Gelandangan Ibu Kota, Berdamai Merayakan Ramadhan di Panti Sosial
Hingga hari ke-15 Ramadhan, Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya telah menampung 753 warga binaan. Padahal pada Januari 2023, warga binaan hanya sekitar 396 orang.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angka penyandang masalah sosial di bulan Ramadhan di Jakarta terus meningkat. Hal itu terlihat dari tingginya angka gelandangan yang dirazia dalam beberapa waktu terakhir. Niatan awal ”wong cilik” ini mencari rezeki di bulan Ramadhan untuk menikmati hari kemenangan saat hari Idul Fitri kini harus berakhir di panti sosial.
Seperti yang terlihat di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya Jakarta Barat, Kamis (6/4/2023). Hingga Kamis siang, tercatat ada 48 warga binaan baru masuk, berbanding 25 orang yang keluar.
Secara total, panti sosial itu kini menampung 753 warga binaan, padahal pada awal Januari 2023 hanya ada sebanyak 396 orang. Panti sosial ini harusnya hanya bersifat transit, tetapi ikut menjadi tempat penampungan karena membeludaknya jumlah yang dirazia selama Ramadhan.
Di sisi lain, sejumlah warga binaan tampak mulai berdamai dengan keadaan. Seusai melaksanakan shalat Zuhur berjamaah, puluhan warga binaan tampak khusyuk mengikuti ceramah di sebuah aula panti. Sejumlah warga binaan lain sibuk menyiapkan hidangan berbuka puasa. Tampak pula, para lansia tengah duduk bercengkerama di depan barak penampungan mereka. Ada pula warga binaan lain asyik bermain dengan gitar mereka saat di jalanan.
”Di sini, kalau bulan puasa, kami tetap mencoba untuk membuat mereka tetap menikmati keberkahan Ramadhan. Mereka juga harus tetap produktif sambil menunggu kepastian apakah mereka bisa dijemput keluarga atau dibawa ke panti rujukan,” kata Kepala Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya Rosihan Arsyad.
Selama Ramadhan ini, menurut Rosihan, warga binaan akan didampingi dengan berbagai kegiatan. Mereka melakukan kegiatan seperti sahur bersama, pengajian, tausiyah, buka bersama, hingga shalat Tarawih berjamaah.
”Ini kami lalukan agar mereka tetap bisa menikmati dan merayakan berkahnya bulan suci ini,” ujar Rosihan.
Ina Safitri (20), pengamen asal Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini tampak khusyuk mengikuti sesi ceramah agama. Menggunakan mukena yang diberikan pihak panti, Ina mendengarkan dengan saksama sambil sesekali mengajukan beberapa pertanyaan kepada penceramah.
”Sejak ditangkap pada hari kedua Ramadhan, saya merasa banyak mendapat pelajaran di sini. Mencoba menikmati suasana sambil menunggu keluarga menyelesaikan proses administrasi,” ucap Ina seusai melaksanakan kegiatan ceramah yang diikutinya sejak pagi.
Siang itu wajahnya kian berseri saat dikunjungi oleh anak semata wayangnya. Meski merasa nyaman di panti, ia ingin segera keluar dan memulai usaha dengan benar sehingga bisa hidup tenang dengan keluarganya.
Serupa dengan Ina, siang itu juga tampak Madinah (49), pemulung yang ditangkap pada minggu pertama puasa juga. Pria asal Klender, Jakarta Timur, ini bahkan tampak paling antusias mengikuti sesi pembinaan rohani ini.
”Saya tidak punya pilihan kerja apa-apa lagi. Dulu hanya memulung dan tidur di emperan. Justru sekarang ada yang memperhatikan. Sekarang, mengikut saja pihak panti sambil memikirkan ke depan mau ngapain,” ujarnya.
Perasaan antusias menjalani Ramadhan di panti juga tampak dari Imam (19), pengamen yang dirazia di daerah Jakarta Barat pada hari kedua Ramadhan. Remaja asal Brebes, Jawa Tengah, ini terpaksa mengamen pada dua bulan terakhir seusai dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah warung makan.
Siang itu, masih menggunakan baju koko serta sarung, Imam cukup cekatan membantu sejumlah petugas panti menyiapkan hidangan berbuka puasa. ”Ini keahlian saya, kebetulan dulu, kan, di tempat kerja tugasnya bagian masak sekaligus melayani,” kata Imam.
Saya hanya ingin pulang. Mau Lebaran di kampung. Saya janji tidak akan mengulangi lagi.
Ingin pulang
Namun, di antara warga binaan yang tampak mulai berdamai dengan keadaan, tidak sedikit pula yang mengeluh ingin kembali dengan sejumlah alasan. Feri Guntoro (76), warga binaan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya asal Surabaya yang baru dua bulan di Jakarta terus meminta pulang ketika didekati petugas. Dia kedapatan menjadi pengemis di lampu merah pada minggu pertama Ramadhan.
Sama halnya dengan Herman (74), lansia asal Bandung ini juga kerap berujar ingin segera kembali ke kampung halamannya. Lansia yang bekerja sebagai pemulung mengaku tidak nyaman berada di panti, apalagi dengan kapasitas yang berlebih.
”Saya hanya ingin pulang. Mau Lebaran di kampung. Saya janji tidak akan mengulangi lagi,” kata Herman.
Kepala Subbagian Tata Usaha Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Untung Triyono mengungkapkan, tingginya jumlah gelandangan selalu terjadi setiap tahun. Dia mengamini maraknya gelandangan saat bulan Ramadhan sehingga panti kewalahan menampung para penyandang masalah sosial ini.
Catatan Pusat Data dan Informasi Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta, pada periode 23 Maret-5 April 2023, pihaknya telah merazia sebanyak 422 gelandangan.
Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 terlihat kenaikan jumlah warga binaan selama Ramadhan. Pada Maret 2023, warga binaan baru yang diserahkan sebanyak 619 orang. Angka ini juga meningkat dibandingkan pada bulan April 2022 (periode bulan Ramadhan), yakni sebanyak 541 orang.
”Seharusnya gelandangan yang dibawa di sini hanya untuk transit sementara, apakah dipulangkan ke keluarga atau dibawa ke panti rujukan, seperti panti jompo dan bina remaja untuk pelatihan,” ujar Untung.