Perluasan KA Bandara Hingga Bekasi Perlu Perhatikan Jadwal Kereta Komuter
Selama setahun, Kementerian Perhubungan menargetkan penambahan jumlah rangkaian kereta api bandara dari 40 menjadi 56 rangkain. Jangkauan kereta api bandara juga akan diperluas hingga Bekasi.
Oleh
Ayu Nurfaizah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Perhubungan bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pihak terkait merencanakan peningkatan jumlah rangkaian dan perluasan jangkauan kereta api bandara. Adapun pembangunan Stasiun Manggarai, Stasiun Tanah Abang, dan operasional kereta layang ringan (light rail transit/LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) dipastikan tetap berjalan sesuai dengan rencana.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartantomeninjau operasional kereta bandara pada Minggu (28/5/2023). Mereka didampingi Pelaksana tugas Direktur Utama Kereta Api Komuter Indonesia Suryawan Putra Hia, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin dan Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo.
Mereka berangkat dari Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, menggunakan kereta bandara yang dioperasikan KA Komuter Indonesia. Sementara itu, saat kembali dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, mereka menggunakan kereta inspeksi Kementerian Perhubungan.
“Kami sudah mendiskusikan, rencananya jumlah rangkaian kereta bandara akan ditambah, dari yang sebelumnya 40 menjadi 56. Selain itu jangkauan kereta bandara juga akan diperluas hingga Bekasi,” ujar Budi Karya Sumadi di Stasiun BNI City.
Perluasan jangkauan ini menjadikan kereta bandara akan melewati rute dan stasiun yang belum dilewati sebelumnya. Dari Stasiun Bekasi, kereta bandara akan melewati Stasiun Jatinegara, Senen, Kampung Bandan, Duri, hingga Soekarno Hatta, dan sebaliknya.
“Dua opsi ini akan dilaksanakan dalam setahun,” sebut Budi. Opsi yang ia maksud merupakan penambahan perjalanan dan perluasan jangkauan kereta bandara.
Budi menilai, kereta masih menjadi salah satu pilihan utama masyarakat dalam bepergian, mengingat sifatnya yang tepat waktu, nyaman, praktis, serta memiliki jangkauan luas. Maka dari itu kapasitas kereta api bandara sebagai salah satu angkutan massal akan diperluas.
Tarif kereta bandara yang saat ini berkisar Rp 30.000 - Rp 50.000 per orang juga akan diturunkan. Penurunan tarif akan dibicarakan Kemenhub dengan Pemprov DKI, hal ini disesuaikan dengan besaran subsidi yang akan diberikan.
“Pemda DKI akan back upkebijakan menteri,” tutur Heru singkat.
Selain itu DKI juga akan mempertimbangkan penggunaan bus Transjakarta untuk mempermudah konektivitas menuju bandara Soekarno Hatta pada jam-jam tertentu. Upaya ini dilakukan untuk mempermudah konsumen yang hendak berangkat atau pulang dari bandara.
Pengguna kereta bandara, Hesti (27), mengapresiasi upaya pemerintah memperluas jangkauan. Menurutnya hal ini akan mempermudah dan mempercepat mobilitas masyarakat di daerah yang belum terjangkau kereta bandara.
Selama ini, ia lebih memilih menggunakan kereta ketimbang taksi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta karena lebih murah dan praktis. Dari kediamannya di Setiabudi, Jakarta Selatan, ia hanya perlu merogoh kocek Rp 15.000 untuk naik ojek daring menuju Stasiun BNI City, ditambah Rp 50.000 tiket kereta bandara sehingga total ia hanya mengeluarkan Rp 65.000 dari rumah sampai Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
“Kalau naik taksi harus mengeluarkan Rp 100.000, belum lagi biaya tol. Jadi memang kereta api bandara lebih murah,” ujarnya.
