BI Jakarta Genjot Perkembangan UMKM dan Potensi Ekonomi Syariah
Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta membina 1.563 UMKM. Sebagian besar kategori digital dan 19,45 persen potensi ekspor.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta fokus menggarap usaha mikro, kecil, dan menengah serta ekonomi dan keuangan syariah. Tujuannya, menjaga inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah, meningkatkan ekspor, dan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Hal itu dilakukan sejalan dengan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia. Merujuk data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2019, UMKM menyumbang 99 persen porsi lapangan kerja, menyerap 97 persen tenaga kerja, dan kontribusi sebesar 15,6 persen terhadap ekspor.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta hingga kini membina 1.563 UMKM yang terbagi dalam kategori potensial, sukses, digital, dan potensi ekspor. Sebagian besar atau 61,74 persen merupakan kategori digital dan disusul 19,45 persen potensi ekspor.
Lebih rinci terdapat UMKM artisanal atau artisan kuliner 34,68 persen, wastra 17,66 persen, kriya 12,35 persen, dan kopi 9,02 persen. Kemudian UMKM pangan 24,31 persen, UMKM pendukung manufaktur 2,37 persen, UMKM hijau 58,22 persen, UMKM korporatisasi 39,35 persen, UMKM yang sudah punya kelembagaan seperti CV, PT, dan koperasi 73,70 persen, UMKM syariah 55,53 persen dengan 708 unit usaha pondok pesantren di 437 pondok pesantren, UMKM ekspor 12,48 persen, dan UMKM pariwisata 25,08 persen.
Kepala Tim Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Eko Hermonsyah menjelaskan, perannya UMKM sangat penting. Salah satunya membantu pemulihan ekonomi saat krisis moneter 1997/1998 dan 2008 karena bagian dari sektor riil dengan pergerakan yang lincah.
”UMKM merupakan mayoritas, tetapi stagnan, jarang naik kelas. Kami bantu untuk penguatan usaha dan ekspansi bisnis. Ke sini (sekarang) tren sedang bagus karena banyak anak muda terjun ke UMKM,” ucap Eko dalam bincang bareng media di Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/11/2023) malam.
Sejumlah kendala UMKM yang teridentifikasi ialah terbatasnya pemahaman target pasar, belum sesuainya tampilan jenama dengan konsumen pasar ekspor, kemampuan bahasa asing terbatas, begitu juga sumber daya manusianya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta melakukan sejumlah upaya atas situasi tersebut. Mulai dari pengembangan UMKM, korporatisasi berupa peningkatan produksi atau penambahan produk, sertifikasi, kerja sama dan lembaga penunjang bisnis, hingga perluasan pasar.
Upaya di atas mewujud dalam pelatihan dan pendampingan, perluasan pasar ekspor, pemanfaatan teknologi digital, promosi perdagangan, dan pencatatan keuangan, serta pembiayaan lembaga keuangan, dan basis data potensi UMKM.
Eko mengatakan, terjadi perubahan pendekatan dari 15 tahun lalu. Jika dulu pelatihan sifatnya teknis, seperti menjahit dan membuat kue atau produksi, kini menyentuh aspek soft skill berupa motivasi, pola pikir, dan latihan bisnis model.
"Bisnis butuh modal, model, manajemen, dukungan berupa pendampingan atau pelatihan. Ketika mandiri, secara berkala dipantau," kata Eko.
Syariah
Terkait ekonomi dan keuangan syariah, ada program sertifikasi halal, Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren, kemandirian ekonomi pondok pesantren, industri kreatif syariah dan festival ekonomi syariah, serta halal center.
Eko menuturkan, ekonomi dan keuangan syariah adalah sumber pertumbuhan ekonomi baru. Potensinya besar dan banyak negara tengah menggarapnya.
”Kami petakan, ada riset, tantangan, dan butuh edukasi serta literasi. Dari tahun ke tahun sudah membaik pemahaman tentang ekonomi syariah,” tutur Eko.
Program sertifikasi produk halal, misalnya, sudah berlaku di Rumah Potong Hewan Unggas Rorotan, Jakarta Timur, dan Rumah Potong Hewan Unggas Lokbin Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta membantu sertifikasi dua rumah potong hewan itu untuk memudahkan UMKM mendapatkan produk halal langsung dari tangan pertama.
Kemudian pengembangan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren. Sejauh ini sudah ada sembilan pondok pesantren binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta. Tujuannya, antara lain, kerja sama jual beli secara langsung antara pondok pesantren dengan produsen sekaligus pengembangan produk kreatif syariah.
”Halal center kami adakan program sertifikasi penyelia halal supaya memudahkan atau menambah tenaga ahli tersertifikasi,” ujar Eko.
Upaya ini sejalan dengan masih sedikit UMKM kuliner binaan Pemprov DKI Jakarta yang mengantongi sertifikat halal. Jumlahnya baru mencapai 5 persen.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah mencatat, pelaku usaha peserta JakPreneur sudah mencapai 370.000 orang dengan 220.000 di antaranya pelaku usaha di bidang kuliner.
”Dari data itu ternyata hanya 5 persen yang mengantongi sertifikat halal,” ujar Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail, Senin (13/11/2023).
Kita perlu bantu UMKM memenuhi ketentuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) agar produk yang beredar disertifikasi.
Pemprov DKI sebelumnya pernah menganggarkan 5.000 pelaku usaha agar mendapatkan sertifikat halal pada tahun 2022. Ismail pun mendesak untuk memfasilitasi para pelaku usaha bidang kuliner binaan JakPreneur mendapatkan sertifikat halal minimal satu tahun ke depan.
”Kita perlu bantu UMKM memenuhi ketentuan dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) agar produk yang beredar disertifikasi,” kata Ismail.
Ismail menambahkan, program itu harus menjadi prioritas tahun 2024. Sebab, sebagian besar konsumen lebih memilih produk yang ada jaminan halal. Adapun pemberian sertifikasi halal merupakan hasil kerja sama dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
Berdasarkan data Dinas PPKUKM DKI Jakarta, terdapat 7.512 pelaku usaha telah menerima sertifikat halal untuk periode 2015 hingga 2022. Sementara pada tahun 2023, Pemprov DKI telah melakukan pendampingan kepada 3.075 pelaku usaha sebagai upaya memenuhi persyaratan sertifikasi halal.