Jaeni Menjadi Korban Aset Terbengkalai di Pejaten Barat
Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitu singkat cerita nasib Jaeni, perantau asal Sumatera Selatan yang meninggal tertimpa beton pembatas tanah milik Pemprov DKI Jakarta di Pejaten Barat, Jakarta Selatan.
Oleh
erika kurnia
·5 menit baca
Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitu singkat cerita nasib Jaeni, perantau asal Sumatera Selatan yang meninggal tertimpa beton pembatas tanah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di Jalan Pejaten Raya, Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kejadian mengenaskan yang menewaskan tunakarya tersebut terjadi pada Minggu (8/11/2021) siang. Menurut penuturan Sani (58), warga sekitar lokasi kejadian yang mengenalnya, Jaeni saat itu hanya sedang ikut menimbrung di lapak penjualan masker milik Lendra. Lapak itu dibuka di trotoar di samping kebun tak terurus.
”Dia sejak enggak ada kerjaan memang suka nongkrong sama pedagang lain, sama kayak siang kemarin. Terus kemarin itu, kan, hujan deras. Dia nongkrong sambil main HP di pinggir selokan antara trotoar dan tembok beton,” tuturnya.
Hujan yang berlangsung beberapa jam tanpa disadari membuat tanah kebun di samping trotoar, yang lebih tinggi sekitar 1 meter dari muka jalan raya, longsor. Tiga pagar beton pembatas, yang masing-masing setinggi 2 meter, itu pun jatuh menimpa trotoar, juga Lendra (38) dan Jaeni (36). Musibah itu terjadi jelang pukul 15.00.
Beruntung, Lendra yang tinggal di Kelurahan Cilandak Timur itu sempat menghindar dan hanya mengalami luka di pinggang dan perut. Sementara tubuh Jaeni tertindih meski ia bisa masuk ke selokan. Warga sekitar pun mencoba menyelamatkannya dengan memanggil bantuan pemadam kebakaran dan ambulans.
Tim pemadam kebakaran dan penyelamatan datang terlebih dulu dan membantu mengangkat turap yang beratnya bisa mencapai ratusan kilogram. Setelah berhasil terangkat, Jaeni pun segera dievakuasi. Saat itu di tubuhnya tidak terlihat benturan parah, tetapi darah keluar dari mulutnya.
”Petugas sudah mau buka kantong jenazah, tapi saya lihat dia kayak masih ada napas. Saya langsung minta petugas kasih napas buatan dan ternyata masih ada (nyawa),” ujar Sani.
Ambulans tidak kunjung datang, padahal nyawa pria asal Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur itu butuh secepatnya diselamatkan. Warga pun berinisiatif mencari tumpangan angkutan kota (angkot) untuk membawa Jaeni dan Lendra ke rumah sakit. Jaeni meninggal tidak lama berselang.
Sani dan warga sekitar lokasi kejadian pun dengan sukarela membawanya kembali dari rumah sakit dan memandikan jenazahnya. Kemudian, jenazah Jaeni dibawa bersama istri yang mengontrak bersamanya ke kampung halaman untuk disemayamkan.
Saat ini, Sani masih merasa kasihan Jaeni karena harus pulang tanpa nyawa di tengah kesulitan mencari nafkah setelah tidak mampu lagi menjadi pedagang gorengan. Tidak hanya Jaeni, pedagang lain yang berjualan di sekitar lokasi kejadian pun banyak yang terdampak akibat berkurangnya aktivitas. Apalagi universitas di dekat tempat itu belum seramai sebelum pandemi.
Sehari-hari, trotoar di Jalan Raya Pejaten yang ramai itu menjadi tempat strategis bagi para pedagang. Sayangnya, satu sisi jalan di wilayah RT 010 RW 002 itu terdapat bangunan dan tanah lama yang terbengkalai. Pagar-pagarnya yang miring dan seperti akan roboh mencerminkan kondisi di dalamnya.
