60.000 Dosis Vaksin untuk Lansia dan Petugas Publik di DKI Jakarta
Survei CSIS, 59,9 persen warga DKI Jakarta percaya terhadap vaksin Covid-19. Generasi Z dan Milenial jadi kelompok paling banyak tak percaya vaksin Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pada tahap kedua vaksinasi untuk lanjut usia dan petugas publik, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerima 60.000 dosis vaksin. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mendata ada 3,5 juta calon penerima vaksin.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, pihaknya sudah menerima 60.000 doksin vaksin untuk tahap kedua. Vaksin yang baru datang pada Jumat (19/2/2021) pagi itu akan diberikan kepada lansia dan petugas publik. Vaksin akan langsung didistribusikan di tingkat kota hingga tingkat fasilitas kesehatan di masing-masing daerah DKI Jakarta.
Saat ini, Pemprov DKI masih terus memverifikasi data sasaran vaksinasi Covid-19 tahap kedua untuk lansia dan pelayan publik dari pemerintah pusat, serta mempersiapkan sumber daya manusia dan logistik. Selain itu, terus melatih vaksinator yang melayani vaksinasi di DKI Jakarta.
"Data sasaran lansia dan petugas publik berdasarkan pembaruan data Jumat ini 12 di DKI Jakarta sekitar 3,5 juta. Sementara terdapat 1.600 vaksinator yang telah tersebar di 44 kecamatan dan 512 faskes. Kami juga secara paralel sedang berproses untuk menambah jumlah vaksinator dengan berkoordinasi bersama organisasi profesi dan asosiasi rumah sakit atau klinik," kata Widyastuti, dalam keterangan pers virtual, Jumat (19/2/2021).
Terkait sistem pendataan, kata Widyastuti, masih melalui satu pintu (top down) dari pemerintah pusat. Meski demikian, Pemprov DKI secara paralel telah menyiapkan data sesuai jalur masing-masing. "Kami juga berproses menyiapkan data sendiri sebagai data dampingan. Sehingga nanti pada saat layanannya sudah ada, terjadi interconnect data," lanjutnya.
Menurut dia, sedikit berbeda dengan vaksin tahap pertama yang diberikan kepada tenaga kesehatan, yaitu menggunakan single dose (satu vial berisi 0,5 cc untuk satu orang), pada vaksin tahap kedua kali ini menggunakan sistem multidose.
"Vaksin ini bahan dasarnya sama, namun diformulasikan kembali oleh Bio Farma, namanya Covid Bio dan dikemas dalam bentuk satu botol isi 5 cc untuk 10 orang, jadi multidose. Pada praktiknya biasanya terpakainya untuk 8-10 orang," kata Widyastuti.
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 tahap dua untuk Lansia dan Petugas Pelayanan Publik dimulai sejak Rabu (17/2) dengan sasaran para pedagang dan penunjang lainnya di Pasar Tanah Abang. Provinsi DKI Jakarta ditunjuk menjadi percontohan pemberian vaksinasi di pasar, yang pelaksanaannya dilakukan atas koordinasi dengan Kemenkes, Perumda Pasar Jaya, dan komunitas di pasar.
Jumlah sasaran yang sudah terdata berdasarkan data sensus yang diperoleh dari Perumda Pasar Jaya sebanyak 10.000 orang. Hari pertama telah dilakukan vaksin kepada 1.404 orang dan hari kedua sebanyak 1.412 orang. Dalam sehari Dinkes DKI Jakarta menargetkan 1.500 orang menerima vaksin selama seminggu.
Untuk menghindari potensi kerumunan saat pelaksanaan vaksin, Perumda Pasar Jaya berkoordinasi bersama tim Petugas Kesehatan, TNI, Polri, Poltekes, telah mengatur pembagian calon peserta vaksin berdasarkan hari, jam, dan disebar di tiga titik lokasi.
"Perumda Pasar Jaya sebelumnya telah melakukan pembagian kupon kepada para pedagang, di mana pada kupon tersebut sudah dicantumkan jam dan waktu penyuntikan untuk menghindari penumpukan di lokasi penyuntikan vaksin. Pedagang bisa datang sesuai jadwal dan sesuai lokasi yang telah ditentukan," tutur Widyastuti.
