Pelemparan Batu ke Bus Transjakarta Ancam Keselamatan Penumpang
Gangguan keamanan di transportasi publik persentasenya kecil, tidak sampai 1 persen, daripada kendaraan pribadi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kaca bus Transjakarta Koridor 10H pecah karena lemparan batu oleh orang tak dikenal. Kejadian itu membuat pengguna menjadi khawatir dan merasa tidak aman menggunakan transportasi publik.
Pelemparan batu oleh orang tak dikenal ke arah bus Transjakarta rute Tanjung Priok-Bundaran Senayan itu terjadi pada Sabtu (3/2/2024) sekitar pukul 17.40. Saat itu, bus tengah melintas di Jalan RE Martadinata menuju Tanjung Priok.
Akibat pelemparan batu ke bagian kaca bus itu, satu penumpang terluka terkena pecahan kaca. Pihak Transjakarta pun melaporkan kejadian itu ke polisi.
”Kami sudah laporkan kejadian itu kepada pihak berwajib. Pelanggan yang terluka kondisinya aman dan sehat,” kata Kepala Departemen Humas dan CSR PT Transjakarta Wibowo, Minggu (4/2/2024).
Insiden pelemparan batu ke bus Transjakarta ini menimbulkan keresahan pada sejumlah pengguna transportasi publik. Insiden serupa ini pernah terjadi pada kereta rel listrik.
Yuni Anita (27), warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, menilai, tindakan pelemparan batu itu sangat membahayakan penumpang. Ia pun khawatir kejadian serupa terulang.
Sampai muncul korban luka, artinya penumpang belum aman dan nyaman menggunakan transportasi publik. Ini, kan, kejadian berulang.
”Ya, takut juga jadinya. Kita enggak tahu kapan dan di mana akan kena musibah itu. Dulu kejadiannya di KRL (kereta rel listrik), sekarang TJ (Transjakarta). Jadi, merasa enggak aman saja, gitu, menggunakan transportasi publik,” kata Yuni.
Kekhawatiran serupa dirasakan oleh Panji Rio (38), warga Palmerah, Jakarta. Sebagai pengguna transportasi publik Transjakarta dan commuter line, ia belum sepenuhnya merasa aman dan nyaman karena kerap terjadi gangguan.
”Sampai muncul korban luka, artinya penumpang belum aman dan nyaman menggunakan transportasi publik. Ini, kan, kejadian berulang, bukan pertama kali pelemparan batu ke transportasi publik. KRL juga pernah juga. Belum lagi kejadian kemarin (kawat) spring bed di rel kereta. Kejadian-kejadian itu membahayakan sekali,” tutur Panji.
Rentetan insiden
Dalam pemberitaan Kompas.id, insiden pelemparan batu ke transportasi publik terjadi beberapa kali. Seperti di Kota Depok, Jawa Barat, oleh tiga remaja yang melemparkan batu ke arah kereta rel listrik (KRL) KA 1290 relasi Jakarta Kota-Bogor di Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, tepatnya di sinyal masuk Stasiun Depok Baru, Kota Depok, terekam oleh kamera telepon seluler warga.
Pelemparan batu yang terjadi pada Senin (10/7/2023) pukul 13.34 itu menyebabkan tiga jendela kaca pecah. Beruntung tidak ada korban dari peristiwa tersebut.
Kasus serupa terjadi pada Minggu (7/5/2023) di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Kaca di gerbong khusus perempuan KA 4326 relasi Jakarta-Bogor pecah sehingga menyebabkan seorang penumpang terluka. Dalam peristiwa itu, tidak diketahui siapa pelakunya.
Pelemparan batu hingga menyebabkan penumpang terluka juga terjadi pada KA 4309 relasi Bogor-Jakarta di lintas Stasiun Tebet-Stasiun Manggarai, Sabtu (9/7/2022). Lalu, pelemparan batu ke KRL KA 1448 relasi Jakarta Kota-Cikarang antara Stasiun Buaran dan Klender Baru, Rabu (17/3/2021), juga menyebabkan seorang penumpang terluka.
Peningkatan keamanan
Pengamat transportasi Ki Darmaningtyas mengatakan, berkaca pada beberapa kasus pelemparan batu ke transportasi publik, setidaknya ada dua kemungkinan yang bisa dilihat. Pertama, keisengan anak-anak yang menimbulkan bahaya dan celaka. Kedua, aksi sengaja yang ingin mencelakai sehingga menimbulkan cerita bertransportasi publik tidak aman.
Hal ini yang harus diantisipasi jangan sampai menimbulkan kekhawatiran berlebih bagi pengguna sehingga mereka enggan untuk menggunakan transportasi publik.
Oleh karena itu, penyelenggara angkutan umum harus lebih meningkatkan keamanan, termasuk bekerja sama dengan kepolisian dan TNI.
”Saya rasa pihak TJ sudah melakukan itu, hanya memang perlu digalakkan lagi koordinasinya sehingga bersama bisa memberikan edukasi kepada warga bahwa tindakan pelemparan batu ini melanggar hukum dan sangat membahayakan. Mudah-mudahan pelaku ketangkap,” kata Darmaningtyas.
Peningkatan keamanan, menurut dia, juga dari sisi fasilitas seperti kaca bus harus dirancang lebih tebal. Ini sebagai antisipasi jika ada kasus serupa agar kaca tidak mudah tembus. Peningkatan keamanan ini memang berpotensi meningkatkan investasi, tetapi demi keamanan dan keselamatan penumpang, perlu dilakukan.
Darmaningtyas menilai, gangguan keamanan di transportasi publik persentasenya kecil, tidak sampai 1 persen. Meski demikian, hal ini tetap menjadi sorotan karena terkait masyarakat luas.
”Saya meyakinkan bahwa menggunakan transportasi publik merupakan pilihan bijak dan gangguan keamanan atau keselamatan di angkutan umum jauh lebih kecil,” katanya.