Kebetulan aset itu baru diserahkan pihak ketiga kepada kami awal tahun ini untuk selanjutnya kami proses pemeliharaan dan perawatannya dengan anggaran 2022. Ternyata ada kejadian dengan pagar, yang memang sudah kami prediksi bisa roboh sewaktu-waktu.
Area yang dibangun sejak sekitar 1990-an itu awalnya diperuntukkan sebagai rumah dinas pejabat DPRD DKI Jakarta. Namun, aset yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini tidak terurus.
Beberapa bangunan rumah bertingkat yang ada di area itu banyak yang plafonnya jebol dan dindingnya bernoda di sana-sini. Semak-semak dan pohon di sekitarnya tampak tidak terawat. Tempat tertutup itu pun penuh sampah dan hewan liar, bahkan warga setempat menyebutnya berhantu.
Selain tidak terawat, posisi lahan yang lebih tinggi dari jalan juga bisa mengancam kapan saja, seperti kejadian kemarin. Terhadap pagar-pagar turap yang rata-rata sudah miring, Sani dan warga sekitar mengaku sudah beberapa kali mencoba untuk menahannya dengan bambu atau lainnya agar tidak roboh. Namun, upaya itu selalu digagalkan pihak pemilik lahan.
”Namanya pedagang, tahu tempat ramai seperti ini, ya, kenapa enggak dimanfaatkan. Tapi, bangunan dan tanah sekitar ini dibiarkan saja terbengkalai, enggak direnovasi juga. Kemarin setelah ada kejadian yang makan korban, warga juga yang tanggung jawab,” katanya.
Tindak lanjut
Ireni, Kepala Suku Badan Pengelolaan Aset Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan, menyampaikan, pihaknya telah membantu memberikan santunan kepada korban meninggal dan korban lain yang selamat, yang juga dibantu Dinas Sosial Jakarta Selatan. Pihaknya pun mengajukan penyelesaian damai ke pihak keluarga Jaeni terkait musibah yang terjadi di aset milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
”Kebetulan aset itu baru diserahkan pihak ketiga kepada kami awal tahun ini, untuk selanjutnya kami proses pemeliharaan dan perawatannya dengan anggaran 2022. Ternyata ada kejadian dengan pagar, yang memang sudah kami prediksi bisa roboh sewaktu-waktu,” ujarnya.
Dengan belum adanya anggaran untuk renovasi, ia pun meminta bantuan pada dinas terkait, seperti dinas pertamanan, untuk mengamankan area tersebut dengan memberikan pembatasan khusus. Adapun saat ini lokasi kejadian dan pagar pembatas area sepanjang beberapa ratus meter baru disegel dengan pita hitam kuning.
”Sementara kami pasang yellow line dulu. Kami agak susah (merenovasi) karena enggak ada anggarannya, paling koordinasi dengan dinas pertamanan, ke dinas sumber daya air juga enggak ada anggaran karena akhir tahun. Kami dengan Dinas Citata akan kaji pagar ini,” imbuhnya.
Kapolsek Pasar Minggu Komisaris Bambang Handoko mengatakan, pihaknya tetap akan meminta keterangan kedua pihak, yakni pemilik aset dan korban. Hal ini untuk tetap melanjutkan penyelidikan kendati pihak pemerintah daerah mencoba jalur penyelesaian secara kekeluargaan.
”Kami belum tutup permasalahan ini. Jadi, mereka tetap akan kami periksa untuk kepastian hukumnya,” kata Bambang saat dihubungi hari ini.
Terkait musibah itu, polisi pun merekomendasikan agar pemilik aset terbengkalai tersebut untuk memasang pembatas yang aman agar tidak ada lagi warga atau pedagang yang berlama-lama di bangunan tersebut.
”Kami menekankan agar renovasi segera dilakukan agar warga tidak berada di dekat atau duduk-duduk di bawah tembok sebelum ada renovasi,” pesannya.