Pemerintah Kota Bekasi menggelar hajatan isbat nikah dan pawai yang bertema kebudayaan. Kegiatan festival budaya melibatkan masyarakat sebagai hiburan dan mengikis kesan Bekasi yang keras.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·5 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Kegiatan yang melibatkan masyarakat dan bersifat hiburan sekaligus mengenalkan kembali akar budaya bangsa, seperti berbagai festival kebudayaan, kini mulai sering digelar di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan seperti ini dapat mengikis kesan Kota Bekasi yang keras karena identik dengan kawasan industri, kemacetan, hingga cuaca panas.
Setelah pada Sabtu (10/9/2022) lalu menyelenggarakan Festival Pesona Nusantara Bekasi Keren, Pemerintah Kota Bekasi hari ini menggelar Hajatan Keren Orang Bekasi. Kegiatan utama dalam hajatan ini adalah isbat nikah yang diramaikan pawai bertema ”Beragam Budaya Ada di Kota Bekasi”, Minggu (4/12/2022), di area hari bebas kendaraan (car free day) Ahmad Yani.
Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari Pergelaran Pesona Nusantara Bekasi Keren. Ke depan, kata Tri, akan ada kegiatan kebudayaan lain.
”Nanti pada saat malam Tahun Baru ada semarak bersama anak yatim. Akan ada makanan khas Nusantara dan kesenian Nusantara serta doa bersama,” ujar Tri dalam Hajatan Keren Orang Bekasi, Minggu.
Bekasi bisa mencontoh daerah lain, seperti Jember, Solo, dan Yogyakarta, yang memiliki agenda rutin setiap tahun. Bekasi juga bisa menjadikan kegiatan budaya sebagai agenda rutin sehingga hiburan di Kota Bekasi tidak hanya di kafe ataupun mal.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi pada Jumat (2/12/2022) telah melaksanakan isbat nikah bagi masyarakat kurang mampu untuk mempermudah masyarakat mendapatkan status pernikahan secara hukum. Isbat nikah merupakan permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke pengadilan agar memiliki kekuatan hukum.
Minggu pukul 06.00, ratusan warga Bekasi berkumpul dan berbaris di Kantor Wali Kota Bekasi untuk mulai melaksanakan pawai. Peserta pawai terdiri dari ratusan pasangan pengantin isbat nikah, aparatur sipil negara, polisi, komunitas, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Bekasi, besan dari 12 kecamatan se-Kota Bekasi, keluarga pasangan pengantin isbat nikah, dan tokoh masyarakat.
Pukul 06.45, ratusan peserta pawai mulai berjalan sekitar 1 kilometer menuju Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi. Peserta pawai dimeriahkan oleh arak-arakan dengan berbagai jenis tarian daerah dan marawis.
Di barisan depan pawai tampak Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto beserta istri, Wiwiek Hargono, berpakaian pengantin berwarna hijau, lalu diikuti oleh pasangan pengantin isbat nikah yang mengenakan pakaian adat dari sejumlah daerah. Pasangan pengantin isbat nikah didominasi usia lanjut. Sesampainya di Stadion Patriot Chandrabaga, peserta pawai disambut palang pintu dan menyerahkan roti buaya sebagai adat pernikahan Betawi.
Tri Adhianto mengungkapkan, Pemkot Bekasi memberikan penghargaan dan membuat momentum bagi pengantin isbat nikah karena pernikahan merupakan hal yang sakral. Tri menyebut, isbat nikah pertama kali diadakan di Kota Bekasi.
”Pada zamannya, mereka menikah tidak mengalami hal yang seperti ini sehingga hal ini bisa menjadi ingatan yang tidak pernah dilupakan. Kegiatan ini hanya ingin memperkuat bahwa Kota Bekasi merupakan kota yang plural karena berbagai anak bangsa hidup di Kota Bekasi,” ujarnya.
Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Kota Bekasi Ujang Tedy Syupriatna mengatakan, melihat banyaknya laporan pasangan di Kota Bekasi yang sudah nikah secara agama tetapi belum tercatat resmi mendorong kegiatan isbat nikah dilakukan. Pemkot Bekasi mengupayakan pasangan tersebut tercatat baik secara hukum maupun agama.
