Pedagang Keluhkan Harga Bawang dan Cabai Tidak Stabil
Pasokan bahan pokok terus tersedia, tetapi daya beli masyarakat rendah. Ditambah curah hujan yang tinggi, berakibat pada ketidakstabilan harga.
Oleh
Velicia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Curah hujan dengan intensitas tinggi menimbulkan ketidakpastian harga bawang dan cabai. Di sejumlah pasar di Ibu Kota, termasuk Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, harga bawang dan cabai cenderung fluktuatif atau berubah-ubah dalam hitungan jam.
Salah satu pedagang bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Bill (28), membenarkan harga bawang merah yang tidak stabil cenderung rendah satu minggu ini, terutama yang kualitasnya kurang bagus.
”Perbedaan harga bawang itu juga dipengaruhi sama jam. Di jam pagi dan jam siang bisa beda Rp 3.000,” katanya di Pasar Induk Kramat Jati, Senin (10/10/2022).
Normalnya, Bill mengambil stok bawang merah setiap empat sampai lima hari. Namun, di musim hujan seperti ini, dirinya mengambil stok satu kali dalam satu minggu. Jumlah stok yang diambil pun mengikuti jumlah karung bawang yang masih ada di kiosnya. Hal ini disebabkan berkurangnya pembeli.
Tri (42), salah satu pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati, juga mengatakan, harga cabai bisa berbeda dalam hitungan jam. ”Harga cabai fleksibel. Pagi-pagi bisa mahal kalau lancar. Dilihat dari ramainya pengunjung pasar juga. Nah, kalau cabainya masuk terus, otomatis harganya turun lagi,” ujarnya.
Fluktuasi harga dalam kurun waktu sepekan di Pasar Induk Kramat Jati juga terpantau dari laman statistik info pangan Jakarta. Harga tertinggi untuk cabai merah keriting menyentuh Rp 43.000 per kilogram di tanggal 7 Oktober, padahal di tanggal 3 Oktober hanya Rp 35.000 per kg. Harga cabai merah besar tertinggi Rp 37.000 per kg di tanggal 5 Oktober serta harga terendah Rp 34.000 per kg di tanggal 3 dan 8 Oktober 2022.
Jangan terlena dengan kuartal ketiga. Persiapkan komoditas untuk akhir tahun.
Harga cabai rawit merah menjadi paling tinggi di antara bahan pokok ini, yakni Rp 48.000 per kg di 1 Oktober, terendahnya Rp 35.000 per kg di tanggal 8 Oktober dan 10 Oktober. Harga bawang merah tertinggi Rp 25.000 per kg pada 8 Oktober dan terendah Rp 23.000 kg di tanggal 2, 4, 5, 9, dan 10 Oktober. Harga yang turun tidak menjamin daya beli masyarakat otomatis menjadi tinggi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan, ketidakpastian cuaca, curah hujan tinggi, dan banjir memengaruhi produksi sentra pertanian.
”Supaya harganya bisa stabil, jangan terlena di kuartal ketiga ini. Mulai diperbaiki dari pasokan pupuk, subsidi pupuk dan benih pastikan untuk tepat waktu, tepat sasaran, dan dijaga,” kata Bhima.
Ia menjelaskan, efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat masyarakat mengurangi pengeluaran untuk belanja kebutuhan pokok. Kuartal ketiga ini merupakan low season karena tidak ada acara atau hari raya. Di kuartal ketiga ini juga permintaan pasar relatif rendah.
Bhima menambahkan, menjelang kuartal keempat, ada Natal dan Tahun Baru. Hal ini perlu diwaspadai. ”Kuartal ketiga ini, permintaannya melandai. Nanti menjelang kuartal keempat, Oktober, November, dan Desember, secara musiman akan meningkatkan permintaan pasar. Inflasi bahan pangan bisa meningkat di akhir tahun. Perlu diwaspadai,” katanya.
Peneliti ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Maxensius Tri Sambodo, menjelaskan, pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga berperan dalam hal ini. ”Bagaimana pemerintah menjamin efisiensi logistik. Jadi, memastikan produk dari petani menuju ke pedagang di pasar itu berjalan dengan sistem dan transportasi yang baik dan efisien,” kata Max.
Max juga menambahkan, perlu ada keterlibatan agensi atau pihak yang bersama pemerintah daerah membangun titik-titik tempat penyimpanan. Pemerintah daerah sedang dituntut untuk aktif menjaga kestabilan harga.
”Pemda dengan badan usaha milik daerahnya bisa membangun pusat logistik. Jadi, petani atau UMKM lain bisa menyimpan produknya dengan baik tanpa mengganggu kualitas,” ujarnya.
Begitu juga dengan pentingnya revitalisasi pasar. Hal ini bertujuan agar komoditas di pasar bisa terjaga dan tersimpan dengan baik. Pemda diharapkan bisa berinovasi lebih untuk membantu pemerintah pusat menjaga rantai pasok, terutama agar harga bahan pokok bisa stabil.