Warga Kota Bekasi, Dewantoro (25), menilai, penambahan kereta bandara akan memudahkan warga Bekasi untuk ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. “Kalau ada kereta bandara, harusnya ada jalur yang ditambah. Selain itu dalam pembangunannya harus memperhatikan jadwal kereta komuter. Kereta dari dan ke arah Bekasi seringkali terlambat dari jadwal yang tertera sekitar 5-10 menit. Ini perlu diantisipasi,” imbuhnya.
Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana menilai, penambahan frekuensi perjalanan kereta bandara sangat diperlukan. Saat ini jarak antarperjalanan, yaitu satu jam, hanya beberapa perjalanan yang frekuensinya 30 menit sekali. Hal ini dinilai kurang memenuhi fleksibilitas kebutuhan masyarakat.
Menurutnya, aksesibilitas, konektivitas, dan waktu tempuh perlu ditingkatkan agar menarik pengguna lebih banyak. Adapun tarif lebih terjangkau juga dapat meningkatkan minat masyarakat menggunakan kereta api bandara.
Di sisi lain, perluasan operasional kereta bandara harus mempertimbangkan pengaturan perjalanan kereta komuter. “Pada 2018, operasional kereta api bandara sudah pernah diperpanjang hingga Bekasi, tapi tidak bertahan lama karena okupansinya minim. Ini karena frekuensi perjalanannya masih minim dan kapasitas lintasan kereta apinya terbatas karena bergantian dengan kereta komuter dan kereta jarak jauh,” ujar Aditya dihubungi terpisah.
Ia juga berharap volume penumpang kereta api bandara dapat meningkat signifikan. Hal ini dapat mengurangi kepadatan lalu lintas jalan dari dan ke bandara terutama di jalan tol maupun akses jalan di bandara.
Tetap berlanjut
Selain rencana perluasan jangkauan kereta api bandara, beberapa stasiun komuter di Jakarta juga sedang dalam perbaikan dengan tujuan peningkatan kapasitas penumpang seperti Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai. LRT Jabodebek juga akan dioperasikan dekat-dekat ini.
Stasiun Manggarai dipersiapkan menjadi stasiun sentral yang tidak hanya melayani kereta komuter tetapi juga kereta jarak jauh, selain juga melayani kereta bandara. Saat ini terdapat beberapa titik pembangunan konstruksi di Stasiun Manggarai untuk mendukung tujuan tersebut.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, perbaikan ini diharapkan selesai dalam waktu 1-2 tahun ke depan. “Diperkirakan 2025 sudah selesai, sesuai dengan jadwal,” sebutnya dalam kesempatan yang sama.
Adita juga menjelaskan soal perluasan Stasiun Tanah Abang untuk meningkatkan kapasitas penumpang transit dari 105.000 orang hingga 300.000 orang juga sedang berjalan. Di atas lahan seluas 12.000 meter persegi milik PT KAI, rencananya akan ditambah menjadi terdapat enam jalur dan empat peron aktif, dari kondisi saat ini yaitu empat jalur dan dua peron aktif.
Pengembangan Stasiun Tanah Abang juga dilakukan secara bertahap, tahap pertama ditargetkan selesai hingga akhir tahun 2023. Nilai investasi yang dialokasikan pada tahap pertama yaitu Rp 380,93 miliar (Kompas.id, 30/4/2023).
Lokasi lahan perluasan ini ada di area timur stasiun. Pada Minggu (28/5) lahan seluas 12.000 meter persegi ini masih kosong. Di beberapa titik terdapat bekas bangunan yang telah dihancurkan, tapi sisanya masih berupa rumput dan tanah.
“Pembangunan Stasiun Tanah Abang sudah sesuai jadwal. Kami bekerja sama dengan Kementerian Perumahan Umum dan Pemukiman Rakyat, dan Pemda DKI. Prediksi, pada akhir 2023 akan selesai tepat waktu,” kata Adita.
Sementara itu LRT Jabodebek rencananya akan dioperasikan pada 18 Agustus 2023. Pada Juli 2023 akan dioperasikan secara gratis untuk masyarakat umum.