Pembuatan sumur resapan tak bisa asal-asalan karena harus memperhatikan lokasi, jenis tanah, dan sebagainya.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumur resapan atau drainase vertikal yang telah dibangun saat ini seperti di kompleks kantor pemerintahan, tepi jalan, dan tersebar di kawasan permukiman di Jakarta dinilai masih belum maksimal dalam mengurangi genangan dan menambah cadangan air tanah. Penyebabnya, lokasi sumur resapan dinilai warga berfungsi sesuai peruntukannya.
Sanusi (53), warga Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (21/10/2022), mengatakan, pembangunan sumur resapan di wilayahnya bukan tidak berfungsi sama sekali, melainkan penentuan lokasinya yang tidak sesuai.
Menurut dia, sumur resapan yang berada di sepanjang Jalan Durian Raya, Jagakarsa, berada di daerah yang tidak ada genangan. Ketika hujan deras pun tak pernah ada genangan di tempat tersebut. Justru di kawasan permukiman yang kerap terjadi genangan tidak dibangun sumur resapan.
Sumur resapan yang relatif baru dibangun itu kini kondisinya telah rusak. Letaknya di badan jalan menyebabkannya selalu dilindas kendaraan. Bahkan, beberapa sumur resapan yang rusak telah diperbaiki dengan melapisinya dengan semen yang mengakibatkan lubang air tertutup.
Di sepanjang Jalan Durian Raya, kedalaman sumur resapan ini mencapai 3 meter dengan diameter 1 meter. Sumur yang rusak terlihat jelas di beberapa titik ditandai dengan lubang air tertutup semen.
Hal serupa juga terjadi di kawasan Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Warga setempat, Amir Amsyah (61), mengatakan, pembangunan sumur resapan di sepanjang Taman Cornel Simanjuntak, Jalan Cipinang Cempedak, ini tidak berfungsi dalam mengurangi genangan.
Apalagi, keberadaan sumur resapan di trotoar tersebut bukanlah wilayah yang rawan banjir atau genangan di sepanjang jalan tersebut. Menurut dia, penentuan lokasi sumur resapan harus tepat agar fungsinya maksimal sebagai mengurangi genangan dan menampung cadangan air tanah.
Ketua Kelompok Ilmu Sumber Daya Air Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia Evi Anggraheni mengatakan, agar sumur resapan itu berfungsi mengurangi genangan dan menambah cadangan air tanah. Lokasinya harus terletak di area dengan tanah berdaya serap tinggi.
Menurut dia, tidak tepat jika sumur resapan dimaksudkan untuk pengendalian banjir. Karena dari filosofi awal, teknologi sumur resapan itu dimasukkan ke dalam konsep penataan ruang yang ramah lingkungan atau infrastruktur hijau.
Drainase di Ibu Kota hanya sanggup menampung curah hujan maksimal 100 milimeter. Maka, dengan adanya pembangunan berbasis nature-based solutions yang memadukan keberlanjutan kota dan rekreasi, kami bangun kolam retensi, dorong drainase vertikal skala rumah. ( Maman Supratman)
Walaupun demikian, masih terdapat beberapa lokasi sumur resapan yang sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai resapan air. Salah satunya di kawasan Jakarta Selatan yang berdekatan dengan kawasan Kota Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik yakni Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2022, Jakarta sebagai dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut. Pesisir utaranya membentang sepanjang 35 kilometer, tempat bermuaranya 13 sungai dan kanal, yang berbatasan dengan Laut Jawa.
Kepala Seksi Perencanaan Bidang Pengendalian Banjir dan Drainase Dinas Sumber Daya Air Jakarta Maman Supratman menegaskan, sejauh ini drainase vertikal yang ada cukup signifikan mengurangi genangan setelah hujan.
”Drainase di Ibu Kota hanya sanggup menampung curah hujan maksimal 100 milimeter. Maka, dengan adanya pembangunan berbasis nature-based solutions yang memadukan keberlanjutan kota dan rekreasi, kami bangun kolam retensi, dorong drainase vertikal skala rumah,” katanya (Kompas.id, 8/7/2022).
Dinas Sumber Daya Air Jakarta kini tengah membangun 9 polder, 4 waduk, dan 2 peningkatan atau penataan kapasitas kali/sungai untuk mitigasi banjir. Waduk itu meliputi Brigif, Lebak Bulus, Pondok Ranggon, dan Wirajasa untuk mengurangi debit Kali Krukut dan Kali Sunter saat musim hujan.
Pada saat yang sama, Dinas SDA Jakarta mengevaluasi pembangunan drainase vertikal yang sudah berlangsung di 25.000 titik. Juga dilakukan normalisasi aliran sungai di Pasar Baru, Muara Angke, dan kali kecil, seperti di Semanan.