Ujang menyebutkan, pasangan yang mengikuti sidang isbat nikah berjumlah 187 pasang. Namun, hanya 169 permohonan isbat nikah yang dikabulkan. Sementara 12 permohonan gugur dan 6 permohonan ditolak. Pasangan yang gugur dan permohonannya ditolak disebabkan administrasi yang tidak lengkap dan tidak ada saksi nikah. Ujang mengatakan, isbat nikah yang dilakukan merupakan kegiatan terpadu karena pasangan otomatis mendapatkan kartu keluarga dan anak akan mendapatkan akta kelahiran.
Ratusan pasangan pengantin isbat nikah beserta keluarga berkumpul di tenda pernikahan untuk menikmati hajatan. Kegiatan tersebut dimeriahkan persembahan tarian adat, seperti tari Lenggang Bekasi, tari Bajidor Kahot, tari Gambyong Pareanom, tari Piring, dan tari Alusi Au.
Perwakilan pasangan isbat nikah secara simbolis mendapatkan buku nikah, bingkisan, dan voucer menginap di hotel bagi sejumlah pasangan. Salah satu perwakilan pasangan yang naik ke atas panggung, Rimin Arifin dan Rohimin, telah menikah sejak 20 Maret 1970. Setelah mencapai 52 tahun usia pernikahan, mereka baru tercatat resmi di Pengadilan Agama Kota Bekasi.
Salah satu pengantin isbat nikah, Asep Supendi (37), mengungkapkan, dirinya telah menikah sejak tahun 2017, tetapi hanya disahkan secara agama. Ia khawatir, karena sang anak semakin besar, akan sulit jika pernikahannya tidak tercatat secara hukum.
”Ada anak, susah ke depannya kalau tidak bisa mengurus surat-surat resmi karena sebelumnya saya nikah siri,” ujar Asep yang sejak pukul 05.00 telah sampai di Kantor Wali Kota Bekasi. Asep menyebut semua biaya ditanggung Pemkot Bekasi, termasuk pakaian adat yang ia kenakan untuk pawai.
Warga antusias
Warga Kranji, Bekasi Barat, Halimah (42), mengaku sudah mengetahui kegiatan hajatan itu melalui media sosial. Ia sengaja datang sejak pukul 05.30 untuk melihat pawai karena kegiatan tersebut sangat jarang dilakukan di Kota Bekasi. Menurut dia, kegiatan dengan unsur budaya dan kedaerahan perlu dipertahankan. ”Karena jarang sekali hiburan budaya ada di Kota Bekasi,” ujarnya.
Kegiatan hajatan itu disambut antusias oleh ratusan warga yang berdiri di tepi jalan sambil berteriak menyebut nama pengantin, kecamatan, ataupun lainnya. Banyak dari mereka terlihat sibuk mengabadikan momen dengan berswafoto ataupun membuat konten di ponselnya. Bahkan, ada warga yang melakukan livestreaming di salah satu akun media sosialnya.
Dihubungi terpisah, pemerhati sosial dari Universitas Islam 45 Bekasi, Adi Susila, menilai kegiatan hajatan yang diadakan Pemkot Bekasi bagus dan perlu diadakan rutin setiap tahun. Pasalnya, kegiatan budaya di Kota Bekasi ataupun Kabupaten Bekasi sangat kurang.
Menurut dia, Bekasi bisa mencontoh daerah lain, seperti Jember, Solo, dan Yogyakarta, yang memiliki agenda rutin setiap tahun. Bekasi juga bisa menjadikan kegiatan budaya sebagai agenda rutin sehingga hiburan di Kota Bekasi tidak hanya di kafe ataupun mal.
”Bekasi kotanya kering dan keras karena isinya banyak bangunan, seperti mal dan pabrik. Banyak truk dan kendaraan lalu lalang. Seharusnya Kota Bekasi dapat membangun peradaban, jangan orientasinya ke bisnis dan industri saja. Kegiatan kebudayaan dapat menghadirkan hal yang baru bagi masyarakat,” ucapnya.