Perkenalannya dengan ”skateboard” mengubah Derian dari anak jalanan menjadi atlet nasional dan skater profesional. Ruang publik berfasilitas seperti skatepark dapat membantu anak berekspresi dan jalani hidup lebih baik.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
Perkenalan Derian (25) kepada skateboard mengubah hidupnya dari dunia jalanan yang akrab dengan kekerasan, perkelahian, dan tawuran antarpemuda. Lepas dari kerasnya hidup jalanan, ia beralih pada kerasnya lantai semen untuk meraih mimpi membawa nama Indonesia ke ajang internasional.
Pada 26-27 Maret 2022 kemarin di Bali, Denpasar, Derian (25), satu dari sekitar 60 skater seluruh Indonesia yang mampu menembus lima besar Seleksi Nasional Asian Games 2022 yang akan digelar di Hangzhou, China, September mendatang.
Di kategori skatepark, Derian masih memiliki peluang untuk masuk pelatnas (pemusatan latihan nasional) dan menjadi wakil Indonesia di Asian Games 2022. Syaratnya, dalam penyaringan lanjutan dengan sistem degradasi, Derian harus mampu memperbaiki nilai atau peringkatnya.
Ia menyadari dalam seleksi lanjutan nanti ada tantangan berat dan akan terjadi persaingan ketat sesama skater lainnya. Derian tak mau menyerah dan ingin membuktikan dari dulu seorang anak jalanan nakal bisa berprestasi. Meskipun nanti dalam seleksi ia tak berhasil, setidaknya sudah berusaha semaksimal dan terbaik. Kelak, Derian ingin menjadi seorang skater profesional dan bisa membawa nama Indonesia ke ajang turnamen internasional.
”Skateboard mengubah hidup gue. Mengubah segalanya. Hidup gue dulu kacau, sekarang gue mau menjadi lebih baik, belajar dan berprestasi,” kata Derian, Selasa (5/6/2022), di Skatepark kolong flyover Pasar Rebo, Cijantung, Jakarta Timur.
Sejak serius terjun di skateboard pada 2020, banyak pelajaran ia petik. Di lingkungan saat ini, ia merasa diterima tanpa memandang latar belakang.
”Di sini gue belajar untuk fokus dan tenang. Itu tidak hanya saat pertandingan atau saat menghadapi tekanan karena perhatian penonton, tapi gue coba hidup sehari-hari. Di sini gue belajar menerima, berbagi, dan menghargai. Pola pikir itu gue tanam,” kata Derian.
Karena tahu ini sakit, makanya kalau kita sampai menjatuhkan orang lain dengan cara tawuran atau kelahi, itu menyakiti orang lain, keluarga, dan diri sendiri. Tak ada kebanggaan.
Kerasnya dunia jalanan sama dengan kerasnya lantai semen. Namun, ia lebih baik sakit karena terjatuh di semen lalu bangun berjuang untuk jatuh sakit lagi sehingga membuahkan hasil serta kebanggaan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Baginya, itu lebih baik daripada sakit jatuh tanpa menghasilkan apa-apa yang merugikan diri dan orang lain seperti tawuran.
Tawuran sebagai ekspresi liar itu justru menimbulkan korban. Derian dan kawan-kawannya pun berpotensi harus berurusan dengan polisi. Masa depan terbilang dipastikan suram.
”Sakit jatuh seperti saat ini membentuk kita tahu ada tujuan yang ingin dicapai. Sakit untuk kuat, pantang menyerah, berusaha. Sakit dan jatuh yang dihargai. Karena tahu ini sakit, makanya kalau kita sampai menjatuhkan orang lain dengan cara tawuran atau kelahi, itu menyakiti orang lain, keluarga, dan diri sendiri. Tak ada kebanggaan,” ujarnya tersenyum.
Aji Tanzilull Hiqmah (16) juga bermimpi untuk menjadi seorang pemain skateboard andal dan ikut turnamen jenjang lokal, nasional, dan internasional. Untuk itu, ia akan terus melatih beberapa teknik, seperti ollie, lalu kickflip, heelflip, hingga indy grab.
