Polisi Belum Temukan Keterkaitan Jaringan Teroris di Jakarta dan Makassar
Penggerak kelompok terduga teroris Jakarta, HH, diketahui juga memiliki kartu anggota salah satu organisasi masyarakat yang telah dinyatakan terlarang oleh pemerintah.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyatakan, penyidik belum menemukan keterkaitan antara jaringan teroris Jakarta yang diungkap pada Senin (29/3/2021) dan yang melakukan bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan. Ada-tidaknya afiliasi dengan organisasi masyarakat yang sudah dinyatakan terlarang oleh pemerintah juga masih didalami.
”Ada yang menanyakan adakah keterkaitan dengan bom di Gereja Katedral Makassar, sampai dengan saat ini masih belum ditemukan,” ucap Yusri pada Selasa (30/3/2021) pagi, di Jakarta. Informasi yang diperoleh penyidik sejauh ini para terduga teroris jaringan Jakarta bergerak sendiri berdasarkan perencanaan internal kelompok itu. Meski demikian, karena barang bukti bom dan bahan bakunya cukup banyak, polisi tetap mengusut ada-tidaknya keterkaitan tersebut.
Ada yang menanyakan adakah keterkaitan dengan bom di Gereja Katedral Makassar, sampai dengan saat ini masih belum ditemukan. (Yusri Yunus)
Pascabom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021) pagi, polisi menelusuri jaringan-jaringan teroris di Jakarta dan sekitarnya. Hasilnya, petugas mengungkap penyimpanan bahan peledak di Condet, Jakarta Timur, dan di Desa Sukasari Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Senin (29/3/2021). Terdapat empat terduga teroris yang ditangkap, yaitu ZA (37), BS (43), AJ (46), dan HH (56).
Yusri lantas merinci bahwa keempat terduga teroris ditangkap di empat lokasi yang berbeda, bukan hanya di Condet dan Bekasi. Pelaku yang dibekuk di Condet adalah HH, penggerak dan fasilitator kelompok tersebut. Ia memiliki rumah pribadi dan ruang pamer (showroom) penjualan kendaraan.
Di Bekasi, tepatnya di sebuah rumah tepi Jalan Raya Cikarang-Cibarusah Desa Sukasari Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, polisi menangkap ZA yang berperan membeli bahan baku bom, seperti aseton, asam klorida (HCl), termometer, dan serbuk aluminium, serta meneruskan ilmu cara mencampurkan bahan-bahan itu dan cara membuat bom kepada BS.
Tersangka AJ ditangkap di daerah Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, dan BS di area Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara. BS membuat bahan peledak, sedangkan AJ membantu prosesnya. AJ bersama BS ikut beberapa pertemuan untuk menyiapkan aksi.
Yusri menambahkan, terkait barang bukti, dari rumah ZA di Bekasi polisi mendapatkan lima bom aktif yang dikemas dalam kaleng masing-masing bervolume sekitar 200 mililiter dan dipasangi sumbu sebagai pemicu. Bom berisi triaseton triperoksida (TATP) yang sangat mudah meledak akibat panas atau gesekan. Petugas juga menemukan 1,5 kilogram TATP dan bahan-bahan lain yang siap dicampurkan untuk membuat TATP.
Di Condet, polisi memperoleh sekitar 2 kg TATP dan bahan-bahan baku pembuatan bom. Selain itu, terdapat kartu anggota salah satu ormas yang sudah dinyatakan terlarang dengan nama HH tercantum pada kartu itu. Identitas menunjukkan ia memiliki jabatan wakil ketua bidang jihad pada dewan pimpinan cabang di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Pakaian dengan cetakan nama organisasi itu juga ditemukan polisi.
Beredar pula foto-foto yang menunjukkan HH dan ZA hadir dalam kegiatan terkait sidang perkara yang melibatkan salah satu mantan petinggi ormas itu. ”Apakah benar ada keterkaitan mereka semuanya, ini masih didalami oleh tim,” ujar Yusri.
Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menyampaikan, pasca-ledakan di Makassar, Polri melalui tim Detasemen Khusus 88 Antiteror bergerak mencegah aksi teror di berbagai wilayah. Hasilnya, di Makassar, tim Densus 88 menangkap empat orang berinisial AS, SAS, MR, dan AA sebagai pengembangan dari kasus bom bunuh diri di depan gereja. ”Mereka berperan bersama L dan YSM (keduanya pelaku bom bunuh diri), yakni bersama-sama dalam satu kelompok kajian Villa Mutiara,” katanya melalui keterangan tertulis.
Sementara itu, lanjut Sigit, tim di Mataram, Nusa Tenggara Barat, menangkap lima terduga teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dengan penangkapan-penangkapan itu, ia meminta masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa dan tidak panik karena polisi terus mengejar kelompok-kelompok teroris.