JPM Dukuh Atas Memudahkan Perpindahan Moda Transportasi
JPM Dukuh Atas memudahkan masyarakat berpindah moda dari dan ke LRT Jabodebek, KRL, MRT Jakarta, Transjakarta, dan Kereta Api Bandara.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jembatan Penyeberangan Multiguna Dukuh Atas resmi menjadi sarana integrasi lima moda transportasi massal di kawasan tersebut. Jembatan sepanjang 230 meter dengan luas 2.350 meter persegi itu akan optimal seiring okupansi pengguna LRT Jabodebek serta kebutuhan dan kemudahan untuk berpindah moda.
Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Dukuh Atas membentang dari Stasiun LRT Dukuh Atas, melewati sisi Waduk Setiabudi, menyeberangi Kanal Banjir Barat, dan berakhir di ujung selatan Stasiun KRL Sudirman. Pembangunannya sejak Oktober 2021 oleh PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek dengan Waskita Bersama Vision First KSO.
Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, dan rombongan terlebih dulu menengok UMKM sebelum peresmian. Mereka juga mencoba jajanan yang dijual.
Tuhiyat mengatakan, JPM Dukuh Atas memudahkan masyarakat berpindah moda di Dukuh Atas. Moda transportasi massal yang terhubung itu ialah LRT Jabodebek, KRL, MRT Jakarta, Transjakarta, dan Kereta Api Bandara.
”Jadi, bisa terintegrasi semuanya. Keamanan dan kenyamanan pengguna kami jamin dengan fasilitas yang inklusif, jalur pedestrian, pesepeda, lift, dan eskalator, serta ritel dan area komersial untuk membiayai pengerjaan jembatan,” tutur Tuhiyat ketika meresmikan JPM Dukuh Atas, Rabu (13/9/2023).
JPM Dukuh Atas telah diuji coba sejak 28 Agustus lalu. Setidaknya 70.000 orang lalu lalang di area itu, termasuk aktivitas ekonomi melibatkan 46 UMKM. Hasil evaluasi menunjukkan puncak keramaian terjadi pada Sabtu dan Minggu.
Budi Karya Sumadi menambahkan, integrasi antarmoda transportasi adalah keniscayaan. Maka, kehadiran JPM Dukuh Atas sangat didambakan.
”Konektivitas adalah keharusan karena kerugian polusi udara dalam satu tahun mencapai Rp 100 triliun dan membuat Jakarta terasa sesak,” kata Budi.
Budi meminta masyarakat memanfaatkan JPM Dukuh Atas sebagai sarana perpindahan moda ataupun beraktivitas di area komersial yang tersedia. Harapannya, dalam beberapa tahun ke depan area tersebut menjadi tempat masyarakat berkegiatan, bersukaria, dan gaya hidup.
Dalam kesempatan itu, Heru Budi Hartono meminta semua orang untuk menyempatkan diri mencoba fasilitas yang ada ketika beraktivitas di JPM Dukuh Atas.
Kemudahan
JPM Dukuh Atas akan memudahkan perpindahan antarmoda transportasi massal. Keberadaannya akan efektif seiring okupansi pengguna LRT Jabodebek serta kebutuhan dan kemudahan berpindah moda.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia Aditya Dwi Laksana menyebutkan perlu dipastikan kemudahan berpindah moda melalui JPM Dukuh Atas. Misalnya, perpindahan dari LRT Jabodebek ke MRT Jakarta akan merepotkan jika harus melakukan tap in-tap out di Stasiun Sudirman.
”Pengguna akan kena charge walaupun tidak menggunakan KRL. Tetapi, memang keberadaan JPM Dukuh Atas sudah jadi suatu keharusan untuk memudahkan integrasi antarmoda bagi masyarakat,” kata Aditya secara terpisah.
Pekerjaan rumah setelah adanya fisik JPM Dukuh Atas ialah bagaimana kian memudahkan pengguna supaya jumlahnya meningkat.