Imlek pada borong kue nastar, dodol, dan kue keranjang,” katanya.
Beberapa penjual pernak-pernik Imlek terlihat berjajar di sepanjang Jalan Pancoran, Glodok, pada Rabu siang. Lampion-lampion yang dipajang di depan kios membuat suasana menjadi semarak. Namun, sepinya pengunjung yang datang membuat suasana menjadi kontras.
Wasno (40), penjual mainan barongsai, juga mengeluhkan sepinya pembeli menjelang perayaan Imlek. Pria yang sebelumnya berjualan mainan keliling ini beralih berjualan mainan barongsai di sekitar Pasar Glodok sejak Rabu pagi. Di hari pertamanya, dia baru mendapatkan satu pembeli hingga pukul 12.00.
”Baru hari ini jualan. Dari pukul 09.00 baru dapat satu pembeli. Kebetulan dia beli dua. Satu mainan harganya Rp 15.000,” ujarnya.
Kondisi ini jauh berbeda dengan periode Imlek tahun lalu. Bazar Imlek di sepanjang Jalan Pancoran biasanya menarik warga dari berbagai kota untuk datang. Tahun lalu, Wasno mampu meraup penghasilan hingga Rp 3 juta selama tiga hari.
”Kalau ada bazar, saya jualannya mulai H-3 Imlek. Lumayan sehari bisa dapat Rp 1 juta. Namun, karena sekarang enggak ada, jadi jualannya mulai H-2, tetapi sepi sekali orang-orang yang belanja sekarang,” ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan Dafa (30), penjual amplop angpao di kawasan Pasar Petak Sembilan, Glodok. Meski enggan menyebutkan pendapatan hariannya selama periode Imlek kali ini, dia mengaku pendapatannya turun hingga 60 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
”Masih jauh pendapatan tahun ini. Pengunjung juga masih sedikit,” ujar pria yang sebelumnya berjualan perlengkapan dapur ini.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau agar perayaan Imlek tahun ini diselenggarakan secara sederhana. Dia memahami peringatan Imlek biasanya kental dengan berbagai acara perayaan dan tradisi silaturahmi ke rumah saudara. Menurut dia, di masa pandemi Covid-19 ini perayaan tetap bisa dilakukan secara virtual.
”Perayaan Imlek bisa dirayakan dengan cara yang sederhana karena perayaan Imlek ini intinya adalah ungkapan syukur kepada Tuhan. Perayaan ini juga bisa dijadikan momentum untuk merefleksikan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik,” katanya melalui keterangan pers di kanal Youtube Sekretariat Kabinet RI pada Kamis (4/2/2021).