Pelaksanaan vaksinasi tahap pertama dengan sasaran para tenaga kesehatan masih terus berlangsung. Hingga saat ini, sebanyak 90 persen orang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama, dan 55 persen orang telah mendapatkan dosis kedua. Sementara sisanya yang belum mendapatkan vaksin merupakan nakes penyintas, komorbid, ibu menyusui, ibu hamil, dan lansia.
“Dari surat edaran Kementerian Kesehatan, nakes yang eksklusi boleh menerima vaksin. Kami akan segera memberikan 13 persen nakes yang ekslusi itu,” kata Widyastuti.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, berdasarkan perhitungan untuk 1,1 juta penduduk Kota Bogor, awalnya Pemkot Bogor mengajukan 700.000 dosis vaksin ke pemerintah pusat. Namun, dengan kebijakan baru dari pemerintah yang mengizinkan komorbid, lansia, ibu menyusui, dan penyintas Covid-19 boleh menerima vaksin, Kota Bogor memerlukan sekitar 900.000 vaksin.
“Untuk memenuhi kebutuhan itu, kami akan mengomunikasikan dahulu. Sementara untuk tahan kedua ini prioritas penerima vaksin kepada pelayan publik, tokoh agama, tokoh masyarakat. Total ada sekitar 16.000 calon penerima vaksin. Vaksinasi akan kita gelar pada Maret mendatang,” kata Dedie.
Vaksin yang akan digunakan di Kota Bogor masih dari Sinovac. Namun, Dedie mengaku belum mengetahui kapan vaksin tahap kedua akan dikirim ke Kota Bogor karena masih menunggu instruksi dari pemerintah pusat.
Vaksinasi tahap kedua ini akan diberikan kepada 13 kategori, seperti anggota DPRD Kota Bogor, TNI/Polri, pejabat Pemkot Bogor, ASN dan non-ASN di lingkungan Pemkot Bogor, pegawai BUMD, guru/dosen, tokoh agama, pelaku pariwisata, pedagang pasar, organda, pengemudi ojek/taksi online, dan wartawan.
Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya, Muzakkir, mengatakan, sudah mendata pedagang yang akan menerima vaksin. Tercatat ada 7.734 pedagang di seluruh pasar sebagai calon penerima vaksin Covid-19 tahap kedua.
Survei generasi
Edbert Gani Suryahudaya dari Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Indonesia mengatakan, dari hasil survei, 59,9 persen warga DKI Jakarta percaya terhadap vaksin Covid-19. Sementara 38,8 persen tidak percaya vaksin Covid-19.
Survei CSIS dilakukan di dua kota, DKI Jakarta dan DIY Yogyakarta. Sebanyak 800 orang dengan perbandingan 400 orang per provinsi diwawancarai secara langsung pada 13-18 Januari 2021.
“Subjek penelitian berusia di atas 17 tahun. Dari survei menunjukan 89,5 persen warga DKI Jakarta mempercayai Covid-19. Warga yang percaya vaksin 59,9 persen dan 38,8 persen tidak percaya vaksin Covid-19," kata Gani.
Jika dirinci, di ibu kota DKI Jakarta, tingkat kepercayaan Gen Z (17-22 tahun) terhadap kemanjuran vaksin berada paling rendah, yakni 36,4 persen. Adapun tingkat ketidakpercayaan Gen Z terhadap vaksin sebanyak 63,6 persen.
Sementara, dari generasi boomers (55-73 tahun), sebanyak 73,2 persennya percaya pada kemanjuran vaksin, sedangkan 25,8 persennya tidak percaya kemanjuran vaksin. Pada generasi milenial (22-38 tahun), yang percaya dengan kemanjuran vaksin mencakup 46,9 persen dan yang tidak percaya kemanjuran vaksin 53,1 persen. Pada Gen X (39-54 tahun), yang percaya kemanjuran vaksin berjumlah 53,6 persen dan yang tidak percaya 43,2 persen.