BMKG menyatakan cuaca ekstrem berlanjut hingga sepekan ke depan. BPBD DKI Jakarta mewaspadai 25 wilayah rawan banjir dan melakukan upaya mitigasi dengan menginformasikan ke warga terkait cuaca dan potensi bencana.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD DKI Jakarta mewaspadai 25 kelurahan rawan banjir. Warga di kelurahan-kelurahan tersebut diminta waspada dan mengantisipasi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi sepekan ke depan.
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji, Minggu (9/10/2022), menjelaskan, kewaspadaan ditingkatkan setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis bahwa pada 9-15 Oktober 2022 di beberapa wilayah di DKI Jakarta akan mengalami intensitas hujan sedang sampai dengan berat.
”BPBD perlu untuk meneruskan informasi tersebut kepada warga masyarakat bahwa kita harus menghadapi cuaca dalam 1-2 minggu ke depan,” kata Isnawa.
Sesuai Pergub Nomor 13 Tahun 2021 tentang Rencana Kontijensi Penanggulangan Bencana Banjir di DKI Jakarta, menurut Isnawa, BPBD DKI sudah memetakan daerah atau wilayah yang rawan banjir. Setidaknya ada 25 kelurahan yang rawan banjir di DKI Jakarta.
Untuk Jakarta Barat, ada di Rawa Buaya, Tegal Alur, Kedoya Selatan, Kedoya Utara, dan di Kembangan Utara. Di Jakarta Selatan di Kelurahan Cipete Utara, Petogogan, Cipulir, Pondok Pinang, Ulujami, Pondok Labu, Bangka, Pejaten Timur, dan Jati Padang.
Untuk Jakarta Timur, kelurahan rawan banjir ada di sekitar kawasan Bidara Cina, Kampung Melayu, Cawang, Cililitan, Cipinang Melayu, Kebon Pala, Makasar, dan Kampung Rambutan. Sementara di Jakarta Utara, ada tiga kelurahan rawan banjir, yakni Pademangan Barat, Pluit, dan Rorotan.
Tingginya curah hujan di atas rata-rata pada beberapa waktu terakhir, kata Isnawa, terjadi karena secara global ada fenomena La Nina. Fenomena itu membawa perubahan-perubahan tentang situasi kecuacaan di Indonesia, termasuk di DKI Jakarta.
Dari fenomena itu dan berdasarkan data dari BMKG, lanjut Isnawa, BPBD DKI akan menginformasikan wilayah Jakarta mana saja yang akan diguyur hujan dengan intensitas ringan sampai sedang, juga wilayah yang akan diguyur hujan dengan intensitas lebat dengan durasi cukup panjang. Atau, wilayah Jakarta mana yang akan diguyur hujan dengan dibarengi petir dan angin kencang.
Di luar cuaca, BPBD DKI Jakarta juga menginformasikan melalui media sosial tentang tinggi muka air. BPBD DKI Jakarta memonitor tingkatan, mulai dari Siaga I sampai Siaga IV, terhadap pintu-pintu air yang ada di DKI Jakarta. Di antaranya seperti di Katulampa, Angke Hulu, Sunter Hulu, Manggarai, dan kawasan Pluit.
Isnawa mencontohkan, untuk kawasan Katulampa, misalnya, apabila di hulu seperti di Bogor ataupun di Depok terjadi intensitas hujan yang cukup lebat dan durasi yang cukup lama, BPBD DKI Jakarta sudah bisa memprediksi kawasan-kawasan mana saja, khususnya yang ada di bantaran sungai Ciliwung, yang akan mengalami peningkatan debit air.
”Tidak menutup kemungkinan debit air tersebut akan memasuki kawasan permukiman-permukiman warga khususnya di bantaran kali dan sungai. Di antaranya seperti kawasan Cikoko, Kalibata, Rawajati, Condet, Kampung Melayu, dan Jatinegara,” kata Isnawa.
Dari prediksi itu, Isnawa melanjutkan, BPBD DKI meneruskan informasi kepada warga. BPBD juga mengimbau warga Jakarta untuk bisa mengenali dan bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan risiko bencana yang bisa saja terjadi. Warga juga diminta menginformasikan melalui layanan darurat 112 manakala ada kedaruratan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta menyatakan, untuk pengendalian banjir, sejumlah upaya sudah dilakukan. Dia menyebutkan upaya itu seperti pengerukan lumpur di danau, sungai, dan waduk di Jakarta. Kegiatan ini untuk membantu mengurangi proses pendangkalan dengan mengerahkan alat berat berskala hingga tiga kali lipat dari kapasitas biasanya.
Upaya pengendalian, disebut Anies, juga dikerjakan lewat 942 proyek. Program itu meliputi sembilan polder, empat retensi air, dan dua sungai.
Selain itu, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta turut membuat kolam olakan air guna mengantisipasi dan menampung genangan air sementara di jalan raya saat hujan tiba, yang kemudian akan dialirkan ke sungai atau laut.
Dinas SDA juga memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green, yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa. Pemprov DKI Jakarta memiliki 475 unit pompa stasioner dan 429 unit pompa mobile. Kapasitas pompa disebutkan meningkat 54 persen dalam sepuluh tahun terakhir, yakni total kapasitas pompa saat ini sebesar 129 meter kubik.
Upaya pengendalian, disebut Anies, juga dikerjakan lewat 942 proyek. Program itu meliputi sembilan polder (suatu sistem untuk menangani banjir rob yang terdiri dari kombinasi tanggul, kolam retensi dan pompa), empat retensi air (waduk), dan dua sungai.
Dengan rehabilitasi sembilan polder, dapat diturunkan dampak banjir di dataran yang lebih rendah di Jakarta. Di antaranya seperti di Teluk Gong, Kelapa Gading, dan Muara Angke.
Proyek empat di Pondok Ranggon, Lebak Bulus, Brigif, dan Embung Wirajasa akan mereduksi banjir pada sistem aliran Kali Sunter, Kali Krukut, Kali Grogol, dan wilayah Cipinang-Melayu yang juga berfungsi sebagai penampung air. Kelebihannya baru dialirkan ke laut.
Selain itu, dilakukan pula peningkatan kapasitas dua sungai, yaitu Kali Besar dan Kali Ciliwung. Semua langkah itu dikerjakan untuk mengendalikan banjir kawasan.