Inggris dan Jepang Danai Pengembangan MRT Timur-Barat di Jakarta
Jepang dan Inggris berkomitmen ikut dalam pengembangan MRT Koridor Timur-Barat. Nota kesepahaman kerja sama dilakukan Senin ini di sela-sela gelaran G20 di Bali.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Inggris dan Jepang berkomitmen mendanai proyek pengembangan moda raya terpadu atau MRT Jakarta Koridor Timur-Barat. Pemerintah Inggris menyiapkan pendanaan 1,25 miliar dollar AS untuk pembangunan MRT Jakarta koridor tiga tersebut.
Komitmen kedua negara itu dituangkan dalam nota kesepahaman antara Indonesia dengan Jepang dan Inggris, Senin (14/11/2022). Penandatanganan dilakukan di sela-sela pelaksanaan agenda G20 yang berlangsung di Bali. Penandatanganan dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Menteri untuk Kerja Sama Luar Negeri Jepang Satoru Mizushima, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, serta Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Nota kerja sama atau memorandum of cooperation (MoC) ditandatangani Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang terkait kelanjutan pembangunan MRT Jakarta East-West Line Phase 1. Selain itu, nota kerja sama berupa letter of intent (LoI) ditandatangani Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris terkait pembangunan MRT Jakarta.
Menurut Budi Karya, saat ini banyak negara yang berkeinginan untuk melakukan investasi membangun infrastruktur transportasi di Indonesia, khususnya MRT. ”Jepang dan Inggris merupakan dua mitra strategis Indonesia yang telah banyak melakukan kerja sama yang saling menguntungkan di berbagai bidang, termasuk sektor transportasi,” katanya.
Penandatanganan kerja sama itu diharapkan menjadi langkah awal percepatan pengembangan MRT di Jakarta. Keberadaan angkutan massal seperti MRT dapat menjadi solusi mengurangi kemacetan, sekaligus pengembangan moda transportasi publik yang ramah lingkungan. Tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga meningkatkan kualitas udara.
Pada kesempatan itu, Owen Jenkins mengungkapkan kebanggaannya karena Inggris telah ambil bagian dalam pengembangan transportasi kereta di Indonesia, termasuk proyek MRT Jakarta Koridor Timur-Barat Fase 1 dan proyek LRT Jakarta.
”Inggris selalu siap untuk mendukung Kementerian Perhubungan dan Pemerintah DKI Jakarta untuk mengembangkan fase-fase MRT berikutnya, termasuk melalui Expression of Interest dari UK Export Finance untuk menyiapkan pendanaan sebesar 1,25 miliar dollar AS. Kami siap untuk berkolaborasi dengan seluruh mitra untuk membawa kerja sama ini ke tahap selanjutnya,” ujar Owen.
Adapun Wakil Menteri untuk Kerja Sama Luar Negeri Jepang Satoru Mizushima mengatakan, Jepang telah berpartisipasi pada pembangunan MRT Jakarta Koridor Selatan-Utara (Lebak Bulus-Bundaran HI) yang telah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Maret 2019. Selanjutnya, Jepang juga akan membantu pembangunan MRT Koridor Timur-Barat.
”Saya berharap kelanjutan kerja sama ini akan semakin meningkatkan kerja sama kedua negara ke depannya di sektor perkeretaapian,” jelas Mizushima.
Heru mengapresiasi penandatanganan nota kesepahaman itu. Ia berharap, proyek pengembangan MRT terlaksana dengan baik dan tepat waktu.
”Dengan begitu dapat semakin memudahkan perjalanan masyarakat di Jakarta dan makin banyak masyarakat yang beralih ke transportasi umum untuk lingkungan berkelanjutan,” katanya.
Peluang kerja sama
Momentum presidensi Indonesia dalam KTT G20 tahun ini, menurut Budi Karya, dimanfaatkan untuk mencari peluang kerja sama pembangunan infrastruktur transportasi dengan banyak negara, melalui pendanaan kreatif non-APBN. Hal ini dilakukan agar pembangunan infrastruktur transportasi dapat terus dilakukan untuk meningkatkan konektivitas dan daya saing negara, di tengah keterbatasan APBN.
”Sebagaimana amanat bapak Presiden, pengembangan angkutan massal perkotaan seperti MRT Jakarta sangat penting untuk terus dilakukan,” jelas Budi Karya.
Saat ini DKI Jakarta dinilai sebagai kota yang cukup representatif untuk percontohan pengembangan angkutan massal perkotaan. Tempat-tempat lain yang sekarang sedang melakukan studi pengembangan angkutan MRT dan LRT antara lain Medan, Bandung, Surabaya, dan Bali.