Cegah Banjir, Jakarta Kejar Target Mengeruk 417.723 Meter Kubik Lumpur di Sungai
Upaya pengerukan kali, waduk, dan saluran air pada 2023 baru mencapai 26,7 persen dari target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengerukan kali, waduk, dan saluran air diintensifkan seiring mulai turunnya hujan. Realisasi pengerukan baru mencapai 26,7 persen dari target 2023, yakni 417.723 meter kubik lumpur di aliran Kanal Barat dan Kali Ciliwung.
Pengerukan harus dilakukan karena banyak sedimentasi berupa lumpur dan sampah di Kanal Barat dan Kali Ciliwung. Untuk kedua aliran tersebut, pengerukan berjalan di enam lokasi sepanjang 20,9 kilometer dengan lebar aliran 30 meter dan tinggi lumpur 1-1,5 meter.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta melaporkan, enam lokasi pengerukan itu mulai dari Jembatan MT Haryono-Jalan KH Abdul Syafei-Tongtek hingga Pintu Air Manggarai-Jalan KH Mas Mansyur-Tomang Raya-Seasons City-Kali Adem. Pengerukan dimulai 2 Januari 2023 sampai 2024.
Sampai saat ini sudah terealisasi pengerukan 111.574 meter kubik lumpur dari target 417.723 meter kubik lumpur. Pengerukan menggunakan 36 alat berat dan 64 truk.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau pengerukan lumpur Kali Ciliwung itu di perbatasan Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, dengan Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (10/11/2023).
Kedua kawasan tersebut kebanjiran setelah hujan deras Sabtu dan Minggu (4-5/11/2023). Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta mencatat, banjir melanda satu RT di Kelurahan Kebon Baru dengan ketinggian 60 cm akibat hujan lebat dan banjir melanda lima RT di Kelurahan Bidara Cina dengan ketinggian 40-120 cm akibat hujan lebat dan luapan Kali Ciliwung.
Setidaknya ada tiga alat berat yang digunakan untuk mengeruk lumpur di lokasi peninjauan. Lumpur bercampur sampah itu dipindahkan dari badan air ke tepian kali sebelum diangkut ke truk. Pasukan biru dan pasukan oranye juga dikerahkan ke lokasi untuk mempercepat pengerukan dan mengumpulkan sampah.
”Pekan depan akan dilakukan kerja bakti se-Jakarta. Semua turun membersihkan lingkungan untuk antisipasi banjir karena Jakarta tak bisa terhindar dari banjir,” ujar Heru di sela peninjauan.
Jakarta tak bisa terhindar dari banjir karena letak geografisnya. Berdasarkan peta ekoregion provinsi oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tahun 2014, Jakarta terbagi dalam dataran marin, yaitu area pasang surut berlumpur (rentan banjir), beting gisik, dan lembah antar-gisik (rawan genangan).
Berikutnya dataran fluvial terdiri dari dataran rawa (rentan genangan dan banjir), banjir, dan fluviomarin (rentan genangan, rob, dan banjir) di tengah ke arah utara Jakarta. Terakhir dataran vulkanik, terdiri dari dataran bergelombang hingga landai dari arah pusat ke selatan Jakarta.
Dari kondisi demikian, kata Heru, disiapkan berbagai langkah pengendalian banjir. Selain pengerukan lumpur, disiapkan pula pompa statis dan pompa mobile, waduk untuk parkir air, serta perilaku tidak membuang sampah sembarangan ke saluran dan kali.
Pemprov DKI Jakarta mengimplementasikan program 942 yang mencakup pembangunan 9 polder, 4 waduk, dan revitalisasi 2 sungai. Proyek pengendalian banjir ini berjalan sejak November 2021 dengan target rampung pada Maret 2023.
Sembilan polder dibuat di Kelapa Gading, Pulomas, Muara Angke, Teluk Gong, Mangga Dua, Green Garden, Marunda, Kamal, dan Tipala-Adhyaksa. Untuk pembangunan waduk di Pondok Ranggon, Brigif, Lebak Bulus, dan Wirajasa atau Pilar Jati. Adapun revitalisasi sungai Kali Besar, sodetan Kanal Museum Bahari, dan pembangunan prasarana sodetan Kali Ciliwung Hilir-Pasar Baru.
Rencana induk
Jakarta punya rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) dari hulu ke hilir. Pada area hulu, Kementerian PUPR membangun dua bendungan kering (dry dam) di Kabupaten Bogor, yaitu Bendungan Ciawi dengan kapasitas tampung 6,05 juta meter kubik dan Bendungan Sukamahi berkapasitas tampung 1,68 juta meter kubik.
Pada bagian tengah dikerjakan normalisasi Kali Ciliwung sejak 2013 hingga 2017 sepanjang 16,2 km dari total 33,7 km dan berlanjut tahun 2021 sepanjang 1,2 km serta pengadaan tanah.
Program pengendalian banjir dari hulu ke hilir terus berjalan karena banjir ataupun genangan akan tetap ada, terutama di bantaran kali. Namun, yang perlu dipastikan adalah berapa lama banjir ataupun genangan surut (Ika Agustin Ningrum).
Pemprov DKI Jakarta juga membangun Stasiun Pompa Ancol Sentiong berkapasitas 50 meter kubik per detik tahun 2020-2022 dengan biaya Rp 437,6 miliar dan sodetan Kali Ciliwung menuju Kanal Timur sepanjang 1,26 km.
Pada bagian hilir dibangun tanggul pantai untuk pantai dan muara sungai yang kritis sepanjang 46,2 km. Tanggul yang telah dikerjakan sepanjang 13 km dan direncanakan dikerjakan sepanjang 33,2 km yang terbagi menjadi dua, yakni Kementerian PUPR (10,8 km) dan Pemprov DKI Jakarta (22,4 km). Pada 2021, Kementerian PUPR mengerjakan tanggul sepanjang 3,8 km.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum mengatakan, program pengendalian banjir dari hulu ke hilir terus berjalan karena banjir ataupun genangan akan tetap ada, terutama di bantaran kali. Namun, yang perlu dipastikan adalah berapa lama banjir ataupun genangan surut
”Rata-rata kemarin tinggi muka air berkurang 50 cm sampai 70 cm karena adanya bendungan kering dan sodetan Ciliwung,” kata Ika seusai peninjauan tersebut.
Sejauh ini pengerukan yang sedang berjalan bisa mengurangi tinggi muka air 20 cm sampai 30 cm.
Pada masa depan, Pemprov DKI Jakarta masih fokus menuntaskan normalisasi sungai. Tahun 2023, misalnya, berjalan pembebasan lahan sepanjang 1,5 kilometer di Kramat Jati yang rencananya mulai dinormalisasi tahun 2024.
”Pemprov membebaskan lahan, sedangkan pembangunan fisik dari Kementerian PUPR. Tahun depan mulai pembangunan fisik di Cililitan dan Rawa Jati,” ucap Ika.