Sekolah di Jakarta Maksimalkan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka
Sekolah menyambut uji coba pembelajaran tatap muka dengan memaksimalkan protokol kesehatan dan metode pembelajaran berbeda dari sebelum pandemi yang telah disiapkan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 226 sekolah di DKI Jakarta secara serentak malaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka, Rabu (9/6/2021). Sekolah pun menyambut pembukaan kembali sekolah dengan memaksimalkan protokol kesehatan dan metode pembelajaran yang telah disiapkan.
Kepala Subbagian Humas Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta Taga Radja sebelumnya menyampaikan, sekolah tersebut terdiri dari 83 sekolah yang telah menjalani uji coba terbatas pada April lalu, ditambah 143 sekolah yang lolos seleksi sejak 24 Mei sampai 4 Juni. Sekolah tersebut terdiri atas berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTS, MA, hingga lembaga kursus dan pelatihan (LKP), baik negeri maupun swasta.
SD Negeri 01 Bendungan Hilir di Tanah Abang, Jakarta Pusat, menjadi salah satu sekolah yang berhasil melalui tahap asesmen ketersediaan sarana prasarana dan pelatihan bersama 75 SD lain se-Jakarta. Hari ini, sekolah tersebut membuka kegiatan belajar dari pukul 07.30 sampai 09.30 WIB. Sebanyak 31 siswa, dari 42 siswa kelas 5 yang dijadwalkan masuk, hadir ke sekolah.
”Alhamdulillah, kegiatan hari ini lancar,” kata Rukdi selaku Kepala SDN 01 Bendungan Hilir.
Mencegah virus korona. Kurangi mobilitas, tak pakai masker, jaraknya satu meter. Rajinlah cuci tangan, jauhi kerumunan. Protokol kesehatan, haruslah dijalankan.
Kegiatan sekolah dimulai tanpa ada apel sekolah. Sebelum memasuki kelas di lantai dua, para murid dan guru harus memakai masker dan mencuci tangan di dekat pintu masuk. Tim satuan tugas (satgas), yang merupakan staf internal sekolah, mengecek suhu siswa, untuk memastikan tidak ada yang bersuhu di atas 37 derajat celsius.
Siswa yang masuk dibagi dalam tiga rombongan belajar. Mereka masuk dalam tiga kelas, yang masing-masing hanya diisi maksimal 15 murid. Murid di tiap kelas diajar satu guru, yang untuk sementara belum bisa langsung terhubung dengan murid yang belajar secara daring di rumah.
Hari ini, anak kelas 5 belajar Matematika. Sebelum mengajar materi perkalian, Donna Panjaitan yang mengisi kelas 5A mengenalkan para siswa dengan lagu bertema melawan virus korona, dengan irama lagu ”Balonku” ciptaan AT Mahmud.
”Mencegah virus korona. Kurangi mobilitas, tak pakai masker, jaraknya satu meter. Rajinlah cuci tangan, jauhi kerumunan. Protokol kesehatan haruslah dijalankan.” Demikian syair lagu yang tertulis di papan ajar.
Dengan lagu tersebut, para siswa diharapkan terus mengingat pentingnya menjaga protokol kesehatan, termasuk di sekolah. Pihak sekolah pun mendukung terlaksananya protokol kesehatan dalam kegiatan pembelajaran tetap muka, antara lain dengan mengatur meja dan kursi di setiap kelas saling silang agar ada ruang untuk menjaga jarak antar murid.
Lalu, menyediakan tempat cuci tangan tidak permanen di depan kelas dan beberapa titik di sekolah. Di antara kegiatan belajar, siswa hanya diberikan waktu istirahat 15 menit di dalam kelas. Kantin dan lapangan tidak dibuka untuk aktivitas siswa agar tidak ada kerumunan. Lima orang tim satgas juga dihadirkan untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan.
Pembelajaran tatap muka hanya dilaksanakan tiga hari seminggu, yaitu pada Senin, Rabu, dan Jumat. Di antara waktu pembelajaran tersebut, sekolah akan melakukan disinfeksi untuk membunuh virus. ”Kita juga tidak menganjurkan murid yang sedang sakit, murid berkebutuhan khusus, dan yang tidak dapat izin dari orangtua untuk ke sekolah,” katanya.
Hal yang sama juga dianjurkan kepada guru yang bertugas mengajar dan staf sekolah kendati seluruhnya sudah mendapat vaksin Covid-19.
Kurangi kendala
Rukdi berupaya agar sekolahnya dapat semaksimal mungkin mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka. Menurut dia, adanya kegiatan di luar jaringan akan mengurangi kendala yang kerap terjadi selama murid dan guru mengadakan pembelajaran jarak jauh.
”Walaupun ini kota besar, anak-anak murid kita banyak yang masih kesulitan belajar jarak jauh karena banyak yang HP-nya masih menumpang sama anggota keluarga lain. Di sekolah ini juga banyak karena rata-rata dari keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah,” ungkapnya.
Walaupun pembelajaran jarak jauh sudah setahun lebih dilaksanakan, kendala semacam itu masih ditemui sampai saat ini. Seperti saat kegiatan ujian akhir tahun yang berlangsung belakangan. Masih ada beberapa murid yang harus dibantu, dengan ujian tertulis, karena tidak punya HP. Selain itu, selama kegiatan dilakukan jarak jauh, guru juga harus bersabar mengikuti kebiasaan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas di rumah.
”Dengan adanya kegiatan tatap muka ini, guru dan murid jadi punya kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung. Jadi, kalau ada materi yang tidak jelas, murid bisa langsung tanya ke guru. Anak-anak juga sangat semangat kembali ke sekolah. Bahkan tadi ada yang sudah sampai jam 06.30,” kata Rukdi.
Kepala Pemeriksaan Ombudsman Jakarta Raya Rully Amirulloh menilai pihak sekolah harus bisa mengontrol agar para siswa yang menjalani pembelajaran tatap muka tidak melanggar protokol kesehatan. Hal ini dalam rangka menyambut keputusan pemerintah pusat untuk memulai pembelajaran tatap muka mulai Juli 2021.
Dengan adanya kenaikan kasus Covid-19 di Jakarta pasca-Lebaran, ia mengingatkan agar pemerintah terkait dan sekolah terus mengevaluasi uji coba pembelajaran tetap muka. ”Ini harus menjadi kerja keras pemerintah. Mungkin harus dipikirkan apakah PTM enggak tiap hari atau bagaimana, sampai WHO mengeluarkan vaksin anak-anak,” ujarnya.