LRT Jabodebek akan diresmikan pengoperasiannya pada 28 Agustus 2023 oleh Presiden Joko Widodo. Pemprov DKI pastikan integrasi layanan angkutan umum lain di Jakarta dengan LRT sudah siap.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo dijadwalkan meresmikan pengoperasian LRT Jabodebek pada 28 Agustus 2023. Dari empat wilayah di dua provinsi yang dilewati lintasan layanan LRT Jabodebek, wilayah DKI Jakarta yang dinilai paling siap dengan layanan angkutan umum yang terintegrasi layanan LRT Jabodebek.
Penjabat Gubernur Heru Budi Hartono, Jumat (25/8/2023), dalam peninjauan ke LRT Jabodebek menjelaskan, pengujian LRT Jabodebek perlu diujicoba terus sebelum diresmikan Presiden Joko Widodo. ”Saya mendapat surat dari Pak Menhub untuk Pemda DKI Jakarta bisa menguji coba kesekian kali sebelum Pak Presiden Joko Widodo meresmikan tanggal 28 Agustus 2023,” katanya.
Kunjungan Heru Budi ke LRT Jabodebek hari ini adalah yang kedua dalam pekan ini. Di awal pekan, Heru Budi meninjau kesiapan LRT Jabodebek bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
“Jadi kemarin saya dengan Menhub Budi Karya Sumadi sudah menguji coba. Sekarang dengan jajaran Pemprov DKI Jakarta, Wali Kota Jakarta Selatan, Wakil Wali Kota Jakarta Timur, juga camat, lurah, dan PPSU untuk naik LRT Jabodebek supaya tahu, kalau layanan sudah berjalan, semua bisa bekerja menggunakan transportasi umum antara lain LRT Jabodebek,” kata Heru Budi.
Dalam kunjungan tersebut, Heru Budi menilai, integrasi layanan antara LRT Jabodebek dengan angkutan umum lainnya masih perlu dituntaskan. Itu khususnya untuk integrasi dengan angkutan umum di stasiun-stasiun di luar Jakarta.
“Saya sudah perintahkan Kadishub DKI Jakarta untuk berkoordinasi dengan Dishub Bekasi, Bogor, Depok, untuk bisa membantu (penyediaan) feeder atau angkutan pengumpan,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan, integrasi layanan LRT Jabodebek dengan angkutan umum lainnya di wilayah DKI Jakarta akan dilayani secara keseluruhan dengan layanan Transjakarta.
“Itu sudah kita bahas dan tengah didetilkan. Untuk stasiun-stasiun LRT Jabodebek di luar Jakarta, seperti Cikunir 1 dan Cikunir 2, teman-teman Dishub di Bekasi sudah menyiapkan angkutannya ada Kowasi juga ada rencana TransPatriot,” kata Syafrin.
Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transportasi Jakarta Daud Joseph menjelaskan, untuk integrasi layanan dengan LRT Jabodebek, setidaknya ada tiga jenis layanan Transjakarta yang disiapkan. Di trase layanan LRT di wilayah DKI Jakarta, Transjakarta menyediakan tiga jenis layanan yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek.
Layanan pertama adalah layanan yang terintegrasi secara fisik dan rute dimana stasiun LRT Jabodebek terletak persis di atas halte Transjakarta. Itu ada di Stasiun Cawang - Halte BNN; Stasiun Cikoko - Halte Cikoko Stasiun Cawang; Stasiun Kuningan - Halte Departemen Kesehatan; Stasiun Rasuna Said - Halte GOR Soemantri; dan Stasiun Setiabudi - Halte Setiabudi Utara. Di trase itu terdapat rute layanan Transjakarta, Transjabodetabek, Mikrotrans, JR Connection, ataupun Commuterline.
Layanan kedua adalah layanan Transjakarta dengan LRT Jabodebek yang terhubungkan dengan adanya trotoar. Daud menyontohkan, itu ada di Halte Dukuh Atas - Stasiun LRT Dukuh Atas.
Syafrin Liputo menambahkan, di Dukuh Atas, halte BRT Transjakarta itu posisinya dekat dengan Stasiun LRT Jabodebek. Penumpang dapat mengakses kedua layanan moda angkutan umum itu dengan berjalan kaki kurang dari 50 meter.
Layanan ketiga adalah layanan integrasi dengan angkutan pengumpan atau feeder. Itu nantinya ada di Stasiun Halim, Stasiun Ciracas, Stasiun TMII, dan Stasiun Harjamukti.
Pengumpan itu bisa dengan bus kecil, bisa dengan mobil besar. “Kalau mobil besar itu ada di Harjamukti depan Cibubur Junction. Kedua di TMII bisa dengan bus besar. Kalau Ciracas dengan bus kecil seperti mikrotrans karena jalan-jalannya kecil,” kata Daud.
Dengan integrasi itu, Syafrin menambahkan, ada dua layanan Transjakarta yang mengalami re-routing rute layanan Transjakarta. Dari kawasan Halim ada satu layanan yang masuk ke kawasan Bandara Halim Perdanakusuma, kemudian langsung masuk ke Cawang. Dari Cawang lalu masuk ke Stasiun Halim.
Satu lagi layanan dari Stasiun Halim, bus akan masuk ke PGC. Bus kemudian nge-loop atau memutar untuk masuk ke jalan depan kodam, kemudian menuju ke Stasiun Halim.
“Dengan rerouting ini, layanan shuttle bus (bus ulang alik) ini kita harapkan mobilitas masyarakat lebih efektif dan efisien,” kata Syafrin.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menegaskan, untuk layanan angkutan umum yang terintegrasi dengan LRT Jabodebek hanya layanan di wilayah DKI Jakarta yang ia nilai sudah matang dan siap. Di wilayah Bekasi dan Depok, ia menilai masih kurang. Di Depok bahkan belum terlihat ada layanan transportasi publik memadai.
Namun untuk Stasiun LRT Jabodebek TMII, Djoko mengingatkan pengelola Stasiun TMII supaya menyiapkan area parkir di dalam stasiun. Melihat rancangan sekarang yang terlihat, Stasiun TMII bakal memunculkan kemacetan.
Supaya setiap pemerintah daerah yang wilayahnya dilewati lintasan layanan LRT Jabodebek mau mendukung, ujar Djoko, sejak awal pembangunan ia sudah mengingatkan Kementrian Perhubungan untuk berkoordinasi dengan Kementrian Dalam Negeri. Ketika satu program strategis nasional dikerjakan di daerah, Kemendagri harusnya diajak supaya bisa mengkoordinasikan pemerintah daerah itu dan membuat aturan untuk dipatuhi pemerintah daerah.
“Setidaknya Kemendagri bisa memberikan warning kepada pemda untuk jauh-jauh hari mengalokasikan anggaran untuk rerouting layanan ataupun menyediakan bus,” kata Djoko.
Heru Budi melanjutkan, usai menjajal naik lagi LRT Jabodebek, ia melihat masalah buka tutup pintu kereta yang tidak presisi dengan pintu platform screen door (PSD) sudah teratasi. Namun memang masih ada pembenahan-pembenahan di sekitar stasiun, khususnya untuk fasilitas.