Aji merasa menemukan ruang ekspresi, penyaluran energi, dan keluar dari aktivitas harian sebagai pelajar. Ia merasa diterima di lingkungan tersebut, bahkan oleh pencinta skateboard lainnya ia kerap diberikan tips, hingga bimbingan praktik.
”Senang lingkungan dan tongkrongannya teman-teman dan kakak-kakak di sini, tuh, asyik. Mereka mau berbagi. Ini keren enggak kalah gaul dan positif kegiatannya. Daripada nongkrong enggak jelas. Ngabisin uang buat ngopi di kafe. Ya, boleh nongkrong, tapi jangan bablas terus enggak ikutan dibilang enggak gaul,” kata pelajar kelas IX SMP itu.
Aji menyadari, dorongan atau pengaruh buruk lingkungan sangat besar. Apalagi ada seruan anak cowok harus bisa berkelahi atau harus ikut tawuran atas nama solidaritas pertemanan. Ia tak mau terjebak ke dalam hak negatif karena menemukan ruang bermain yang sesuai dan disenangi di skatepark.
”Kita, tuh, kayak butuh ruang saja untuk berbagai aktivitas. Kayak di sini ada ruang publik tempat bermain. Nah ini aku dapat, tempat berteman dan ruang yang sesuai. Mungkin yang enggak dapat itu akhirnya lari ke hal negatif kayak nongkrong-nongkrong enggak jelas dan lari pelampiasan ke tawuran,” katanya.
Bernard (41), anggota Komunitas Skateboard Pasar Rebo sekaligus pelatih skateboard, menilai keberadaan ruang publik yang memiliki area bermain di Jakarta sangat vital dan memiliki nyata terbukti berdampak positif untuk menarik minta dan bakat anak-anak muda.
Derian, kata Bernard, hanya salah satu anak yang bisa mengubah nasib dengan skateboard. Dermian juga termasuk yang hingga saat ini konsisten memanfaatkan ruang publik untuk terus belajar dan berkembang meniti prestasi di dunia skateboard.
Selain Derian, Bernard bersama teman-teman komunitasnya juga membuka ruang belajar untuk anak-anak jalanan, termasuk para peminta-minta serta seniman jalanan seperti manusia silver, untuk ikut bergabung bermain skateboard pada 2020 silam.
Tanpa disadari, dari kegiatan itu ternyata menjadi perhatian beberapa orang untuk ikut terlibat membantu Bernard dan kawan-kawannya.
”Ada yang melihat dan mendengar kegiatan kami di sini. Lalu ada donatur, ada pak polisi juga kasih kami bantuan agar kegiatan ini terus berlangsung. Jadi anak-anak silver itu, kami kasih gratis pakaian dan sepatu, juga makanan. Kami fasilitasi alat-alat safety dan skateboard-nya.” kata Bernard.
Namun sayang, kegiatan itu terhenti karena ada beberapa oknum yang tak senang para manusia silver itu menghabiskan waktu di Skatepark kolong jalan layang Pasar Rebo.
”Anak-anak itu berhenti karena ada pengasuh atau abang-abangan yang meminta mereka kembali ke jalan untuk mencari uang. Padahal, anak-anak itu senang bisa bermain di dan belajar di sini,” lanjutnya.
Skatepark seperti di Pasar Rebo ini beserta komunitasnya menunjukkan bahwa ruang-ruang publik yang aktif melibatkan masyarakat untuk berkegiatan di dalamnya sangat diperlukan. Semakin banyak tersedia ruang publik dan menggandeng banyak komunitas atau berbagai pihak untuk menggelorakan berbagai aktivitas dimungkinkan tercipta di sana. Semua itu bukan hanya untuk menyelamatkan satu-dua individu, melainkan dapat menjadi ruang kegiatan massal guna sama-sama membangun kota yang lebih baik.