Pemprov DKI Jakarta bakal memprioritaskan pemeliharaan lajur sepeda terbangun supaya aman dan nyaman bagi warga.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bakal memelihara 314,196 kilometer lajur sepeda yang terbangun setidaknya hingga tiga tahun ke depan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengguna sepeda di Jakarta sekaligus menjawab polemik seputar keberadaannya.
Sebelumnya, pada Selasa (7/11/2023), Komunitas Bike to Work (B2W) Indonesia mencabut predikat Jakarta sebagai Kota Ramah Sepeda. Predikat diberikan oleh perkumpulan penggemar pergi bekerja dengan sepeda ini pada 2021. B2W Indonesia juga mengingatkan Pemerintah DKI Jakarta agar konsisten menjalankan program yang memprioritaskan pesepeda, pejalan kaki, dan pengguna angkutan umum.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, pemerintah daerah mendukung penyediaan lajur sepeda yang aman dan nyaman bagi warga dengan membangun lajur sepeda sepanjang 301,084 kilometer dalam kurun tahun 2012-2022.
Secara keseluruhan dalam kurun tahun 2012 hingga 2023, lajur sepeda terbangun di DKI Jakarta mencapai 314,196 kilometer.
Jumlah itu melebihi target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2017-2022, yakni sepanjang 252,1 kilometer, serta Instruksi Sekda Nomor 88 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Isu Strategis Daerah 2021-2022, yakni mengenai pembangunan lajur sepeda sepanjang 298 kilometer.
”Penyediaan lajur sepeda akan dilanjutkan. Tahun 2023 dibangun lajur sepeda sepanjang 13,11 kilometer di Blok M, Barito, dan Tebet,” kata Syafrin di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Secara keseluruhan dalam kurun tahun 2012 hingga 2023, lajur sepeda terbangun di DKI Jakarta mencapai 314,196 kilometer. Lajur sepeda ini untuk menunjang sarana dari titik awal menuju sarana transportasi terdekat (first mile) serta sarana transportasi dari angkutan massal menuju titik terakhir (last mile).
Sarana tersebut juga terhubung dengan rute angkutan umum massal, seperti halte Transjakarta, stasiun MRT Jakarta, stasiun LRT Jabodebek, stasiun KRL, dan terminal bus.
Sesuai dengan rencana, pemeliharaan lajur sepeda terbangun di 19 ruas jalan akan berjalan tahun 2024. Pemeliharaan lajur sepeda berlanjut ke 43 ruas jalan pada tahun 2025 dan 34 ruas jalan pada tahun 2026.
Syafrin menambahkan, pemeliharaan itu wujud komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam mendukung lajur sepeda yang aman dan nyaman bagi warga. Pada tahun ini, pemeliharaan marka jalan dan rambu lalu lintas dilaksanakan pada lajur sepeda sepanjang 28 kilometer di tujuh ruas jalan, yaitu Jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Panglima Polim, Jalan RS Fatmawati Raya, Jalan Tomang Raya, dan Jalan Imam Bonjol.
”Kami juga mengawasi dan merawat fasilitas lajur sepeda. Salah satunya dengan mengganti stick cone yang rusak dengan paku jalan solar cell (sel bertenaga matahari) pada 13 ruas jalan,” ujar Syafrin.
Lokasi jalan yang dipasang paku jalan sel surya adalah Jalan Tentara Pelajar, Jalan Kramat Raya, Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Ahmad Yani, Jalan DI Panjaitan, Jalan Penjernihan, Jalan Salemba Raya, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan RP Soeroso, Jalan Dr Soetomo, Jalan Tugu Tani, Jalan Teuku Cik Ditiro, dan Jalan Prajurit KKO Usman.
Syafrin mengharapkan dukungan dari sejumlah pihak agar lajur sepeda terbangun dapat dimanfaatkan dengan optimal dan terjaga sehingga pesepeda merasa aman dan nyaman.
Pesepeda
Polemik lajur sepeda terdiri dari rentetan peristiwa. Publik pun mempertanyakan konsistensi Pemprov DKI Jakarta.
Ketua Umum Bike to Work Indonesia Fahmi Saimima mengatakan, Pemprov DKI Jakarta tidak konsisten dalam membangun fasilitas untuk pesepeda, terutama lajur sepeda. Dia mencontohkan pencabutan stick cone yang rusak dan menggantinya dengan marka mata kucing.
Menurut dia, pengambil kebijakan semestinya memastikan lajur sepeda yang terbangun bisa berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya lajur sepeda bebas dari okupansi kendaraan bermotor.
Fahmi juga menyoroti pengaspalan ulang 18 ruas jalan Ibu kota Jakarta pada Mei 2023 untuk penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Sayangnya, lajur sepeda yang ditutup aspal tidak dikembalikan lagi seperti semula.
Selanjutnya, pada April 2023, ada rekayasa lalu lintas di pertigaan lampu lalu lintas Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang membongkar jalur pedestrian dan lajur sepeda. Selain itu, pada Oktober 2023, Pemprov DKI Jakarta tidak lagi menganggarkan penambahan lajur sepeda dalam APBD DKI Jakarta tahun 2024.
Lajur sepeda seharusnya bisa mengakomodasi pesepeda awam hingga penghobi.
Ketua Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) DKI Jakarta Yusa Cahya Permana menuturkan, lajur sepeda seharusnya bisa mengakomodasi pesepeda awam hingga penghobi. Lajur sepeda juga mesti sesuai kebutuhan, inklusif, dan mengutamakan keselamatan penggunanya.
”Pendekatan harus multiaspek. Tidak bisa selesai hanya dengan membangun lajur sepeda. Kalau memang ingin memopulerkan transportasi aktif, seperti bersepeda, harus konsisten,” kata Yusa.